Membaca Membangun Peradaban Bangsa

Oleh :
Drs Sudjono, MM
Pustakawan Ahli Utama di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur

Membangun peradaban sebuah bangsa dan negara tidak cukup hanya mengandalkan kekayaan sumber alam. Maju mundurnya peradaban, ditentukan pula oleh kualitas SDM. Salah satu faktornya ditentukan oleh masyarakat yang gemar terhadap literasi. Sejarah telah membuktikan, bahwa bangsa dengan budaya literasi yang tinggi akan mampu berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif, sehingga mampu memenangi persaingan global.
Lantaran itu, gerakan literasi harus dilakukan secara masif, untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan handal. Sayangnya, untuk menumbuhkan kembali kesadaran pentingnya membaca di era milineal ini, tentu tidaklah mudah. Karena anak-anak kita lebih suka berkutat dengan telfon selular mereka daripada membaca buku. Apalagi menuangkan ide-ide mereka dalam bentuk tulisan. Karenanya, kita patut menyambut baik ikhtiar dan upaya dari berbagai pihak untuk menumbuhkan kembali minat membaca dan menulis.
Kita mungkin sudah lupa kapan kita benar-benar bisa mengeja kata-demi-kata. Tapi kita pasti pernah merasakan bagaimana belajar membaca yang dimulai dari belajar alfabet, dari huruf A hingga Z. Pelajaran berikutnya, merangkai huruf. Biasanya dimulai dari huruf-huruf hidup yang tidak perlu dimatikan di akhir atau di tengah kata atau kalimat.
Tapi tahukah kita bahwa dengan membaca kita sebenarnya sedang memulai pelajaran penting tentang sebuah peradaban? Dengan membaca kita sedang masuk dalam ruang rahasia yang penuh dengan pengetahuan. Ruang yang diciptkan untuk kita agar kita pandai bersyukur terhadap segala nikmatNya. Dengan membaca kita diajak untuk mengetahui apa yang terjadi di masa lalu. Sehingga kita tidak mengulangi kesalahan orang-orang terdahulu sebelum kita.
Dari proses belajar membaca per huruf, lalu per kata, lalu per kalimat, hingga pada akhirnya kita bisa membaca buku tebal yang berisi aneka pengetahuan, novel, atau karya agung penulis masa lampau. Kita sesungguhnya tidak boleh melupakan para pengajar atau pendidik kita di TK atau SD yang pertama kali mengajarkan huruf pada kita. Sebab, karena merekalah kita mengetahui huruf, bisa membaca, dan mengenal pengetahuan yang sangat luas ini.
Ingatlah, Tuhan juga memberikan kemampuan berpikir bagi manusia. Kemampuan yang tidak setiap makhluk mendapatnya. Kemampuan yang membuat manusia bisa mengetahui sesuatu yang tidak diketahui malaikat. Kemampuan yang juga terkadang dipergunakan manusia untuk menyusun rencana-rencana jahat.
Pernahkah kita berpikir mendalam, kenapa Tuhan memerintahkan kita untuk membaca. Adakah karena hanya agar umat Islam menjadi kaum yang pandai? Ataukah ada alasan lain ? Yang jelas, dengan membaca, baik yang tertulis maupun tidak tertulis sebagai teks. Kita akan memiliki pengetahuan yang luas. Dengan pengetahuan yang luas kita akan sanggup memilah dan memilih serta menentukan yang sekiranya baik. Dengan keluasan ilmu pengetahuan, seorang manusia akan memiliki kecakapan untuk bijak dan memiliki toleransi yang kuat dalam menyikapi setiap fenomena kejadian.
Dengan bekal ilmu pengetahuan seorang manusia akan lebih mudah mengayuh hidup. Karena dengan ilmu seseorang tahu cara yang lebih efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan ilmu juga manusia menjalankan ibadah dengan benar. Karena kekuatan ilmulah seseorang akan dipandang sebagai ahli dalam spesifikasi keilmuaan tertentu. Bahkan karena ilmu pulalah Allah Swt akan meninggikan derajat anak manusia. Dengan membaca kita akan mendapatkan ilmu yang memperkaya cara pandang, membuat pola pikir yang rasional, luas dan berwawasan. Karena dengan ilmu kita akan mudah menggapai apa yang kita inginkan. Ilmu adalah senjata bagi manusia yang ingin sukses di dunia dan akhirat. Kenapa itulah perintah membaca diletakkan di awal, sebagai permulaan perintah bagi umat manusia.
Kemajuan suatu bangsa ikut ditentukan oleh literasi masyarakatnya. Kemajuan peradaban di Bagdad dan Andalusia dimulai dari membaca. Membaca dalam artian tidak sekadar membaca melainkan disertai penggalian lebih lanjut serta rekonstruksi keilmuan dari akumulasi berbagai pengetahuan. Peradaban tidak bisa dibangun tanpa budaya baca, walaupun budaya baca bukan satu-satunya penentu peradaban suatu bangsa. Dia melihat masyarakat Indonesia sekarang cenderung berpikir secara instan.
Dalam konteks pendidikan, rumah atau keluarga sebagai tempat pendidikan pertama belum menjadi house of education melainkan house of entertainment. Padahal, dari rumahlah kebiasaan membaca pertama kali ditumbuhkan. Dalam konteks pembangunan peradaban, taman bacaan dapat berperan. Di taman bacaan yang terkelola baik akan muncul kelompok pencinta buku dan diharapkan dapat dibangun kelompok diskusi sehingga kemudian terjadi tukar menukar informasi dan buku serta disertai diskusi. Membaca, diskusi dan menulis, jika dibangun terus menerus ilmu dan p engetahuan akan terus terbangun.
Budaya Baca di Dunia
Budaya baca sering dikait-kaitkan dengan negara maju. Salah satu indikator suatu negara maju adalah dengan ditandai masyarakatnya yang suka dan gemar membaca. Lantaran itu, gairah minat masyarakat perlu digugah dan ditingkatkan kembali, karena dengan meningkatkan minat membaca, akan memberikan dampak positif bagi peningkatan serta kecerdasan di masa mendatang.
Menurut Ki Supriyoko dalam Minat Baca dan Kualitas Bangsa (2004), secara teoretis ada hubungan yang positif antara minat baca (reading interest) dengan kebiasaan membaca (reading habit) dan kemampuan membaca (reading ability). Rendahnya minat baca masyarakat menjadikan kebiasaan membaca yang rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca rendah. Itulah yang sedang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini. Apabila dirunut minat baca itu sangat berkait dengan kualitas bangsa.
Pada satu sisi rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca masyarakat kita disebabkan rendahnya minat baca; di sisi lain rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca tidak mengkondisikan kedalaman pengetahuan dan keluasan wawasan. Di samping itu rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca berpotensi menurunkan angka melek huruf yang secara langsung menentukan kualitas bangsa. Jadi, kalau bangsa ini mau maju dan lebih berkualitas maka harus ada upaya-upaya yang lebih konkret baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk mendongkrak minat baca masyarakat. Meskipun hal ini sangat tidak mudah akan tetapi harus dilakukan.
Di negara maju sistem perbukuannya dapat dipastikan sangat bagus. Sistem yang bagus itu pasti berdampak pada kehidupan dan budaya membaca masyarakatnya. Sistem perbukuan sangat penting, selain untuk menghidupkan dunia penerbitan, pemberantasan buta aksara, juga untuk menumbuhkembangkan minat baca, yang muaranya adalah untuk pencerdasan dan kemajuan bangsa. Tidak heran kalau di negara maju, masyarakatnya biasanya gemar membaca. Bahkan membaca sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan budaya mereka. Singkatnya, pentingnya membaca sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Oleh karena itu, kegiatan membaca sebaiknya memang bukan karena terpaksa, tapi karena kerelaan dan kesadaran diri yang tinggi akan arti pentingnya membaca bagi kehidupan.

——– *** ———

Rate this article!
Tags: