Mensikapi Kemajuan Teknologi Informasi

Asri Kusuma DewantiOleh :
Asri Kusuma Dewanti
Pengajar FKIP
Universitas Muhammadiyah Malang

Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi yang pesat, telah menghadirkan banyak hal perubahan yang cukup unik dan variatif di antara kita. Pasalnya, banyak fenomena unik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak masyarakat kita yang terbawa tren yang dibawa oleh informasi yang berada dalam jejaring internet, tanpa mengetahui kebenaran informasinya, dan tanpa berpikir kritis untuk menyaring mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Melalui banyaknya perubahan yang terjadai saat ini, menjadikan banyak hal yang bisa kita teliti.
Internet kini sekan-akan menjadi kebutuhan primer yang dibutuhkan oleh manusia, karena kita semua tentu tahu betapa berharga dan bermanfaatnya apabila memiliki koneksi terhadap internet. Contonya saja, dengan internet kita bisa memperkaya informasi, menambah relasi, hingga menghabiskan lembaran uang kita dengan koneksi internet.
Membahas internet, tentunya tidak ada salahnya kita membahas suatu fenomena akibat gebrakan internet bernama media sosial. Twitter, Facebook, dan Line adalah salah satu dari sekian banyak media sosial yang populer di Indonesia. Dengan kecanggihan media sosial, kita bisa melakukan apa yang kami sebutkan tadi, sepeti memperkaya informasi, menambah relasi dan berbelanja tentunya. Tak terkecuali untuk bebricara sebebas mungkin di media social. Bahkan, mengikuti sesuatu yang sedang trend saat ini. Wajar aadanya, jika akhirnya, fenomena ikut-ikutan tak bisa terelakkan.
Tolak budaya ikut-ikutan
Budaya ikut-ikutan ini bisa menjadi booming di tengah masyarakat. Bila diperhatikan, saat ini ada tren yang digandrungi contohnya hijabers. Di media sosial, misalnya, beredar foto-foto dari para hijaber tampil dengan aksesori yang ‘luar biasa’ atau tepatnya berlebihan. Tak hanya dalam ukuran fisiknya yang ekstra, tetapi juga cara pemakaiannya. Anting sebesar gelang disematkan dan dibiarkan menjuntai keluar, sehingga tanpa disadari telah melanggar batas aurat di area telinga dan leher.
Sepintas mungkin tidak terlalu memedulikan hal ini. Toh masih tetap berhijab. Mereka yang melihat sepintas pun menilai oke saja. Karenanya, dengan cepat gaya berjilbab dengan aksesori wow ini menyebar. Tren memakai aksesori besar ini tanpa disadari telah di-booming-kan oleh para selebgram, hijabers dan blogger hijab dari dalam dan luar negeri . Fakta inipu  menjadi trend ikutan masyarakat di sekeliling kita.
Jujur secara pribadi, melihat membuminya busana berhijab dan hijab Indonesia yang secara kuantitas memang kita berpenduduk muslim, namun sayang secara kuantitas mayoritas penduduk kita muslim, belum menunjukkan secara kualitas muslim kita. Ambil contoh, masih maraknya kasus perdukunan seperti penggandaan uang yang dilakukan Ki Dimas Kanjeng. Potret tragis ironisnya, terbukti banyak pengikutnya.
Kemudian gaung selfie rupa-rupanya jadi tren juga di Indonesia. Bukan cuma karena pasar teknologi dan tren konsumtif, namun fakta ini sudah menjadi kebutuhan dasar hampir semua orang. Banyak orang diberdaya dari teknologi, abai dengan nilai-nilai kebaikan yang ada disekelilingnya. Berselfi dengan merusak lingkungan. Contonya, menginjak-injak fasilitas keindahan kota, sudah jelas-jelas di larang berselfi di taman kota yang ada pembatasnya, namun berapa banyak orang tidak mengindahkan aturan yang ada, justru malah di injak-injak. Semua itu demi keinginan ego yang tak bertanggung jawab. Selfie nampaknya belum dianggap sesuatu masalah atau isu yang serius.
Fakta tersebut baru sedikit saja dari banyaknya fenomena ikut-ikutan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Lantas, dampak buruk lain apa yang ditimbulkan jika hal seperti ini terus menerus berlanjut? Mau jadi apa negeri ini, jika masyarakat kita pada umumnya hanya serba ikut-ikutan. Padahal harus jujur kita akui bersama bahwa negeri ini sedang darurat krisis, mulai masalah penegakakan hukum, penguatan ekonomi, perwujudan swasembada pangan, politik, pemberantasan korupsi, pemberantasan narkoba dan masih segudah masalah negeri ini yang harus diselesaikan.
Bukankah sistem politik Indonesia yang katanya menerapkan azas demokratis, sudah semestinya partisipasi politik dari masyarakat sangat dibutuhkan untuk meminimalisasi tindakan penyelewengan kewenangan oleh pejabat publik yang berkuasa di lembaga legislatif maupun eksekutif. Pemikiran yang kritis mutlak dibutuhkan untuk mengamati dan mengkritisi setiap perumusan dan pelaksanaan kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan publik.
Pertajam daya kritis
Di tengah arus perkembangan teknologi yang semakin luar biasa ini, saatnya kita mempertanjam daya kristis, supaya tidak mudah terbawa arus negative dari perkembangan teknologi. Masyarakat kita yang sekedar mengikuti tren dan sekedar ikut-ikutan jika dibiarkan, maka konsekwensinya kita bisa dimanfaatkan sebagai pasar luar negeri dalam memasarkan produk mereka. Lemahnya daya kritis kita akan fakta ini, sama saja kita siap akan diberdayai oleh pasar asing. Jika ini benar adanya, maka bukan tidak mungkin jika kekuasaan yang dijalankan oleh negara akan banyak mengarah pada tindakan yang korup karena minim keterlibatan publik, seperti pengawasan dan kritik.
Kemungkinan paling buruk, masyarakat dan politik akan menjadi sangat “jauh”. Politik yang dipahami masyarakat hanya akan berada pada tingkat prosedural saja (contoh: pemilu), bukan pada keterlibatan mengawasi, mengkritisi, dan mengikuti proses pelaksanaan wewenang atau kekuasaan. Inilah yang mengakibatkan politik seolah hanya milik elit yang berkuasa dalam jabatan struktural negara saja.
Padahal kenyataannya, politik selalu berkaitan dengan kejadian keseharian yang terjadi di masyarakat. Bagaimana harga cabai dan daging di pasar bisa naik-turun, bagaimana makanan yang kurang sehat bisa dihidangkan di meja makan kita, bagaimana sulitnya mengakses pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat kelas menengah bawah, atau bagaimana udara yang tercemar asap industri bisa kita hirup. Pengadaan plastik berbayar sampai dihapusnya biaya berbayar plastik tersebut . Banyak yang tidak disikapi secara kritis oleh masyarakat kita. Faktanya, banyak diantara kita moso bodoo. Padahal, semuanya adalah permasalahan politik, semuanya sangat mungkin bisa dipengaruhi oleh masyarakat.
Saatnya sekarang ini kita sadar jangan hanya sekedar focus pada tren di tengah-tengah kita, namun bagaimana kita mampu berpikir kritis dalam segala hal yang berkaitan dengan hajat hidup kita. Bagaimanapun juga kita harus ingat, bahwa kita yang terbiasa mematuhi segala macam tren dan kurang memiliki pemikiran kritis, akan sangat sulit menempatkan diri dalam realitas sosial yang ada. Bahkan, kemungkinan terburuknya, kita akan mengikuti tren dan informasi yang menghambat potensi diri untuk berkembang. Bahkan, kita akan terjebak dalam lingkaran gaya hidup konsumtif dan hedonis ketika mengikuti informasi yang berbau marketing produk tertentu yang secara sengaja memang dibuat untuk mempengaruhi alam bawah sadar.
Setelah melihat dampak buruk yang mungkin ditimbulkan dari fenomena ikut-ikutan ini, lantas usaha apa yang harus dilakukan agar kemungkinan terburuknya tidak terjadi? Tentunya dengan melatih diri agar memiliki kemampuan berpikir kritis. Salah satu cara yang paling mudah dan murah adalah membekali diri dengan berbagai macam pengetahuan yang ilmiah (bersumber dari buku, esai, makalah, diskusi publik, dll).
Jadi, ketika kita memiliki bekal pengetahuan yang mumpuni, kita akan bisa melakukan prediksi logis, memilah informasi dan tren mana yang akan berakibat baik dan benar jika kita ikuti. Akhir kata, menolak dan menutup diri dari berbagai macam informasi dan tren yang ada di internet akan menjadikan kita tertinggal dan bodoh, namun mengikuti dan mematuhi segala macam informasi dan tren yang ada di internet justru akan menjadikan kita bahagia dalam kebodohan. Singkat kata kemajuan teknologi tidak mesti kita tolak, namun bagaimana kita mampu mengimbangi kemajuan teknologi yang ada, tanpa mengurangi daya kritis kita. Berjalan di tepian, tidak ikut arus dan tidak melawan arus. Oleh sebab itu, menjadi masyarakat internet yang cerdas, bijak, dan kritis itu penting adanya.

                                                                                                           ————- ^^^ ————–

Tags: