Melalui DBHCT, Kabupaten Gresik Kembangkan 18 Ha Tanaman Tembakau

Didampingi petugas Dinas Pertanian, petani melakukan penanaman tembakau. [kerin ikanto/bhirawa]

Gresik, Bhirawa
Untuk meningkatkan pendapatan petani, Dinas Pertanian Kabupaten Gresik melalui Dana Bagi Hasil Cukai dan Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun 2019 melakukan budidaya pengembangan tanaman tembakau di wilayah Gresik.
Ada tiga wilayah bakal dijadikan lahan tembakau. Yaitu Kecamatan Balongpanggang, Benjeng dan Duduksampeyan. Seperti disampaikan Kepala Dinas Pertanian Pemkab Gresik, Eko Anindito Putro didampingi Kepala Bagian Humas dan Protokol Sutrisno di kantornya Senin (9/9).
Menurutnya, tahap awal pengembangan tanaman ini sebanyak 18 hektar yang tersebar di 3 wilayah kecamatan. Menurut Eko, para petani di Kec. Balonpanggang yaitu di Desa Wotansari, Sekarputih, Jombangdelik, Dapet. Sedangkan di wilayah Kec. Benjeng tersebar di Desa Lundo dan Desa di wilayah pinggiran Sungai Lamong.
“Kami optimis lahan tembakau di Gresik akan meningkat. Secara historis Gresik dulu memang sudah ada komoditi tanaman tembakau ini. Kedepan kami akan mengembangkan tanaman tembakau ini untuk wilayah Gresik Utara, khususnya di wilayah Kec. Ujungpangkah. Dalam sejarahnya Kecamatan Ujungpangkah dulu memang penghasil tembakau,” katanya.
Ketika ditanya, apakah tanaman tembakau tidak mengganggu potensi tanaman pangan khususnya padi? Eko menyatakan tidak menganggu sama sekali. Menurutnya, budidaya tembakau ini ditanam saat musim kemarau dimana tanaman padi tidak sedang berproduksi.
Khusus jenis tanaman tembakau yang ada di Gresik, Eko menyatakan bahwa selama ini petani Gresik hanya menanam tembakau jenis tembakau jawa (jinten), sepertinya sudah tradisi petani tembakau Gresik.
Kedepan Eko mendorong petani dan mengembangkan tembakau jenis virginia. Tembakau ini terkenal karena bernikotin rendah juga harga jualnya lebih tinggi. Hal ini akan lebih menguntungkan para petani tembakau.
Untuk memfasilitasi para petani tembakau itu Dinas Pertanian Gresik menggandeng Balai Penelitian dan Pabrikan. Selain itu, juga akan membuat demplot atau semacam lahan ujicoba. Demplot ini akan dilaksanakan pada tiga kelompok tani di tiga wilayah Balongpanggang, Benjeng dan Duduksampeyan.
Menurut Eko, demplot ini sebagai sekolah lapang SL-GAP (Sekolah Lapang Good Agricultural Practices) tembakau bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Serat dan Pemanis (Balittas) Karangploso Malang.
“Untuk lebih menggairahkan para petani tembakau, selain mengadakan demplot, sekolah lapang dan menjalin kerjasama dengan berbagai instansi dan elemen terkait. Kami juga memberikan bantuan sarana produksi berupa bibit tembakau, pupuk dan obat-obatan.” jelasnya.
Dari hasil analisa ekonomi Dinas Pertanian Gresik, pendapatan petani melalui komoditi tembakau ini yaitu sekitar Rp32 Juta/hektar pada satu kali musim tanam, yaitu selama 3 bulan (kemarau).[adv.eri]

Tags: