Mangga Alpukat Pasuruan Sasar Pasar Singapura dan Jepang

Salah satu pemilik sekaligus penjual mangga saat menyortir mangga alpukat di Desa Lombo Watuluyuh, Desa Oro-oro Ombo Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Selasa (3/11).

Salah satu pemilik sekaligus penjual mangga saat menyortir mangga alpukat di Desa Lombo Watuluyuh, Desa Oro-oro Ombo Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Selasa (3/11).

Pasuruan, Bhirawa
Mangga Kabupaten Pasuruan memiliki keistimewaan tersendiri. Selain rasanya manis, jenis mangga gadung klone 21 (arumanis) ini juga bisa dinikmati dengan memakan langsung, layaknya makan buah alpukat lantaran tak mempunyai serat. Bahkan saking istimewanya, membuat pasar luar negeri seperti Singapura dan Jepang kepincut akan mangga alpukat khas produksi Kabupaten Pasuruan.
“Tak hanya pasar Indonesia, mangga asli Rembang, Kabupaten Pasuruan sudah menguasai pasar luar negeri seperti Singapura dan Jepang. Mereka kepincut dengan mangga alpukat yang langsung bisa dimakan menggunakan sendok,” ujar Sulismi (49), pemilik sekaligus penjual mangga alpukat di Desa Lombo Watuluyuh, Desa Oro-oro Ombo Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan kepada sejumlah wartawan di rumahnya, Selasa (3/11).
Menurut Sulismi, pemasaran hingga ke luar negeri berkat salah satu tengkulak yang berada di Surabaya. Setiap harinya mangga apukat miliknya bisa kirim hingga 2-3 kuintal.  “Keistimewaan mangga di sini yakni dengan hanya mengiris bagian tengah lalu dibelah seperti alpukat. Daerah lainnya tak bisa tumbuh karena membutuhkan keadaan tanah yang kering (minim air) sehingga membuat rasanya manis serta tak berserat. Apalagi mangga di sini dibiarkan matang di pohon, bukan karbitan,” katanya.
Dengan keistimewaan ini,  pasar luar negeri berbondong-bondong pesan ke Pasuruan melalui tengkulak yang berada di Surabaya.  Sehari bisa kirim ke Surabaya hingga 2-3 kuintal. “Dan ribuan mangga itu langsung diterbangkan sama tengkulak ke luar negeri,” ujar Sulismi.
Tak hanya melayani pembeli dalam bentuk pesanan, Sulismi juga melayani pembeli di rumahnya. Dalam sehari, ia juga bisa menjual mangga alpukat hingga 2 kuintal lebih. Mangga kualitas A dijual dengan harga Rp 20 ribu per kg, untuk kualitas B dijual Rp 15 ribu per kg, sedangkan kualitas C dijual seharga Rp 10 ribu per kg.
“Saat ini harga mangga sudah turun. Awal musim yakni September kemarin harganya mencapai Rp 32 ribu per kg untuk kualitas A. Tapi waktu sudah berjalan dan saat ini rata-rata harga Rp 20-10 ribu per kg-nya,” paparnya.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan, mangga gadung klone 21 tumbuh subur di Kecamatan Rembang dan Sukorejo. Total luas lahan sebanyak 2.250 hektare dan jumlah tanaman mencapai 337.375 pohon. Tanaman buah mangga tersebut mulai dikembangkan sejak 1994 melalui program pembangunan pertanian rakyat terpadu.
“Untuk di Rembang, populasi mangga klone 21 berada di tiga desa, antara lain di Kedung Banteng, Oro-oro Ombo Wetan dan Oro-oro Ombo Kulon. Kawasan Sukorejo juga sebagai pusat mangga klone 21. Saat ini sudah mulai musim panen raya mangga,” kata Ihwan, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan. [hil]

Tags: