Menata Masa Depan Anak Mantan Gafatar Nganjuk

Deftan, Tristan dan Lendi bersama ibunya Sutini yang pasrah dengan masa depan mereka pasca kepulangan mereka dari Kalimantan.(ristika/bhirawa)

Deftan, Tristan dan Lendi bersama ibunya Sutini yang pasrah dengan masa depan mereka pasca kepulangan mereka dari Kalimantan.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa.
Dunia anak memang dunia bermain dan apapun bisa dijadikan alat untuk bermain. Terus bermain dan bermain, anak yang belum genap empat tahun itu tidak tahu apa yang sedang menimpa dirinya dan keluarganya. Tidak peduli dan tidak mau tahu apa itu Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Deftan terus saja memainkan tumpukan gelas air mineral dan potongan kertas berbentuk bulat.
Bahkan, Deftan bersama adiknya Tristan yang usianya terpaut dua tahun tidak mengetahui mengapa mereka dan keluarganya harus berpindah tempat lebih dari lima kali dalam dua pekan terakhir. Demikian juga Deftan dan Tristan juga tidak mengerti jika Sukadi (40) ayahnya masih tertinggal di Polda Kalbar karena urusan yang tidak dipahami oleh alam pikiran anak-anak. “Bapaknya masih belum bisa pulang, masih di Polda Kalbar,” ungkap Sutini (35) orang tua Deftan dan Tristan yang mengaku berasal dari Desa Polu Wetan Kecamatan Jatikalen, Nganjuk.
Tidak tahu harus berbuat apa, Sutinipun hanya pasrah soal masa depan anaknya yang selama ikut Gafatar memang tidak pernah didaftarkan di sekolah formal. Deftan, Tristan maupun kakak sulungnya yang bernama Lendi (12), selama ini hanya mendapatkan pendidikan dari sesama pengikut Gafatar. Karena itulah, Sutini berharap setelah kembali ke kampung halaman, anak-anaknya akan diterima di sekolah formal. “Anak-anak selama tinggal di Mempawah mengikuti home scholling,” papar Sutini.
Sebelum menjadi pengikut Gafatar dan tinggal di Mempawah Kalbar, Sutini dan keluarganya tinggal di Waru Sidoarjo. Di Waru, Sutini dan keluarganya mengaku hidup pas-pasan karena Sukadi suaminya hanya bekerja serabutan. Setelah menjadi pengikut Gafatar, mereka hijrah ke Mempawah dan menjalani kehidupan sebagai petani sayuran di lahan gambut.
Bupati Nganjuk, Drs H Tafiqurrahman memastikan anak-anak mantan pengikut Gafatar akan diterima di sekolah formal. Bupati Taufiqurrahman, bahkan telah memerintahkan kepada camat untuk memastikan kelanjutan pendidikan anak-anak mantan pengikut Gafatar.
Karena tidak hanya Deftan dan Tristan serta kakaknya Lendi yang menjadi korban, tetapi ada ribuan anak pengikut Gafatar yang tidak sekolah. “Pemerintah daerah support semua keperluan mantan para pengikut Gafatar. Termasuk semua sekolah diwajibkan menerima anak-anak mantan pengikut Gafatar pasca kepulangan mereka dari Kalimantan,” tegas Bupati Nganjuk.
Khusus untuk anak-anak mantan pengikut Gafatar, Bupati telah membentuk tim yang terdiri dari Dinsosnakertran dan Dinas Pendidikan untuk melakukan konseling agar mentalnya tumbuh dan berkembang layaknya anak- anak lainnya.
Sekolah yang telah dipersiapkan oleh Pemkab Nganjuk bagi anak-anak mantan pengikut Gafatar, dikatakan bupati mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini, sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas.
“Mulai dari PAUD hingga SMA, semua telah kami intruksikan untuk menampung anak-anak mantan pengkiut Gafatar ini. Soal adsminstrasi sudah kami instruksikan untuk dilakukan dispensasi,” pungkas Bupati Taufiqurrahman. [ris]

Tags: