Menerapkan Kebijakan Mendikbud Program Merdeka Belajar Tidak Mudah

Anggota Komisi X DPR RI, Prof Dr Zainuddin Maliki saat memberikan paparan di Seminar Pendidikan, tentang Program Merdeka Sekolah dihadapan para Kepala Sekolah SMP se Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. [trie diana]

Diungkapkan Anggota Komisi X DPR RI Dihadapan Para Kepala Sekolah SMP
Surabaya, Bhirawa
Dunia pendidikan di Indonesia selama ini banyak dipenuhi paradigma negatif. Dalam paradigma itu menyebutkan perilaku seseorang merupakan hasil intervensi dari luar. Hal itu yang kini ingin diubah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim dengan Program Merdeka Belajar.
Anggota Komisi X DPR RI, Prof Dr Zainuddin Maliki yang menjadi narasumber dalam Seminar Pendidikan Penguatan Kapasitas Guru dalam Implementasi Kebijakan Kemendikbud yang digelar SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya, di Hotel Ibis Surabaya, mencotohkan menyontohkan selama ini, anak-anak di Indonesia disuruh belajar dengan diberi ‘hantu’ yang namanya Ujian Nasional (UN). Mereka hanya mau belajar karena ada UN itu. Tetapi kini ‘hantunya’ dihilangkan ternyata mereka tidak mau belajar.
“Nah sekarang ‘hantunya’ dihilangkan, mereka tidak mau belajar,” ujar Zainuddin di acara Education Seminar 2020 yang digelar Smamda Surabaya, dihadapan 75 Kepala Sekolah SMP Negeri dan swasta di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, Selasa (25/2) kemarin.
Dengan kondisi seperti itu, Mendikbud menginginkan semua itu diubah. Sistem pendidikan harus memiliki kesadaran para pelakunya tanpa ada intervensi apapun dari pihak luar. ”Anak – anak belajar karena kemauannya sendiri, kalau ingin jujur ya jujur saja. Ya memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi harus dilakukan. Saya sepakat dengan itu,” ungkap Zainuddin.
Diakui Zainuddin, dunia pendidikan di Indonesia adalah sebuah organisasi besar yang untuk mengubahnya tidak semudah membalikkan telapak tangan. ”Sekali lempar konsep terus langsung berjalan, itu sulit. Perlu ada tahapan-tahapan tertentu. Hal itu berbeda dengan Budaya di Amerika dimana Mas Menteri pernah tinggal lama,” tukasnya.
Dalam Program Merdeka Belajar ini, sekolah diberi banyak kewenangan. Kewenangan untuk menentukan kelulusan siswanya, kewenangan mengelola dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan banyak lainnya. ”Tinggal sekolah mempertanggungjawabkan kewenangan itu dengan baik,” tukasnya.
Kepala SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda), Ustadz Astajab dalam kesempatan yang sama mengatakan Smamda sebagai lembaga pedidikan Islam merasa perlu, bertanggungjawab dan berkewajiban untuk memberikan pencerahan bagi para kepala sekolah SMP baik negeri maupun swasta agar memahami makna dari Program Merdeka Belajar.
“Sehingga para kepala sekolah itu mampu menyiapkan berbagai hal terkait Merdeka Belajar. Ketika kebijakan ini mulai diberlakukan, sekolah sudah siap. Misalnya tentang penghapusan ujian nasional yang diganti assessment. Ada indicator tertentu untuk menilai assessment itu, seperti apa, sekolah yang akan menentukan,” tandas Astajab.
Smamda sendiri, kata Astajab, saat ini sudah mulai menyiapkan guru-guru untuk membuat instrument-instrumen penilaian untuk assessment itu. ”Ketika USBN dihapus dan diganti, maka kami sudah mempersiapkan diri untuk membuat soal-soal yang sesuai dengan kebijakan Mendikbud,” tandas Astajab.
Dengan cara ini, Astajab berharap, Smamda bisa terus eksis dan diminati calon siswa baru yang baik dan kompeten.
Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kota Surabaya dan Sidoarjo, Dr Sukaryantho, menyatakan terima kasih kepada Smamda Surabaya. Menurutnya, Smamda Surabaya merupakan sekolah yang kuat dan percaya diri. Dinas Pendidikan Provinsi ingin semua kepala sekolah negeri dan swasta di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik bisa seperti Pak Astajab sebagai Kepala Sekolah Smamda.
“Semoga semua kepala sekolah di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik dan Jatim secara umum bisa seperti Pak Astajab sebagai Kepala Sekolah Smamda Surabaya, yakni menjadi sekolah yang kuat dan percara diri. Beruntung Sekolah Muhammadiyah mendahului sehingga siswa sekolah Muhammadiyah mempunyai Guiding menjadi Sekolah Merdeka,” kata Sukaryantho dihadapan para kepala sekolah. [fen]

Tags: