Membatik di Kain Putih Berukuran 225Cm x 115Cm

Siswa Raudlatul Athfal (RA) Umi Sundari Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, membatik bersama guru pembimbingnya. [wiwit agus pribadi]

Siswa Raudlatul Athfal Peringati Hari Batik
Probolinggo, Bhirawa
Banyak cara untuk menyambut Hari Batik Nasional yang jatuh setiap 2 Oktober. Seperti yang dilakukan 62 siswa Raudlatul Athfal (RA) Umi Sundari Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, yang mengunjungi sentra batik Ronggomukti
Siswa setingkat taman kanak-kanak ini, dikenalkan dengan salah satu bentuk kebudayaan khas Indonesia, yakni batik tulis. Mereka diajari tata cara pembuatan batik, mengenalkan bahan-bahan batik, peralatan, motif hingga kain batik yang sudah jadi.
Mereka terlihat antusias. Calon penerus bangsa ini serius menyimak penuturan dari perajin batik secara langsung. Tak hanya itu, siswa juga terlibat langsung dalam pembuatan batik.
“Belajar batik, senang, sama teman-teman, senang batik,” kata Fahreza Imam Rosyidi, salah satu siswa, Selasa (3/10) kemarin. Tanpa canggung, mereka mendesain motif batik, sebagaimana pelajaran melukis di dalam kelas.Ada juga yang mencanting kain putih berukuran 225 cm kali 115 cm yang sudah tersedia motifnya. Selain mendesain dan mencanting, siswa ini juga diajarkan cara memberi warna kain batik. Dengan sukacita motif batik berupa bunga, padi gunung Bromo, buah mangga ataupun anggur, mereka warnai. Namanya lagi belajar, tentu saat warna yang ditorehkan anak-anak berusia lima tahunan ini, keluar dari pakemnya.
“Aku mau belajar batik aku senang, aku menggambar mewarnai dan aku kalau sudah besar aku sudah pintar,” tutur Adelia sambil tersenyum malu. Para guru ingin mengasah psikomotorik siswa dengan mendesain dan menggambar diatas batik. Selain itu, pembelajaran secara langsung ini diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan anak didik terhadap budaya bangsa.
“Jadi bunda-bundanya ingin mereka mengenal budaya Indonesia, jadi mengenalkan sejak dini kepada mereka agar mengenal batik, sedangkan batik sendiri adalah budaya warisan Indonesia. Ya untuk menyambut hari batik nasional yang jatuh pada 2 Oktober kemarin,” kata salah satu guru, Lailatul Khomyah.
Perajin batik berharap peringatan hari Batik Nasional menjadi momentum kebangkitan batik tulis indonesia. Dikatakan batik tulis saat ini mulai kalah bersaing dengan batik printing, terutama dalam segi harga.
“Masyarakat tahunya semua yang bermotif batik itu adalah batik, padahal bukan. Saya ingin di hari batik itu masyarakat tahu bahwa antara kain batik tulis dengan kain motif batik itu beda,” kata Eva Purnamasari, pemilik galeri batik Ronggomukti, tandasnya. Batik Ronggomukti merupakan batik kontemporer khas Probolinggo yang menggambarkan kondisi alam, budaya dan tradisi lokal. [wap]

Tags: