Merindukan Pahlawan Kesejahteraan Sosial

SukesiOleh :
Sukesi
Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

Bangsa ini baru saja memperingati Hari Pahlawan 10 November 2015 kemarin. Peringatan Hari Pahlawan tahun ini bagi Jawa Timur terasa bermakna, karena pada tahun ini Presiden RI Joko Widodo untuk pertama kalinya juga berkenan menjadi Inspektur Upacara untuk Peringatan Hari Pahlawan di Surabaya.
Peringatan tahun ini juga semakin bermakna karena Presiden Jokowi juga  menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional untuk dua tokoh asal Jatim yakni Mas Isman dan Mohammad Jasin. Dengan demikian, sampai saat ini sudah ada 26 pahlawan nasional yang berasal dari Jawa Timur. Di luar itu, masih ada 4 nama tokoh asal Jatim yang diusulkan untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional yang diantaranya adalah mantan presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur).
Banyaknya nama-nama tokoh dari Jawa Timur tersebut sesungguhnya memberi pesan bahwa dalam lintasan kesejarahan bangsa ini, Provinsi Jawa Timur selalu menampilkan figur-figur yang memberi kontribusi besar sesuai zamannya. Sejarah ini tentu menjadi pelajaran sekaligus pemantik bagi kita semua generasi saat ini untuk bisa berperan bagi bangsa dan Negara.
Sejarah telah mencatat bahwa perjuangan untuk mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang saat ini menjadi bangsa berdaulat dan terhormat adalah bukan hadiah atau pemberian dari pihak manapun, tetapi melalui proses perjuangan yang sangat panjang, heroik, dan disertai dengan pengorbanan yang luar biasa dari para pejuang dan para pahlawan pendahulu kita.
Dengan demikian, kita harus memaknai peringatan hari Pahlawan bukan hanya sekedar ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, tapi sekaligus sebagai refleksi terhadap keyakinan jati diri bangsa yang bermartabat diinspirasi oleh para pejuang kita yang telah gugur di medan laga.
Mewujudkan Kesejahteraan Sosial
Negara tanpa pahlawan sama artinya dengan negara tanpa kebanggaan. Jika negara tak memiliki tokoh yang dibanggakan, negara ini miskin harga diri. Pahlawan menjadi penting karena ia memberi inspirasi agar bangsa ini terus bangkit. Lihat saja apa yang sudah diperjuangkan para pendahulu kita di masa perang sampai kemerdekaan.
Makanya tokoh proklamator kita, Bung Karno, selalu mengingatkan kita untuk tidak lupa dengan sejarah bangsa ini. Dan sebuah bangsa baru layak dikatakan besar jika generasinya bisa menunjukkan penghargaan atas jasa para pahlawannya, termasuk peduli dengan sejarah kebangsaannya.
Lantaran itu, memaknai Hari Pahlawan hari ini sesungguhnya bukan sekadar ziarah atau tabur bunga lalu mengheningkan cipta di taman makam pahlawan. Juga bukan dengan mengikuti kegiatan ritual seperti upacara bendera semata. Tetapi mampu memetik pesan  para pahlawan tersebut dengan meneladani perannya bagi bangsa dan Negara. Dalam konteks hari ini, peran yang bisa dilakukan tentu tidak lagi harus berbentuk pengorbanan nyawa untuk mempertahanan Negara tetapi dalam bentuk perjuangan demi membebasakan bangsa dan Negara ini dari berbagai persoalan sosial yang sampai hari ini masih saja terjadi.
Peringatan Hari Pahlawan tahun 2015 sesungguhnya adalah untuk mengingatkan kembali kepada kita semua dan bagi generasi muda khususnya sebagai penerus cita-cita agar nilai-nilai kejuangan yang telah dibangun tidak boleh dilupakan sampai kapanpun.
Kita semua menyadari bahwa dinamika perubahan yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara saat ini masih menyisakan berbagai permasalahan, seperti kemiskinan, ketelantaran, pengangguran, korban bencana, konflik antar warga dan masalah-masalah lain yang dapat mengganggu kelangsungan keharmonisan berbangsa dan bernegara di semua aspek.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut kita harus bahu membahu dan bersama-sama melakukan segala upaya agar impian dan harapan menjadi negara Indonesia yang berdaulat, adil, makmur, dan sejahtera dapat menjadi kenyataan. Modal sosial yang harus kita perkuat adalah menjaga jati diri sebagai bangsa yang hebat untuk membangun negeri yang lebih kuat, kokoh, dan harmonis didalam bingkai Negera Kesatuan Republik Indonesia.
Semangat kepahlawanan dan kejuangan yang direpresentasikan dalam bentuk cinta tanah air, pantang menyerah, peduli dan berbagi, serta toleransi harus menjadi sumber motivasi untuk mengatasi berbagai tantangan dalam menyelesaikan semua masalah yang kita hadapi diwaktu kini dan mendatang.
Hemat penulis, untuk menjadi pahlawan masa kini tentu tidak perlu sampai mengorbankan nyawa dan mengeluarkan tetes darah penghabisan, seperti yang dilakukan para pejuang kemerdekaan dulu. Pahlawan masa kini cukup mengeluarkan keringat dan nyali yang besar untuk bisa mengubah lingkungan sekitarnya menjadi lebih baik.
Disparitas Sosial Ekonomi
Tantangan dan persoalan sosial yang hari ini masih terus menerus membutuhkan perhatian serius salah satunya adalah masalah kesejahteraan sosial. Persoalan kesejahteraan kalau dirunut lebih dalam lagi akan menuju pada disparitas perekonomian masyarakat.
Hari ini, arah gerakan reformasi semakin dipertanyakan karena tidak mampu mengatasi ketimpangan sosial ekonomi yang dinilai cenderung melebar. Setelah gerakan reformasi berjalan 17 tahun, ketimpangan ekonomi tidak juga berkurang, tetapi justru melebar. Keluhan bermunculan karena realitas bidang ekonomi dan politik semakin menjauhi cita-cita gerakan reformasi. Dalam bidang politik terjadi kegaduhan, sementara di bidang ekonomi terlihat ketimpangan.
Kesenjangan melebar antara kelompok kaya dan miskin. Semakin terlihat bahwa kekayaan menumpuk hanya pada segelintir orang, sementara puluhan juta orang terus bergulat setiap hari dalam keterbatasan hidup. Kekayaan bagi sejumlah orang berarti kemiskinan bagi orang lain.
Persoalan ketimpangan tidak hanya berlangsung antara perkotaan dan pedesaan, tetapi juga antara Jawa dan luar Jawa. Juga antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Tidak kalah memprihatinkan kemiskinan di wilayah perkotaan. Apa yang salah? Persoalan kesenjangan tentu merupakan kombinasi antara persoalan kultural dan struktural. Secara kultural, kemiskinan dan kesenjangan tidak terlepas dari masalah etos kerja yang lemah.
Upaya mengatasi kesenjangan dan kemiskinan tidak diikat dalam komitmen politik serta kebijakan yang kuat dan konsisten. Program pengentasan orang dari kemiskinan dan pengurangan kesenjangan semakin menghadapi tantangan karena praktik korupsi meluas di kalangan pejabat dari pusat sampai ke daerah. Tidak kalah memprihatinkan, dalam mempertahankan standar hidup tinggi di kalangan tertentu, tak jarang lingkungan dikorbankan. Pengerukan sumber daya alam berlangsung tidak terkendali. Ribuan tambang liar telah menghancurkan lingkungan. Proses penggundulan hutan berlangsung di mana-mana. Krisis ekologi merupakan salah satu bahaya terbesar masa depan. Kehancuran ekologi, yang berlangsung paralel dengan ketimpangan ekonomi, merupakan tantangan pelik yang dihadapi bangsa Indonesia.
Perbaikan kesenjangan bukan hanya untuk kepentingan kelompok miskin, melainkan juga kelompok kaya. Secara sosiologis sering diibaratkan, kekuatan sebuah mata rantai sosial sangat ditentukan oleh mata rantai paling lemah. Seluruh mata rantai sosial tidak akan berjalan, berputar, dan berfungsi jika salah satu mata rantainya rapuh dan putus. Kelompok kaya juga tidak akan bergerak leluasa apabila kehidupan sosial kenegaraan dimacetkan oleh mata rantai persoalan kelompok miskin.
Demikian rumitnya persoalan yang dihadapi, sungguh bangsa ini merindukan tokoh-tokoh yang mampu menjadi pendorong bagi terwujudnya kesejahteraan sosial bangsa Indonesia. Siapakah  pahlawan kesejahteraan sosial itu.
Wallahu’alam Bhis-shawab

Tags: