Memecahkan Kasus Pencurian Beruntun

Judul : Teka-Teki Pencuri di Gang Garuda
Penulis : Adya Tuti
Cetakan : Pertama, Oktober 2023
Tebal : 144 halaman
ISBN : 978-623-253-111-6
Peresensi : Thomas Utomo, Guru SD Negeri 1 Karangbanjar, Purbalingga

Sedari mula didirikan, Indiva Media Kreasi lebih kerap menerbitkan buku-buku karya penulis perempuan. Topik-topik yang diusung-sebagian besar-menyoroti problematika kaum Hawa. Jika ditelusuri lebih lanjut, punggawa penerbitan yang bermarkas di Surakarta ini-kebanyakan-juga perempuan, mulai dari direktur, editor, hingga tim promosi di media sosial.

Buku ini, tidak merupakan pengecualian. Penulisnya perempuan, namun-patut disyukuri-dua tokoh utama ceritanya laki-laki. Persoalan yang diangkat pun, tidak spesifik soal keperempuanan, melainkan mengenai masalah kehidupan secara umum. Disclaimer: Bukan berarti buku tentang perempuan itu tidak bagus. Tidak berarti pula topik mengenai problematika perempuan tidak penting ‘dibicarakan’ lewat buku. Tetapi, kalangan Adam juga memerlukan bacaan sesuai preferensi, termasuk anak laki-laki yang butuh asupan rohani berupa bacaan dengan muatan maskulinitas guna mengembangkan kepribadian mereka.

Buku ini menceritakan tentang Rayyan dan Tio, dua bocah lanang kelas V SD yang menjumpai kejadian ‘aneh’ di Gang Garuda, salah satu gang buntu di Jakarta, tempat mereka tinggal. Secara beruntun, barang-barang milik warga Gang Garuda, lenyap diambil entah siapa?

Sebetulnya, barang-barang yang dicuri, bukan termasuk produk berharga mahal. Tetapi bukankah barang-yang disebut-berharga, tidak selalu bernilai beli tinggi? Barang ‘sederhana’ seperti ulekan batu milik penjual gado-gado, sendok sayur kepunyaan pedagang soto, gunting penjahit, maupun tabung gas melon adalah perkakas bernilai fungsional tinggi bagi orang-orang dengan profesi tersebut.

Rayyan dan Tio tergelitik mencari pelaku pencurian barang-barang tersebut. Mereka kemudian mencermati satu persatu aktivitas penghuni Gang Garuda dan membuat daftar orang yang patut dicurigai. Tapi dalam proses penyelidikan, mereka justru menjumpai hal-hal di luar perkiraan, termasuk mengenai sosok pencuri sebenarnya.

“Rayyan dan Tio sama-sama menahan napas. Sekali lagi mereka merasa malu, bukannya menemukan pencuri, tetapi malah menemukan lelaki yang begitu mulia dan berbakti kepada orang tuanya.” (halaman 42).

“Jantung Rayyan berdetak cepat sambil membuka tumpukan koran dan merapikan buku-buku. Perasaannya bercampur aduk antara sedih, takut, dan sangat penasaran. Rayyan sangat takut menemukan benda-benda lain yang hilang di Gang Garuda selama ini.” (halaman 54).

Lewat buku ini, penulis mengajak pembaca untuk menaruh kepedulian terhadap persoalan sekitar. Bahwa dalam masalah orang lain, ada peluang bagi kita untuk turut berkontribusi menyelesaikan.

Lewat buku ini ber-genre detektif ini pula, pembaca dipengaruhi agar bersikap teliti dan hati-hati. Jangan gegabah menghakimi orang dari penampilan lahiriah maupun tindak-tanduk yang-dinilai-berbeda dari kaum kebanyakan. Sebaliknya, cermatlah terhadap hint atau petunjuk yang-bisa jadi-bertebaran di sekeliling. Jangan menyepelekan hal-hal kecil. Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis akan terasah untuk mengumpulkan, memilah, dan menganalisis petunjuk, kemudian merangkainya menjadi fakta guna membantu penyelidikan. Maka, penting sekali, dalam menyelesaikan persoalan, harus mengedepankan logika.

Bagi bocah laki-laki pada umumnya, buku ini bisa sangat relatable dengan keseharian. Rayyan dan Tio adalah potret anak laki-laki dinamis: punya rasa ingin tahu yang besar, banyak aktivitas fisik, gemar berolahraga outdoor, tangkas membantu orang tua, dan sebagainya. Maka, sekali lagi, buku ini bisa dijadikan salah satu alternatif pengasup makanan rohani bagi pengembangan sifat maskulinitas anak laki-laki.

Sedikit kekurangan buku ini, terdapat sejumlah salah ketik di halaman sampul belakang maupun dalam isi, juga inkonsistensi penyebutan nama tokoh: Pak Darmin atau Pak Darman?

————– *** —————–

Rate this article!
Tags: