Milenial Menghadapi Ekonomi Digital

Oleh :
Amarta Risna D. Faza
Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi Syari’ah UIN Walisongo Semarang dan Ketua Umum Badan Pengelola Latihan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Semarang 2017 – 2018

Beberapa tahun ke depan, Indonesia akan memasuki fenomena bonus demografi. Fenomena ini, ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk produktif secara signifikan. Meningkatnya jumlah penduduk produktif, tentunya menjadi peluang emas untuk menggerakkan roda perekonomian. Penduduk produktif pada era ini, didominasi oleh generasi Y atau sering kita sebut sebagai generasi milenial.
Istilah generasi milenial memang sedang akrab terdengar. Para pakar sendiri, telah menggolongkan generasi ini berdasarkan tahun awal dan akhir. Terdiri atas mereka, yang lahir pada 1980 – 1990 atau pada awal 2000, dan seterusnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statisti (BPS), tahun 2017, penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk milenial sebesar 33,75 %, dengan jumlah berimbang antara laki-laki dan perempuan.
Kondisi demikian, memberikan gambaran bahwa generasi milenial saat ini telah menjadi sumber daya utama dalam memetik bonus demografi. Baik dari aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik dan lain lain. Generasi inilah yang diharapkan mampu memegang kendali roda pembangunan. Serta menjadikan Indonesia menuju ke arah pembangunan yang lebih maju dan dinamis.
Ketua Umum pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin, pernah mengatakan bahwa jika kita ingin menguasai dunia, maka kuasailah IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Dan sebagai sumber daya utama, penduduk milenial juga harus siap dihadapkan dengan berbagai perubahan. Khususnya perubahan akan teknologi.
Berdasarkan laporan Presiden Director Ericsson Indonesia Thomas Jul, telah mewawancarai 4000 responden yang tersebar di 24 negara dunia. Perilaku generasi milenial mendapat perhatian khusus. Tercatat juga bahwa, produk teknologi akan mengikuti style masyarakat milenial. Karena secara linier, pergeseran perilaku akan turut berubah beriringan dengan teknologi.
Mampu Bersaing
Teknologi, sudah menjadi style bagi generasi milenial. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, milenial menghabiskan lebih dari 85 % waktunya untuk berkutat dengan handphone. Milenial susah berpisah dari layar telepon pintar. Walaupun demikian, mestinya ada peluang yang harus kita manfaatkan. Dengan berjualan online, misalnya.
Di tengah kelesuan pertumbuhan perusahaan-perusahaan besar, teknologi hadir sebagai sebuah solusi. Disaat yang bersamaan, ekonomi publik menggeliat dengan menggunakan transaksi-transaksi ekonomi berbentuk digital. Dunia internet, perlahan menguasai pangsa pasar dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Era digital, memungkinkan kita mengendalikan segala hal dari segala tempat melalui layar telepon pintar. Dalam bidang ekonomi kreatif misalnya, mobilitas manusia juga jauh lebih mudah khususnya dalam kegiatan sehari-hari. Pada akhirnya, digitalisasi telah menawarkan efisiensi yang selama ini tidak pernah dirasakan masyarakat. Fenomena ini semakin mengukuhkan bahwa, dunia sedang beralih menuju era ekonomi digital. Melalui sarana digital seperti e-mail, penggunaan website, aplikasi, serta transaksi online.
Potensi ekonomi digital yang sedang berkembang, tentu tidak boleh dipandang sebelah mata. Berdasarkan data Ernst & Young, pertumbuhan nilai bisnis online meningkat 40 % setiap tahun. Dari total keseluruhan jumlah penduduk Indonesia, ada 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna perangkat telepon pintar di Indonesia.
Tinggal bagaimana sikap kita sebagai generasi milenial, untuk melihat peluang besar ini. Tidak sekedar untuk mencari informasi dan chatting, milenial harus turut andil dalam menjadikan internet terlebih e-commerce sebagai bagian dari gaya hidup. Tidak hanya menjadi penikmat produk-produk online semata, akan tetapi turut andil menjadi pebisnis online juga.
Pemerintah juga sedang berupaya untuk meningkatkan perkembangan ekonomi digital supaya milenial mampu bersaing di pasaran. Dengan memanfaatkan digitalisasi yang pesat, dapat melahirkan peluang ekonomi yang dapat diambil sesuai dengan passion masing-masing yang dimiliki.
Milenial, diharapkan mampu menciptakan kreatifitas serta inovasi-inovasi baru dengan pemikiran mereka yang cenderung di luar otak (thingking out of the box). Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, mengungkapkan bahwa milenial memliki tiga karakter khas yang menjadi asset berharga. Yakni, terkoneksi dengan internet, memiliki percaya diri yang tinggi dan berpikir kreatif.
Semula, tahun 2014 yang hanya ada 20 juta penduduk pengguna transaksi online. Tahun 2018, penduduk yang menggunakan transaksi online kini sudah 70 juta orang. Adanya ekonomi digital, menjadikan ekonomi industri terus berkembang pesat.
Pemerintah juga harus mendorong pengembangan ekonomi digital lebih kuat lagi, khususnya dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Sudah saatnya, kita mengatakan bahwa ekonomi digital merupakan masa depan. Melalui para milenial inilah yang bisa memanfaatkan kesempatan dengan maksimal.
Kita sudah tidak bisa melulu mengandalkan sumber daya alam sebagai potensi ekonomi. Milenial sebagai garda terdepan diharapkan mampu melakukan pembaruan dan pembangunan bangsa. Segala potensi yang ada pada milenial, menjadi penentu kualitas bangsa di masa depan. Sehingga, potensi yang ada pada diri milenial harus benar-benar dimanfaatkan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Yang terpenting, kesiapan milenial dalam menghadapi era ekonomi digital, harus benar-benar ditunjukkan. Untuk langkah awal yang harus kita lakukan, bisa dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. Hal ini, berguna untuk membangun sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif.
Kita juga perlu mawas diri, supaya menjadi milenial yang tidak konsumeris dan hedonis. Investasi pada generasi milenial saat ini, dilakukan sebagai antisipasi dalam menghadapi ledakan lansia 30 tahun mendatang. Dengan sumber daya milenial yang berkualitas, mereka akan bekerja keras di masa muda dan mempersiapkan hari tua dengan baik. Wallahu a’lam bi al-Shawab.

———- *** ————-

Rate this article!
Tags: