Mengenal Tradisi Sedekah Bumi di Desa Wonorejo, Situbondo

Warga Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo kompak mengikuti rangkaian sedekah bumi belum lama ini. [sawawi]

Diadakan Setahun Sekali, Dipercaya dapat Mengusir Kesialan dan Marabahaya
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Tiap desa di Kabupaten Situbondo memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Termasuk diantaranya dalam kegiatan selamatan atau kegiatan sakral. Satu diantaranya di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. Di desa yang dikenal sebagai ‘Desa Kebangsaan’ itu, ratusan masyarakatnya memiliki acara yang unik nan sakral. Yakni rutin setahun sekali mengadakan ruwatan massal atau biasa disebut sebagai sedekah bumi.
Pagi itu, sejumlah masyarakat adat berkumpul di suatu tempat di Desa Wonorejo. Pemuda dan kalangan dewasa lainnya tampak sibuk mengumpullkan hasil pertanian seperti jagung, padi, kacang tanah, kacang panjang, terong, lombok dan pisang serta membuat jajanan basah dan makanan tradisional dimasing masing rumahnya. Mereka mempersiapkan puncak acara adat ruwatan massal yang sudah turun temurun diadakan masyarakat Desa Wonorejo. Para aparat desa tak kalah sibuk, mereka juga mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan susunan acara.
Setelah siap, para warga berkumpul dalam satu titik dan selanjutnya konvol menuju ke satu titik terakhir yang biasa menjadi tempat ruwatan massal. Disana sudah menunggu para tetua adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan kalangan Muspika setempat.
Setelah hasil tanaman sawah dan jajanan serta makanan raksasa di usung, mereka lalu menempatkan secara rapi di sebuah gasebo, persis didekat kawasan persawahan desa setempat. “Memang acara sedekah bumi massal ini rutin diadakan setahun sekali di Desa Wonorejo,” kata Slamet Hariyadi, tokoh pemuda Desa Wonorejo.
Slamet mengatakan, masyarakat Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih sejak puluhan tahun silam memiliki tradisi yang cukup unik. Yakni ruwatan massal. Mereka mempercayai, dengan mengadakan acara sedekah bumi tersebut masyarakat akan terhindar dari sebuah kesialan dan marabahaya.
Dimata Slamet, masyarakat Desa Wonorejo mengadakan ruwatan masal adalah acara tahunan yang wajib tersaji. Sebab dengan diadakannya ruwatan massal, aku Slamet, warga percaya bahwa kesialan dan energi negatif di dalam diri setiap orang akan lenyap.
“Selain itu, manfaat lainnya dengan adanya ruwatan massal, warga yang tidak mempunyai biaya untuk melaksanakan ruwatan secara pribadi bisa terbantu dengan sendirinya,” tutur Slamet yang juga dikenal sebagai aktivis sosial kemanusiaan di Kota Bumi Salawat Nariyah ini.
Disisi lain, Sekretaris Desa Wonorejo, Fatoni mengatakan, ruwatan massal biasanya dilaksanakan setiap bulan muharom tiba. Acara kegiatan yang dihiasi dengan konvoi aneka lampu hias itu diikuti oleh ratusan masyarakat Desa Wonorejo. Baik anak-anak, remaja maupun orang dewasa berkumpul bersama. “Mereka ikut bergabung sebagai bentuk cintanya terhadap tradisi Desa sini. Sebab kalau tradisi ini tidak disukai oleh warga, maka tidak mungkin kegiatan ruwatan massal berjalan hingga puluhan tahun lamanya. Bahkan berlanjut hingga saat ini,” terang Fatoni.
Fatoni menuturkan, ruwatan massal mempunyai sebutan lain yakni dinamakan ruwatan sengkala. Nama ini kata Fatoni, diadopsi dari bahasa Jawa yang mempunyai makna dua suku kata. Pertama kata ruwat dan kedua kata sangkala. Ruwat disini, kata dia, mengandung arti membebaskan. Sedangkan sangkala artinyanya kesialan atau malapetaka. “Jadi bisa disimpulkan arti ruwatan sengkala adalah terbebas dari segala kesialan atau marabahaya,” jelas Fatoni.
Fatoni menambahkan, acara ruwatan massal itu dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan bersih desa. Biasanya, akunya, ruwatan menjadi kegiatan penghujung dari acara bersih desa. Fatoni mengakui biasanya kegiatan itu bernama ruwatan massal atau sebutan sedekah bumi. “Sebab dari sejarahnya dahulu banyak warga yang membuat nasi tumpeng dan makanan untuk sebuah ruwatan. Selanjutnya makanan dan jajanan itu dimakan dengan bersama-sama ratusan warga lainnya,”papar Toni.
Salah satu warga Desa Wonorejo, Amin menimpali, acara ruwatan massal bejalan setiap tahun dengan meriah karena mendapatkan dukungan dari berbagai elemen masyarakat, kalangan perangkat desa, Bhabinsa dan Bhabinkamtibmas. Tak hanya itu, sebagian diantaranya ada dari pengunjung atau wisatawan domestik yang ikut tertarik mengikuti ritual tertua di Desa Wonorejo.
“Intinya kegiatan ini sangat baik. Karena selain dapat mempersatukan masyarakat dan perangkat Desa juga dapat memupuk kebersamaan. Semua kompak untuk berkumpul bersama dalam kegiatan bernama ruwatan massal,” ungkap Amin.
Kegiatan ruwatan massal sepengetahuan Amin selalu berlangsung dengan konsep yang sama. Yakni tiap warga dengan ikhlas membuat jajanan tradisional dan makanan Jawa untuk selanjutnya dikemas dan diarak keliling jalan Desa Wonorejo.
Setelah melalui jalur jalan yang sudah di atur, beberapa jenis tanaman hasil pertanian, jajanan yang berbentuk raksasa itu lalu di tata di depan gazebo khusus. “Selanjutnya tetua adat dan tokoh masyarakat memimpin acara sakral ruwatan massal ini. Inti dari kegiatan ini adalah mengajak semua masyarakat bersatu,” pungkas Amin. [sawawi]

Tags: