Minat Baca dan Peran Perpustakaan Sekolah

Oleh :
Drs Abimanyu Poncoatmodjo Iswinarno, MM
Pustakawan Ahli Utama di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur

Membaca buku sesungguhnya merupakan kegiatan kognitif yang di dalamnya mencakup proses penyerapan pengetahuan, pemahaman, kemampuan analisis, kemampuan sintesis, dan kemampuan evaluasi. Lantaran itu, dengan membiasakan membaca maka seseorang akan memiliki cakrawala pengetahuan yang luas, kreativitas terbuka, imajinasi tinggi, pemikiran yang maju dan berkembang serta menjadi modal penting dalam pemberdayaan manusia yang cerdas dan berintelektual.
Sayangnya, hari ini kita saksikan, betapa anak anak kita semakin jauh dari perpustakaan. Dunia digital membuat anak anak kita menjadi asing dengan buku. Mereka lebih akrab dengan gadget di tangannya. Akibatnya, buku tidak lagi dianggap sebagai sumber informasi yang penting lagi. Kondisi itu ternyata juga berlangsung di sekolahan. Ruang ruang perpustakaan sekolah kian terasa sepi. Tugas tugas sekolah yang dulu selalu berkaitan dengan aktivitas di perpustakaan kita tidak lagi. Semua tugas sekolah seolah sudah bisa dijawab dengan gadget di tangannya. Siswa tidak perlu lagi susah-susah ke perpustakaan untuk bisa mengerjakan tugas, tetapi mereka cukup memanfaatkan situs pencarian (browsing) google untuk informasi yang dibutuhkan.
Pencarian informasi mencari secara instans dengan memanfaatkan internet (baca : google) sungguh melemahkan daya analisis dalam ranah kognitif karena otak dimanjakan dengan informasi yang bersifat instan. Berbeda dengan buku dan teks tertulis lainnya, pembaca diajak untuk menganalisis teks, menggali hakikat dan makna dan bermain imajinasi. Hal ini menyebabkan otak terlatih untuk menganalisis dan mengkritisi teks, otak tidak dimanjakan dan akan semakin kuat daya analisisnya.
Ironisnya lagi, situasi tergusurnya perpustakaan dari aktivitas pembelajaran tidak segera disadari. Bahkan bukan hanya para siswa, para guru pun ikut-ikutan jauh dari perpustakaan. Akibatnya perpustakaan sekolah seolah menjadi gudang yang isinya tumpukan buku yang penuh debu. Perpustakaan sekolah tidak lagi menjadi tujuan utama siswa dalam mencari dan mendapatkan informasi.

Menumbuhkan Kembali Minat Baca
Di negara maju seperti Jepang, gerakan membaca telah dirintis sejak berpuluh puluh tahun yang lalu. Jepang memberlakukan gerakan membaca 20 menit untuk ibu dan anak. Dalam gerakan ini seorang ibu dianjurkan membacakan buku 20 menit untuk anaknya yang bisa dipinjam dariperpustakaan umum. Tak diragukan lagi, kemajuan yang dicapai Jepang pada saat ini merupakan buah dari kerja keras pemerintah Jepang untuk membangun budaya literasi yang dimulai sejak dari anak-anak.
Hal yang sama juga terjadi di Belanda. Pemerintahnya sangat serius dalam usaha menumbuhkan minat baca di kalangan anak-anak. Membaca dan menulis sudah merupakan gaya hidup dan dimulai sejak usia dini. Walaupun anak- anak kecil belum bisa membaca, pembacaan dongeng atau cerita sebelum tidur, adalah salah satu ritual penting bagi hampir seluruh anak Belanda. Pemerintah Belanda bekerja sama dengan perpustakaan, taman bermain, taman kanak-kanak dan sekolah dasar, menyelenggarakan sejumlah kegiatan gemar membaca yang berlangsung reguler.
Upaya menumbuhkan minat baca bukannya tidak dilakukan. Pemerintah melalui lembaga yang relevan telah mencanangkan program minat baca. Hanya saja yang dilakukan oleh pemerintah maupun institusi swasta untuk menumbuhkan minat baca belum optimal. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara tetangga, perlu menumbuhkan minat baca sejak dini. Sejak mereka mulai dapat membaca.
Dengan menumbuhkan minat baca sejak anak-anak masih dini, diharapkan budaya membaca masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan. Bacaan yang kurang memikat dan minimnya sarana perpustakaan sekolah menjadi faktor utama penyebab minat baca siswa rendah. Sementara itu, sekolah tidak selalu mampu menumbuhkan kebiasaan membaca bagi para siswanya. Dengan kondisi kualitas buku pelajaran yang memprihatinkan, padatnya kurikulum, dan metode pembelajaran yang menekankan hafalan materi bisa jadi justru akan ‘membunuh’ minat membaca.

Memanfaatkan Perpustakaan Sekolah
Pengenalan perpustakaan sejak dini kepada anak sangatlah penting, karena dimulai dari kenal, mereka akan bisa menyukai apa yang ada di perpustakaan terlebih apabila sarana dan prasarana yang disediakan perpustakaan disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak. Sehingga mereka akan lebih memanfaatkan perpustakaan sesuai dengan apa yang meraka butuhkan. Dan dari situ dapat muncul rasa cinta mereka terhadap perpustakaan. Selain pengenalan dari orangtua, di dunia sekolahpun anak-anak harus mengenal perpustakaan, dan manfaatnya.
Perpustakaan sebagai lembaga yang mengelola sumber informasi dan sumber belajar semestinya menduduki posisi kunci dalam proses pendidikan dan pelatihan baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat pada umumnya. Demikian juga perpustakaan sekolah didirikan dengan tujuan, selain sebagai sumber informasi dan sumber belajar, perpustakaan sekolah juga diharapkan bisa digunakan sebagai sarana untuk menumbuhkan dan mengembangkan minat baca, kegemaran membaca, dan budaya baca bagi siswa.
Menumbuhkan kecintaan siswa terhadap buku dengan gemar membaca memang bukanlah hal yang mudah dilaksanakan. Namun demikian jelas bahwa kegemaran membaca bagi siswa akan banyak memberikan manfaat dalam kehidupannya, terutama bagi kesuksesan belajar atau pendidikannya. Sebab, kegemaran membaca merupakan modal utama siswa dalam proses belajar yang dilaluinya. Demikian juga melalui membaca siswa dapat mengembangkan imajinasi, mengenal karakter kepribadiannya.
Membangun minat baca pada siswa atau anak sebenarnya bisa dimiliki dari sejak anak usia dini. Karena lingkungan keluarga memegang peran penting dalam menumbuhkan minat baca siswa. Terutama kedua orang tua harus memberikan perhatian terhadap anak dengan cara memberikan kegiatan yang bisa menumbuhkan minat baca pada anak.
Cara membimbing minat baca siswa menurut Supriyadi (1986:80-81 ) melalui bimbinga secara kelompok, bimbingan secara ndividual, bimbingan klasikal, bimbingan melalui papan bimbingan, dan pemberian tugas. Selain melakukan usaha tersebut, peran perpustakaan dalam menumbuhkan minat baca siswa adalah dengan cara membuat suasana, bahan bacaan, dan ruangan dalam perpustakaan yang nyaman serta memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang memadai. Selain hal-hal di atas, upaya-upaya untuk menumbuhkan minat baca dapat pula misalnya dengan meningkatkan pengayaan koleksi bahan pustaka.
Bahan pustaka bukan hanya berupa buku-buku, tetapi juga berupa buku seperti majalah, surat kabar (koran), brosur, peta, globe, gambar, komik, novel, cerpen dan banyak lagi jenis buku perpustakaan. Hal ini penting karena dapat menjadi motivator bagi siswa atau anak untuk berkunjung ke perpustakaan.
Guru sungguh memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan motivasi atau semangat pada siswa atau anak didik untuk membaca. Harapannya guru bisa merancang sebuah proses kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk datang ke perpustakaan, karena perpustakaan merupakan sarana yang tepat untuk meningkatkan pengalaman membaca bagi siswa.

——— *** ———–

Tags: