Miliki Varietas Pangan Eksklusif, Jatim Siap Bersaing dengan Negara Lain

Ir Hadi Prasetyo

Ir Hadi Prasetyo

Malang, Bhirawa
Provinsi Jawa Timur memiliki banyak varietas tanaman pangan jenis hortikultura yang eksklusif karena tidak dimiliki oleh negara lain di dunia. Dan ini menjadi modal Jatim untuk bersaing dengan negara lain.
“Jatim memiliki banyak jenis dan varietas tanaman pangan sebagai produk eksklusif, seperti salak dan nanas yang tidak dimiliki oleh negara manapun di belahan dunia ini. Oleh karena itu, Jatim jangan berkecil hati untuk bersaing dengan negara lain,” kata Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setdaprov Jatim Ir Hadi Prasetyo di sela-sela pembukaan acara Good Agriculture Practice (GAP) dan Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Jatim di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (29/10).
Hadi mengatakan varietas tanaman hortikultura yang eksklusif ini harus dipertahankan dan diupayakan ke depan menjadi heritage Jatim. Apalagi, dari sisi geoekonomi dan geososial, pada  2030 hingga 2040 nanti, dunia akan mengalami subkrisis dan dunia sangat menggantungkan pangannya dari Indonesia .
Oleh karena itu, katanya, Indonesia harus memperbaiki manajemen mutu dan manajemen mutu ini bukan sebagai gaya-gayaan, tapi bagaimana bersinergi dengan lingkungan dan efesiensi karena produk-produk yang dipasarkan nanti harus berstandardisasi, salah satunya adalah GAP.
Menyinggung strategi Jatim dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau pasar bebas Asean 2015, Hadi mengatakan untuk memulainya masih memakai produk tanaman pangan dan hortikultura karena kedua komoditas tersebut yang paling siap bersaing dalam waktu jangka pendek ini.
Setelah itu, katanya, baru masuk pada strategi pengolahan dan pada akhirnya mencapai teknologi tinggi. “Dengan tahapan-tahapan dan komoditas yang ada saat ini dan terus dikembangkan, saya yakin Jatim akan menguasai pasar dan warga Jatim tidak akan kekurangan pekerjaan,” katanya.
Saat ini, penduduk Jatim mencapai sekitar 39 juta jiwa dan sudah banyak melayani (memasok) kebutuhan untuk warga Indonesia Timur, bahkan sudah 26 provinsi yang mengandalkan pasokan bahan pangan dari Jatim. Dan, kondisi itu akan terus berkembang serta meluas, karena itu penduduk Jatim tidak akan kekurangan pekerjaan kalau mau menerjuni dan menekuni dunia hortikultura. “Oleh karena itu, GAP yang sekarang kita kenalkan bersama produk-produknya sekaligus turunannya yang sudah menjadi pangan olahan ini sangat penting, bahkan menjadi kunci pengusaan pasar Asean ke depan,” ujarnya. [mut]

Tags: