Monumen Perjuangan di Tulungagung Tak Terawat

Seorang petugas pasukan hijau sedang membersihkan rumput di tepi jalan A Yani Timur Kota Tulungagung, Kamis (18/8), sementara monumen tentara PETA yang juga ada di lokasi itu dibiarkan kumuh tidak terawat.

Seorang petugas pasukan hijau sedang membersihkan rumput di tepi jalan A Yani Timur Kota Tulungagung, Kamis (18/8), sementara monumen tentara PETA yang juga ada di lokasi itu dibiarkan kumuh tidak terawat.

Tulungagung, Bhirawa
Sejumlah monumen perjuangan di Tulungagung saat ini keadaannya sangat mengenaskan. Dibiarkan tidak terawat dan ditumbuhi semak belukar. Terlebih saat ini rakyat Indonesia sedang memperingati hari kemerdekaan RI yang ke-71.
Salah satu monumen perjuangan yang terlihat tidak terawat itu adalah monumen tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang berada di samping Gereja Katolik, Jl A Yani Timur Kota Tulungagung. Monumen yang didirikan pada tahun 1989 tersebut, Kamis (18/8), terlihat kotor, kusam dan di dalamnya ditumbuhi semak belukar.
Dari tulisan yang sudah pula susah terlihat dan terpahat di batu marmer di monumen itu didapat keterangan jika monumen tentara PETA berdiri di atas tanah yang dulu merupakan kesatrian pasukan sukarela tentara PETA Batalyon I Karesidenan Kediri (Kediri Syu Dai Ichi Dai Dan).
“Sepertinya tidak ada kepedulian dari pemerintah daerah untuk merawat monumen-monumen yang ada. Sekarang yang dirawat dan dibersihkan kesannya hanya monumen-monumen yang ada hubungannya dengan keindahan,” ujar Heri (40), salah seorang warga Kota Tulungagung kemarin.
Ia menyayangkan mengapa hal itu terjadi. Apalagi tidak hanya monumen PETA saja yang terlihat tidak terawat, tetapi juga monumen lainnya, seperti monumen TRIP di Beji Kecamatan Boyolangu.
“Alangkah lebih baiknya monumen perjuangan juga dirawat. Selain menunjukkan penghargaan kita pada perjuangan pahlawan, juga dapat semakin memperindah kota Tulungagung yang sudah dapat Piala Adipura Paripurna,” paparnya.
Ketua DPRD Tulungagung, Supriyono SE MSi, menanggapi tidak terawatnya sejumlah monumen perjuangan menyatakan hal itu merupakan kewajiban pemerintah daerah untuk merawatnya. Yakni Pemkab Tulungagung. “Bupati seharusnya melakukan perawatan terhadap monumen-monumen itu. Jangan sampai lalai,” tandasnya.
Menurut dia, Dinas PU Bina Marga, Perumahan dan Cipta Karya Kabupaten Tulungagung yang harus bertanggungjawab dalam merawat monumen perjuangan. “Di PU itu kan ada bidang pertamanannya. Jangan hanya merawat monumen yang baru seperti monumen Pancasila. Mereka harus juga merawat monumen-monumen perjuangan yang sudah terlebih dulu terbangun,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Kabupaten Tulungagung, Sudarmaji SSos MSi, ketika dikonfirmasi mengungkapkan belum mengetahui secara pasti instansi mana di lingkup Pemkab Tulungagung yang berwenang merawat monumen perjuangan. “Kami belum tahu siapa yang berwenang. Apa Bakesbangpol, atau Kebudayaan atau Dinas PU,” ujarnya.
Sudarmaji berjanji akan segera menjawab Bhirawa begitu mengetahui instansi mana yang bertanggungjawab atas perawatan monumen tersebut. “Kalau sudah ada jawaban nanti dihubungi,” katanya. Namun sayangnya sampai berita ini ditulis Sudarmaji belum juga menghubungi Bhirawa. [wed]

Tags: