Mengembalikan Hakikat Makna Sehat

(Refleksi Hari Kesehatan Nasional, 12 Nopember 2018)

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya 

Aku Cinta Sehat dan Ayo Hidup Sehat, Mulai dari Kita menjadi tema dan subtema Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-54 Tahun 2018. Ayo hidup sehat, mulai dari kita merupakan sebuah rangkaian upaya atau proses secara masif dan berkesinambungan untuk mencapai kondisi sehat. memang gerakan cinta sehat dan hidup sehat terasa amat mudah diucapkan namun ternyata sulit dilaksanakan. Cinta sehat adalah sebuah aksioma dimana setiap orang membutuhkan hidup sehat dalam mengisi aktivitas sehari-hari. Orang bekerja perlu sehat, orang istirahat butuh sehat, berinteraksi juga harus sehat dan lain-lain. Peringatan HKN ke-54 merupakan momentum untuk mengubah upaya kesehatan bersifat kuratif menjadi preventif dan promotif. Mengubah gaya hidup menjadi hidup sehat dimulai dari diri sendiri merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Kesehatan sebenarnya bukanlah sesuatu yang mahal, dalam arti untuk mempertahankan dan menjaga kesehatan sebenarnya tidak banyak membutuhkan biaya yang mahal. Dengana kata lain, kesehatan justru dipandang sebagai sebuah kondisi jasmani dan rohani yang seimbang, optimal dan mampu menghasilkan kegiatan yang produktif. Sebaliknya sakit merupakan suatu kondisi yang amat mahal bahkan tak tergadaikan oleh sesuatu apapun. Pada saat yang sama ketika sakit, seseorang tidak mampu menikmati kehidupan secara normal, optimal bahkan seseorang rela tidak rela terkadang harus “membayar” yang tidak sedikit. Dengan hidup sehat merupakan momentum agar sistem pembiayaan kesehatan yang selama terus membengkak dapat diminimalisir. Selain itu makna sehat acapkali direduksi dengan tidak sakit, padahal makna kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Merujuk pada definisi tersebut, bahwa seseorang dinyatakan sehat adalah ditinjau dari sisi fisik (jasmani, raga, badaniyah), mental (rohani, psikis, jiwa), spiritual (religiusitas, kepercayaan, keyakinan) dan sosial (hal-hal yang berhubungan dengan manusia atau berinteraksi antar manusia dalam masyarakat) serta hidup produktif (bersifat/mampu menghasilkan). Dalam rangka mencapai ‘kondisi atau keadaan sehat’ tentu dibutuhkan sebuah pemahaman makna sehat dalam konteks proses untuk mencapai sesuatu kondisi yang optimal. Kesehatan kadangkala tak disadari bahwa setiap orang membutuhkan secara mutlak dan tidak bisa ditawar atau digantikan dengan apapun. Ironisme sebagian besar kita justru menggadaikan makna kesehatan meski secara tidak langsung seperti malas berolahraga, mengkonsumsi makanan ‘enak’ (tinggi lemak dan gula), kebiasaan merokok hingga tersandera oleh stres yang berkepanjangan.
Di sisi lain, wajah pelayanan kesehatan dewasa ini cenderung termodernisasi dengan balutan teknologi canggih, fasilitas lengkap dan modern dan sarana prasarana yang mewah yang notabene adalah untuk layanan yang bersifat kuratif yang mengarah wilayah privat. Banyaknya fasilitas layanan kesehatan tidak serta merta menggambarkan masyarakat hidup sehat namun lebih bersifat faktor pendukung untuk menggapai derajat masyarakat sehat dan produktif secara mandiri. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang dicanangkan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memang terus didorong hingga masyarakat sadar bahwa ternyata untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dapat diimplementasikan secara murah dan mudah.
Mengubah gaya hidup menjadi hidup sehat dimulai dari diri sendiri, saat ini dan dari hal kecil merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Sampai kapanpun sektor kesehatan selalu menjadi prioritas pemerintah oleh karena pertama, kesehatan merupakan bersifat mutlak bagi setiap manusia tanpa kecuali. Sehat tak terpisahkan dalam hidup sehari-hari, ibarat manusia tanpa air dan udara pasti mati. Dengan kata lain kesehatan sebagai salah satu sektor kehidupan yang sangat strategis, elementer dan menentukan hajat hidup orang banyak dan langsung terkait kebutuhan dasar manusia sampai kapanpun. Sebenarnya berbicara masalah kesehatan sangatlah luas namun makna kesehatan direduksi hanyalah seputar jaminan kesehatan, layanan puskesmas dan rumah sakit, tenaga kesehatan (medis), obat-obatan hingga potensi penyakit yang timbul.
Kedua, sektor kesehatan dianggap mudah dikonversi dengan nilai uang atau bentuk ekonomis sehingga masyarakat mudah memahami. Melihat kondisi tersebut dapat dipahami bila maraknya pembangunan rumah sakit, upaya peningkatan status puskesmas menjadi rawat inap, munculnya klinik-klinik swasta, menjamurnya layanan apotek justru menjadi tolok ukur “prestasi” sektor kesehatan daerah. Celakanya tolok ukur diatas amat lekat dengan hitung-hitungan ekonomis atau privat health oriented dan lebih cenderung didesain dalam indikator atau parameter negatif seperti angka kematian ibu, kematian bayi, hingga kasus gizi buruk sehinga tak aneh bila dibalik kemajuan yang nampak, terdapat beberapa aspek kesehatan masyarakat yang justru masih terjerembab dalam lingkaran resiko kesakitan yang tinggi di sektor kesehatan publik. Masyarakat yang sehat merupakan modal ketangguhan suatu bangsa. Keterlibatan seluruh komponen bangsa, mencakup pemerintah, swasta, dan masyarakat dibutuhkan baik di pusat maupun daerah.

——– *** ——–

Rate this article!
Tags: