Manfaatkan Liburan untuk Plesiran di Kampung Ilmu

Pengunjung Kampung Ilmu, Alifia Rahyuningsih bersama temannya sedang mencari novel yang mereka inginkan.

Surabaya, Bhirawa
Mengisi libur lebaran dengan kegiatan yang bermanfaat, mungkin hanya dilakukan oleh segelintir orang saja. Salah satunya yang dilakukan mahasiswa jurusan Ilmu Hukum Universitas 17 Augustus 1945 (Untag), Richard Andrean Santoso dan Agung Wiria Saputra. Keduanya memilih menghabiskan waktu libur lebaran dengan sesuatu yang bermanfaat. Richard Andrean Santoso mengungkapkan ia lebih memilih membelanjakan uang hasil menabungnya untuk buku dibanding membelanjakan barang-barang yang tidak penting.
“Sebenarnya kalau mengisi liburan sendiri sih enggak. Ya cuma kebetulan uangnya udah ngumpul, jadi langsung dibelanjain ini. Takut ke pakai untuk beli barang yang gak penting,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengakui jika ia mulai menyadari pentingnya membaca berdampak pada pribadi yang berkualitas. Kebutuhan kuliah sekaligus daya saing yang tinggi membuat mahasiswa semester empat ini mulai bergantung pada buku-buku yang berkaitan dengan perkuliahan maupun yang ingin dia baca. Misalnya, buku ilmu hukum, bisnis ekonomi, sosiolog, dan filsafat.
“Saya dan teman saya cari buku kesini sih karena memang kebutuhan kuliah. Di samping itu memang suka baca-baca” paparnya.
Kesadaran pentingnya membaca jelasnya, baru dirasakan sekitar enam bulan yang lalu, tepatnya awal semester tiga kemarin. Di mana ia terpacu dengan suasana diskusi yang di lakukan teman-teman kuliahnya.
“Saya menyadari jika saya tidak tahu apa-apa karena sebelumnya saya ‘alergi buku’. Tapi lihat teman-teman sibuk waktu diskusi dengan ide pemikiran masing-masing, itu yang membuat saya terpacu” paparnya.
Sisi lain, tambah dia, persaingan sumber daya manusia semakin ketara jika masyarakat Indonesia maupun generasi muda tidak membudayakan literasi. Sehingga pria yang berambut kribo ini mengajak generasi muda untuk meningkatkan kesadaran akan membaca.
Budaya literasi yang digalakkan pemerintah Indonesia juga tak luput dari pandangan Richard. Menurutnya, untuk menyadarkan maupun meningkatkan budaya literasi pada generasi saat ini, perlu adanya strategi. “Misalnya saja, pembentukan emosional dan komitmen yang harus dilakukan lebih dahulu. Kedua, menilik apa yang menjadi acuan negara maju” jelasnya.
Ambil contoh saja, salah satu negara maju, imbuh Richard, di Jepang misalnya masyarakat yang akan naik kereta lebih memilih membaca buku dari pada bermain gadget. “Sisi positif itu yang harus mulai di tekankan. Terbukti, dari kebiasaan mereka membaca buku itu yang menjadi tombak kemajuan mereka. Karena pengetahuan adalah kekuatan” Pungkas dia.
Hal yang sama juga diutarakan siswi kelas 3 SMK Pawiyatan Surabaya, Alifia Rahyuningsih, di mana ia lebih memilih menghabiskan waktu untuk berbelanja novel yang ia cari. “Kalau kesini pasti carinya novel. Kadang beli dua. Kalau ada yang bagus kadang beli tiga buku novel. Tapi buku yang lain juga suka dibeli” katanya. Menurutnya, berbelanja buku di Kampung Ilmu lebih menarik dibanding menghabiskan waktu di tempat wisata, maupun perbelanjaan. “Kesini lebih bermanfaat sih, cari-cari buku. Dari pada main-main di Mall”
Berbeda dengan Richard dan Alifia yang mendapatkan buku yang mereka cari, mahasiswi Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Ariska Hariani harus pulang dengan tangan kosong. Pasalnya, buku yang ia cari tidak ia temukan di Kampung Ilmu.
“Saya tadi cari novel Jawa, tapi tidak ada yang jual. Semoga kedepan lebih banyak lagi menyetok novel Jawa” harap Mahasiswi Sastra Jawa ini.
Sementara itu, rekan Ariska Hariani, Livia menambahkan agar para pedagang buku terus mengupdate buku-buku favorit siswa SMA. “Anak SMA kan sukanya film terbaru yang diambil dari kisah novel. Nah, buku novel itu harus di update pedagang” pesan dia.

Libur Lebaran, Kampung Ilmu Sepi Pengunjung
Suasana Kampung Ilmu Kalan Semarang, Surabaya kemarin (21/6) terlihat sepi pengunjung. Libur panjang tak menjamin pengunjung untuk berbondong-bondongengisi waktu luangnya sekedar hanya untuk mencari buku. Beberapa toko buku juga terlihat disinggahi dua hingga tiga pembeli saja. Salah satu pedangan toko buku, Tiningsih mengungkapkan jika libur lebaran tidak menjamin ramainya pengunjung yang datang ke kampung ilmu.
“Nggak mesti sih kadang ramai. Kemarin (rabu) baru buka setelah lebaran. Tapi ya sama aja seperti ini. Sepi. Ya kadang-kadang ramai-ramai, kadang-kadang sepi” Ungkapnya.
Untuk libur lebaran, tambah dia, kebanyakan pengunjung mencari buku-buku fiksi seperti novel dan cerita bergambar. “Kalau tahun ajaran baru ini kadang setelah sebulan dua bulan masa sekolah, mereka kesini cari cerita bergambar atau novel. Ya biasa tugas sekolah. Tapi sekarang masih belum ada” tuturnya.
Sementara itu, untuk buku pelajaran sendiri bagi siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah, Tiningsih mengaku jika pihaknya masih belum berani membeli buku pelajaran. Mengingat beberapa tahun belakangan, pemerintah menerapkan pembelajaran tematik.
“Jarang ada yang cari buku pmbelajaran. Tema aja ada yang revisi. Suka ganti-ganti. Saya masih nggak berani jualan buku pelajaran” tutur Tiningsih yang sudah berjualan buku selama 15 tahun ini.
Namun, lanjut Tiningsih, untuk buku pendidikan jenjang bangku perkuliahan, buku-buku tersebut paling laris diserbu mahasiswa. Diakui Tiningsih, dari hasil penjualan nya selama dua hari ini, pihaknya hanya mampu meraup keuntungan sebesar Rp 300 ribu.
“Kalau kondisinya ramai gitu omset bisa sampai jutaan. Ini mungkin masih lebaran jadi masih sepi. Ya semoga saja, setelah itu ramai pengunjung” harap Tiningsih. [ina]

Tags: