Menjadi Pribadi yang Sejuk dan Menyejukkan

buku_Saku-Penyejuk-KalbuResensi Buku :
Buku    : Buku Saku Penyejuk Kalbu
Penulis  : Syekh Tosun Bayrak Al-Jerrahi
Penerbit  : Zaman
Tahun terbit  : 2013
Tebal Buku  : 208 halaman
ISBN    : 978-602-1791-99-8
Peresensi  : Siti Nur Chalimah
Mahasiswa Prodi Ilmu Falak IAIN Walisongo Semarang.
Siapapun orangnya pasti mengidam-idamkan menjadi pribadi unggul dan selamat dalam hidupnya di dunia dan akhirat. Pribadi yang di dalamnya terdapat jiwa spiritual yang memberikan kesejukan untuk dirinya dan orang lain. Seperti yang telah dicontohkan oleh panutan dunia yang Agung dan Mulia, yakni Muhammad SAW.  Sang pelopor pribadi pembawa khabar kepada umat, berupa syafaat-nya kelak di hari akhir.
Melalui buku yang berjudul “Buku Saku Penyejuk Kalbu” karya Syekh Tosun Bayrak al-Jerrahi  akan mengantarkan kita menuju jalan-jalan mencapai sebuah tingkatan yang mulia bagi seorang muslim. Mulai dari bagaimana cara mengenali diri sendiri hingga bagaimana mengenal Tuhan.
Menurutnya, hati adalah inti pusat dari seorang manusia. Tetapi yang dimaksud hati disini bukanlah sepotong daging yang berada di sebelah dada manusia, melainkan jiwa yang menjadi pusat batin. Dia tidak terlihat. Tetapi pengaruhnya sangat dahsyat. Ketika hati disapa, entah berbuat taat ataupun maksiat, seluruh anggota tubuh akan mengikuti. Maka, mengenal hati adalah kunci untuk mengenal Tuhan. “orang yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya.” (hlm 41)
Hal pertama yang harus dilakukan apabila seseorang hendak beriman adalah mengokohkan iman dalam hatinya dan kemudian menyatakan dengan lisan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Selanjutnya, Syekh Tosun menjelaskan, beberapa jalan menuju keselamatan yaitu salah satunya dengan mengikuti jalan para wali Allah serta orang-orang yang dicintai-Nya.
Kemudian jalan keselamatan yang selanjutnya adalah berbahagia ketika melihat orang lain bahagia. Ikut merasakan kebahagiaannya. Bukan malah iri dan berambisi untuk mendapatkan lebih darinya.
Lebih lanjut, syekh Tosun mengumpamakan dunia ini bagaikan sebuah bukit yang tinggi dan curam. Dimana dia akan menggemakan segala bunyi yang ada. Apa pun yang dikerjakan, dipikirkan, atau dirasakan, entah sesuatu yang baik maupun buruk. Akan datang kembali bagaikan gaung. Seandainya bukit itu dapat berbicara, maka ia akan mengatakan, “Aku tidak memiliki keinginan sendiri, aku hanyalah bayang-bayangmu, gaungmu. Akan kuperlihatkan keadaanmu, apa adanya!”(hlm 42)
Berdasarkan cuplikan isi buku di atas, kita tentunya ingin mendapatkan gaung dengan suara yang merdu dan manis. Hal ini akan terwujud jika memang apa yang dilakukan juga merupakan sesuatu yang baik. Karena sejatinya, apa yang kita dapatkan merupakan timbal balik dari apa-apa yang telah kita lakukan.
Beberapa petuah disampaikan dalam buku terjemahan ini, seperti yang dikatakannya “waktu laksana pedang tajam, jika tidak dipergunakan, ia akan memotong tangan yang memegangnya” artinya bahwa kita harus menggunakan waktu dengan beramal sebaik mungkin, serta jangan sampai melewatkan waktu dengan sia-sia belaka ataupun menghabiskannya dengan sesuatu  yang tidak bermanfaat.
Di dalam buku ini, penulis menjelaskan bagaimana cara mendaki tujuh tingkatan wujud, bagaimana cara menyucikan hati,serta pada akhir bagian buku ini penulis juga menambahkan enam puluh kehinaan al-Nafs (jiwa) dan empat puluh sifat sifat orang yangzahid.
Membaca buku ini kita spiritual kita bagai dipandu. Buku ini akan menjadikan hati menjadi lebih terang dan lebih tenang. Menuntun kita bagaimana jalan menjadi pribadi yang tidak hanya selamat bagi dirinya sendiri akan tetapi juga menyelamatkan orang lain. Pribadi yang sejuk serta menyejukkan. Dengan ulasan penulis yang mencerahkan serta menggerakkan, menambah nilai plus tersendiri bagi buku ini. Selamat membaca!

Tags: