Mengikuti Aktivitas Klub Entrepreneur SMA Muhammadiyah 10 Surabaya

Manajer Restoran Supangat menunjukkan cara membuat pizza dengan cepat dan tepat kepada siswa SMA Muhammadiyah 10 Surabaya, Senin (5/6). [adit hananta utama]

Asah Soft Skill Lewat Praktik Membuat Pizza
Kota Surabaya, Bhirawa
Magang di dunia usaha dan industri umumnya dilakukan oleh siswa di sekolah kejuruan. Namun, bukan tidak mungkin hal itu juga bisa dilakukan oleh siswa-siswi dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Contohnya saja yang sudah diikuti oleh klub entrepreneur di SMA Muhammadiyah 10 Surabaya.
Lebih dari 20 siswa SMA Muhammadiyah Surabaya terlihat memenuhi sebuah restoran cepat saji di Mal ITC Megagrosir Surabaya, Senin (5/6) siang kemarin. Bukan untuk ramai-ramai membatalkan puasa, melainkan untuk belajar mengelola sebuah bisnis di bidang kuliner. Puluhan siswa itu pun langsung menyerbu bagian dapur restoran untuk mengetahui lebih jelas apa isinya.
Begitu memasuki dapur, para siswa langsung disambut seorang manajer restoran, Supangat. Pelajaran pertama yang disajikan ke para siswa adalah standar mencuci piring dan peralatan dapur. “Ada tiga bagian, cuci, bilas lalu keringkan. Bisa kalian melakukan ini?,” tanyanya ke siswa.
Berlanjut, para siswa dikenalkan dengan berbagai peralatan dapur yang utama. Yakni freezer, pemanggang roti, penggiling adonan dan berbagai jenis topping untuk pizza. Untuk membuat pizza, Supangat melakukan simulai singkat. Adonan roti yang sudah berbentuk pipih dan bulat sudah tersedia dalam pendingin. Selanjutnya, tinggal menambahkan topping sesuai yang dipesan pembeli. “Utamanya yang dipakai adalah keju mozarela dan sosis. Setelah dipanaskan di oven, keju mozarela ini akan meleleh,” kata dia.
Di retorannya, pelayanan harus serba cepat dan tepat. Makanya saat datang pesanan, waktu paling lama menunggu jika pembeli ramai adalah 17 menit. “Kalau sepi bisa sampai hanya 10 menit,” terang Supangat.
Supangat mengungkapkan, pertemuan pertamanya dengan para siswa sementara untuk mengenalkan peralatan dan standar yang berlaku. Salah satu standar yang tidak boleh ditinggal adalah menggunakan celemek, penutup rambut dan sarung tangan. Dengan begitu, meskipun dapur itu terlihat oleh pembeli tidak perlu takut. Karena makanan yang disajikan pasti higienis.
“Pelajaran penting bagi anak-anak adalah bagaimana seharusnya menjaga kualitas produk dan pelayanan. Selama kita menjaga kualitas itu, kepuasan kastemer akan terjamin dan usaha kita pasti jalan. Kalau kastemer kecewa, usaha pasti turun,” kata dia.

Tags: