Marhaban Haji (Baru)

foto ilustrasi

Pengalaman bergabung dalam pergaulan bangsa-bangsa se-dunia, sungguh mem-bahagia-kan. Ini akan menjadi cerita utama setiap jamaah haji yang baru tiba kembali di tanah air. Suka cita mengiringi penjemputan jamaah haji yang baru pulang dari tanah suci. Sampai pekan akhir bulan September ini banyak rumah dihias bagai penyelenggaraan hajat pesta keluarga. Akan banyak cerita perjalanan dan ke-ibadah-an (spiritual). Bersyukur, karena tahu ini pelaksanaan haji tahun ini lebih baik.
Mayoritas jamaah (70%) belum pernah merasakan perjalanan ke luar negeri. Untuk pertama kalinya bergabung dalam pergaulan bangsa-bangsa se-dunia. Niscaya akan memperluas wawasan pemikiran jamaah haji Indonesia. Umumnya akan berupa  “kisah sukses.” Kecuali bawaan air zam-zam yang berlebihan, terpaksa dibongkar (ditinggal) di bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Tetapi ini bukan masalah besar. Toh di Indonesia sudah banyak dijual air zam-zam.
Cerita pelaksanaaan ibadah haji, selalu menarik. Selama beberapa hari, jamaah haji yang baru pulang akan menerima kunjungan kerabat, serta keluarga. Biasanya yang paling ditunggu, adalah doa berkah. Karena selama 20 hari (sepanjang siang maupun malam) di Makkah dan Madinah, jamaah dalam lingkup suasana ibadah. Bahkan dalam hadits Nabi SAW, selama 40 hari usai pelaksanaan ibadah haji, jamaah masih dalam lingkup spiritual.
Hikmah spiritual, lazim pula menjadi cerita perjalanan ibadah. Kebiasaan sehari-hari (perilaku) di tanah air, memperolah “balasan” selama tanah suci. Yang biasa belaku baik (dan bijak), menerima berbagai kemudahan, sering menerima bantuan. Begitu pula kebiasaan buruk juga menerima “teguran” setara. Yang biasa mengutil, dibalas dengan (sering) kehilangan. Bahkan niat dan pikiran buruk, juga berbalas dampak seketika.
Cerita oleh-oleh berhaji, baik maupun buruk, selalu ber-altar hikmah. Tak terkecuali musibah (jika diterima ikhlas) bisa berbuah berkah. Paradigma itu diyakini umat Islam, termasuk ketika menghadapi insiden robohnya crane di area (dalam) masjidal-Haram, di Mekah, musim haji (tahun 2015) lalu. Banyak korban dari jamaah haji Indonesia. Juga kepedihan lebih mendalam dari tragedi Jamarot di Mina yang membawa syahid lebih dari 100 jamaah haji Indonesia.
Dua kali musibah (insiden robohnya crane, dan tragedy Jamarot) itu seolah-olah ber-iringan. Hanya berselang 13 hari, sehingga menyebabkan kepedihan mendalam pemerintah dan rakyat Indonesia. Kekecewaan juga tergambar pada otoritas kerajaan Arab Saudi, menyatakan belasungkawa untuk jamaah Indonesia. Kekecewaan (dijanjikan) akan ditebus dengan kebahagiaan. Karena selama ini jamaah Indonesia, terkenal penurut dan gampang diatur.
Indonesia tergolong penyelenggara haji terbaik. Itu berdasar penilaian oleh WHUC (World Hajj and Umrah Convention). Pada tahun 2013, Indonesia memperoleh predikat “The Best Pilgrim.” Penilaian berdasar 15 kriteria. Survei online melibatkan 5000 organisasi penyelenggaraan haji dan umroh seluruh dunia. Diantara kriteria adalah, keramahan, kepatuhan terhadap peraturan, serta manajemen haji oleh pemerintah.
Bisa melaksanakan ibadah haji adalah panggilan Ilahi. Bisa berangkat haji, bukan hanya karena memiliki uang biaya haji. Juga bukan karena tubuh yang sehat. Melainkan bagian dari takdir, walau belum memenuhi syarat ke-ilmu-an maupun ke-saleh-an. Begitu keyakinan umat Islam Indonesia. Maka cita-cita berhaji, cukuplah diupayakan dengan menabung dan berdoa. Tidak perlu mamaksakan upaya melalui “pintu belakang,” cara ilegal.
Begitu pula buah-tangan perjalanan (oleh-oleh) haji, seharusnya tidak menyengsarakan jamaah. Seluruh jenis buah-tangan haji bisa dibeli di dalam negeri. Air zam-zam, korma, kopyah putih sampai karpet, bisa dibeli di dalam negeri. Orisinalitas tetap terjamin. Yang paling ditunggu tetangga, cerita hikmah haji yang diwujudkan dalam sikap yang lebih shaleh, peduli dan lebih dermawan.

                                                                                                                      ———   000   ———

Rate this article!
Marhaban Haji (Baru),5 / 5 ( 1votes )
Tags: