Mencari Kebahagiaan yang Substansial di Era Digital

Judul : Happiness Inside
Penulis : Gobind Vashdev
Penerbit : Noura Books
Cetakan : 2018 (edisi terbaru)
Tebal : 278 halaman
ISBN : 978-602-9498-64-6
Peresensi : Al-Mahfud*

Kehidupan zaman modern yang berjalan cepat, ketat, dan dinamis membuat orang-orang menjadi sibuk. Kesibukan kerap membuat orang menjadi abai akan asupan batin dan jiwa. Akibatnya, meski dilimpahi kekayaan, banyak orang mengalami kekosongan jiwa dan kehampaan batin. Padahal, hal tersebut penting untuk menciptakan ketenangan jiwa dan kebahagiaan.
Di buku ini, Gobind Vashdev, seorang pembicara multitalenta yang kini menetap di Bali, akan mengajak kita mendalami relung-relung jiwa terdalam kita untuk menemukan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan tak berasal dari apa yang ada di luar diri kita. Gobind tak membicarakan kesuksesan-kesuksesan besar dalam membahas kebahagiaan. Kita justru dibimbing menemukan percikan-percikan sumber kebahagiaan dari dalam diri sendiri, dari kesadaran diri, dan dari hal-hal sederhana di sekitar kita.
Salah satu hal mendasar yang memengaruhi kebahagiaan adalah apa-apa yang kita lihat dan kita dengar sehari-hari. Era digital sekarang dibanjiri informasi dan berita yang negatif, seperti pembunuhan, pemerkosaan, kecelakaan, korupsi, fitnah, hoaks, dan sebagainya. Gobind mengibaratkan, ketika kita melihat tayangan, bacaan, atau mendengar berita yang buruk yang membuat kita takut, cemas, dan marah, itu sama saja kita memberi energi (baca; air) pada pohon ketakutan, kecemasan, dan kemarahan dalam diri kita.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa ketika kita memperhatikan sesuatu, apa pun itu, sebenarnya kita memberikan energi kepada apa yang kita perhatikan. Kita mesti meminimalisir pengaruh tayangan buruk dan lebih fokus menyuburkan pohon “positif” dalam diri kita. Sebab, itu akan menjadi kebiasaan yang menentukan keadaan pikiran kita. Jika sulit bagi kita berpikir positif, itu tidak lain karena pohon “positif’ dalam pikiran kita jarang diberi makan. Ketika perasaan iri dan dengki dominan, itu bukan karena orang lain yang menyebabkannya. Semua itu adalah peran kita dalam memupuk kesuburannya (hlm 9).
Persaingan ketat zaman sekarang kerap mendorong orang atau perusahaan mendorong karyawannya mengikuti seminar, workshop, dan berbagai pelatihan dan motivasi untuk mencapai target kesuksesan. Namun, banyak orang merasa masih sulit berubah meski sering mengikuti seminar. Di sini, penulis menjelaskan bahwa perubahan mestinya berasal dari diri sendiri. “Para pelatih hanya memberi alat, motivasi, arahan, dan semacamnya, tetapi perubahan terletak pada orang itu sendiri,” jelas Gobind (hlm 28).
Hidup di era kemajuan teknologi sekarang juga membuat orang kurang gerak. Mobil, lift, eskalator, pompa air, dan alat-alat modern lainnya membuat orang jarang bergerak sehari-hari. Akibatnya kalori yang dikonsumsi tak tersalurkan dan menjadi sumber gangguan kesehatan. Di sinilah arti penting olahraga, gerakan tubuh, dan senyuman bagi terciptanya kebahagiaan. Sebab, tidak hanya pikiran dan perasaan yang akan memengaruhi mekanisme tubuh. Namun setiap gerakan tubuh atau fisiolgi kita juga memengaruhi pikiran dan perasaan.
Hal yang tak bisa dipisahkan dari zaman sekarang adalah uang. Seringkali orang mati-matian mencari uang. Penulis menegaskan bahwa uang adalah sekadar sarana yang kita harap akan mengantarkan kita pada suatu nilai akhir yang kita inginkan. Misalnya, orang mencari banyak uang untuk mendapatkan ketenangan dan rasa aman. Di sini, ketenangan adalah end value, sedangkan sarana atau mean value-nya adalah uang atau materi. Namun, sekarang banyak yang malah terjebak berfokus pada sarana atau mean value-nya saja. “Sehingga berusaha mencari uang sebanyak-banyaknya namun lupa bahwa tujuan akhirnya adalah kebahagiaan,” tulis Gobind (hlm 167).
Satu kunci kebahagiaan adalah bersyukur. Seperti kata Michael Backwith, “Tidak ada yang bertambah di dirimu hingga kamu bersyukur”, penulis menjelaskan sewaktu orang bersyukur ada sesuatu yang bertambah dan bertumbuh dalam dirinya dan inilah yang membuat berbahagia. Kita mungkin punya tabungan yang bertambah sekian ratus juta setiap bulan. Namun selama kita tak berhenti sejenak untuk merasakan bersyukur, pertambahan tersebut tak akan pernah terasa dalam jiwa kita (hlm 216).
Buku ini kaya renungan-renungan tentang arti kebahagiaan sejati. Gobind Vashdev mengajak kita menyadari bahwa kebahagiaan tidak harus selalu dicari di luar sana lewat pangkat, jabatan, harta, ketenaran, dan sebagainya. Di era internet dan media sosial yang banyak mendorong orang mengejar kebahagiaan dengan mencari banyak perhatian dan ketenaran, buku ini mengajak kita kembali melihat sumber kebahagiaan yang sejati, yang lebih substansial. Kebahagiaan yang sejati berada di dalam diri kita sendiri, tergantung sejauh mana kita mau menyadari dan mensyukurinya.

——————- *** ——————–

Tags: