Menari dan Ngidung Sudah Biasa, Tapi Harus Diasah

Siswa jurusan seni tari SMKN 12 Surabaya tampil di panggung gebyar ekskul SMA/SMK se Jatim kemarin, Rabu (14/3).

Penampilan SMKN 12 Surabaya Warnai Gebyar Ekskul SMA/SMK
Surabaya, Bhirawa
Aksi puluhan siswa SMKN 12 Surabaya menarik perhatian para pengunjung Marvel City siang kemarin, Rabu (14/3). Para siswa tampil unjuk gigi dengan sejumlah pertunjukan yang jarang dijumpai di pusat-pusat perbelanjaan. Tari-tarian, kidungan, hingga bernyanyi campur sari.
Mereka tampil sebagai salah satu pengisi acara gebyar ekstra kurikuler (Ekskul) yang digelar Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim untuk siswa SMA/SMK se-Jatim. Angraeni Anggi bersama enam temannya membuka sesi penampilan untuk SMKN 12 Surabaya kemarin. Mereka membawakan tarian Reog Kendang dari Tulungagung dalam durasi waktu 8 menit.
“Tarian kita itu mengekspresikan para prajurit yang sedang berperang pada era kerajaan Mataram. Ini kesenian khas Tulungagung,” tutur Anggi.
Siswa jurusan seni tari di SMKN 12 itu mengakui, menari sebenarnya bukan bakat tambahan seperti halnya di sekolah lain. Sebab di jurusan tari, menari adalah kompetensi wajib yang harus dia kuasai. Kendati demikian, pelajaran saja tidak cukup untuk menguasai lebih banyak variasi dalam dunia tari. “Kalau di ekskul itu kita bisa mengembangkan lebih. Seperti tari kreasi begitu. Kalau di jurusan kan cuma tari tradisi fokusnya,” terang Anggi.
Sebagai penari yang masih berstatus pelajar, Anggi mengaku butuh banyak panggung untuk mengasah kemampuannya. Dia pun merasa beruntung bisa tampil menari di pusat perbelanjaan yang ramai pengungjung. “Selain di sini kita juga aktif menari di luar sekolah. Kalau ramai job, biasanya bisa sampai tiga kali sebulan kita menari untuk mengisi acara,” kata dia.
Rasa beruntung juga dirasakan Ginanjar Wahyu Pradita saat membawakan kidung diiringi musik karawitan. Siswa jurusan karawitan ini mengaku, kidung didasari kemampuan menyanyi dan bermain musik gamelan. Dan kidung, juga wajib dikuasai seluruh anak jurusan karawitan. “Jadi kita di jurusan karawitan harus bisa mulai dari iringan wayang, iringan tari, campursari dan vokal jawa,” kata dia.
Ginanjar menjelaskan, kidung meskipun seperti bercerita tapi masih termasuk dalam nyanyian. Sebab, kidung juga memiliki pakem musik dan cengkok yang harus dikuasai pengidungnya. Berbeda dengan menyanyi yang memiliki banyak variasi musik. Ngidung, kata Ginanjar, memiliki pakem musik yang harus diikuti pengidungnya.
“Tantangan besarnya pengidung itu tentang narasi dan cengkoknya saat menyanyi. Keduanya harus menarik dan selaras dengan musik,” tutur dia.
Pilihan narasi, kata dia, tidak harus bersifat komedi. Karena kidung juga ada yang dibuat untuk acara formal. Tetapi, ada bagian-bagian yang harus tetap lucu supaya pendengar tidak bosan. Dia mencontohkan sebuah parik’an berbunyi “iwak pitik dodo menthok, lunggu dingklik gak gawe ka…..”. Dalam parik’an tersebut, Ginanjar sengaja memotong kidungnya untuk menarik jawaban dari penonton. Dan penonton pun akan mereflek untuk meneruskan dengan jawaban katok (Celana pendek).
“Tapi saya ganti katok itu dengan kaos. Jadi itu diluar jawaban penonton yang akan membuat mereka tertawa,” tutur dia.
Pelajar asal Jombang ini mengaku, tampil kidungan di pusat perbelanjaan jarang dia jumpai. Karenanya, panggung ekskul ini cukup menarik dan penting. Selain untuk mengasah kemampuan juga mempromosikan kesenian asli Indonesia.
Kepala SMKN 12 Surabaya Bhiwara Sakti Pracihara menambahkan, ekskul yang ditampilkan siswanya merupakan penunjang kompetensi siswa sesuai jurusannya. Sebab, tanpa ekskul variasi kompetensinya akan kurang. Semisal seni musik yang arahnya ke orkestra. Dengan adanya ekstrekskul siswa bisa mengembangkan ke keroncong. “Begitu juga seni tari yang bisa dikembangkan ke modern dance di ekskul,” tutur Praci.
Dalam kesenian, kata dia, sejatinya telah ada wadah untuk adu kompetensi. Seperti Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) mulai tingkat kota hingga nasional. Namun, wadah tersebut hanya mengakomodir enam jenis kesenian. “Jadi dengan panggung ini siswa bebas mengekspresikan lebih banyak bakatnya. Kalau ke depan dilombakan, gebyar ekskul ini pasti akan lebih menarik,” pungkas dia. [tam]

Tags: