Nelayan Sendangbiru Keluhkan Ketiadaan Coldstorage

Ikan tuna hasil tangkapan nelayan Pantai Sendangbiru, saat akan dilelang di TPI  Pondok Dadap, Desa Tambakrejo, Kec Sumbermanjing Wetan, Kab Malang. (cahyono/Bhirawa)

Ikan tuna hasil tangkapan nelayan Pantai Sendangbiru, saat akan dilelang di TPI Pondok Dadap, Desa Tambakrejo, Kec Sumbermanjing Wetan, Kab Malang. (cahyono/Bhirawa)

Kab Malang, Bhirawa
Ribuan nelayan di pesisir Pantai Malang Selatan, Kabupaten Malang siap menyambut musim panen ikan tuna yang berlangsung pada bulan April – November 2016. Para nelayan mulai menyiapkan alat tangkap dan membenahi kapal, serta menunggu kondisi cuaca benar-benar normal.
Awal bulan April 2016 ini, kata Kepala Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermancing Wetan, Kabupaten Malang Sudarsono, Senin (11/4), kepada Bhirawa, kondisi di wilayah Pantai Malang Selatan masih angin kencang dan gelombang laut masih sesekali tinggi.
“Gelombang laut tinggi sudah rutin dihadapi para nelayan, dan itu setiap tahun. Tapi para nelayan tak ingin kehilangan momentum yaitu bulan panen ikan tuna. Sehingga ada saja nelayan yang tetap melaut, meski gelombang laut tinggi,” jelasnya.
Menurutnya, di musim panen ikan tuna, biasanya nelayan dalam satu kapal mendapatkan tangkapan ikan tuna lebih 2-3 ton dalam satu kali melaut. Sedangkan dalam satu kali melaut rata-rata nelayan menghabiskan waktu dilaut 8-10 hari, dengan dengan jarak tempuh sejauh 100-300 mil dari garis pantai.
“Harga ikan tuna dalam ukuran besar masih mahal, yakni mencapai Rp 37 ribu-Rp 40 ribu per kilogramnya. Sedangkan harga baby tuna atau ukuran kecil antara Rp 11 ribu-Rp 15 ribu per kilogram. Jika tidak musim, ikan tuna harganya lebih mahal lagi, untuk tuna besar bisa mencapai Rp 50 ribu-Rp 60 ribu per kilogram, dan untuk ikan tuna kecil harganya Rp 25 ribu-30 ribu per kilogram,” ungkap Sudarsono, yang juga pengusaha kapal penangkap ikan.  Dengan hasil panen ika tuna sebanyak itu, kata dia, Pantai Sendangbiru pun makin dikenal sebagai salah satu sentra tuna terbesar di Jawa Timur (Jatim). Bahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang berambisi menjadikan Pantai Sendangbiru menjadi sentra ikan tuna di Jatim saja, namun juga terbesar di Indonesia.
Sayangnya, Sudarsono menegaskan, ambisi Pemkab Malang tersebut terbentur fasiltas yang berhubungan dengan perikanan. Di antarnya, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Sendangbiru tidak memiliki coldstorage atau ruang pendingin ikan, dan pabrik es. Dan sejauh ini, nelayan mendapatkan es balok harus mendatangkan dari Malang Kota dan Blitar.
“Sementara, nelayan Pantai Sendangbiru selama ini jika hasil tangkapan ikan tuna ingin disimpan, mereka harus menyewa cool storage di Kabupaten Banyuwangi, yang berjarak 6-7 jam perjalanan darat dari Banyuwangi ke Malang,” paparnya. Selain masalah coldstorage dan pabrik es, lanjut dia, lantai pendaratan ikan di TPI Pondok Dadap, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang  masih kasar. Sebab, lantai yang kasar bisa membuat ikan gampang rusak saat ditarik sehingga harganya turun. Sehingga dirinya sangat menyesalkan pembangunan TPI, karena tidak dikomunikasikan dengan para nelayan dan pengusaha ikan.
Sementara itu, Kepala Unit Pengelola Pelabunan Perikanan Pondok Dadap Goentoro Soepardi menambahkan, produksi tangkapan ikan nelayan Pantai Sendangbiru cenderung meningkat, dan ikan tuna tetap menjadi komoditas unggulan Pantai Sendangbiru. Seperti pada tahun 2014, nelayan mampu menangkap ikan tuna sebanyak 60 persen.
Saat ini, kata dia, sekitar 60 persen ikan tuna yang dipanen nelayan adalah jenis albacore. Jenis ini biasanya langsung dijual dengan harga Rp 50 ribu per kilogram. Dan biasanya juga ikan tuna jenis  albacore tersebut diolah menjadi tuna kaleng.
“Sebanyak 40 persen lagi adalah ikan tuna jenis sirip kuning, yang biasanya diolah dalam bentuk steak dan saku, mayoritas ikan tuna sirip kuning itu diekspor,” terangnya. Goentoro menambahkan, tren hasil tangkapan ikan tuna memang menggembirakan, tapi produksinya belum sepenuhnya mampu memenuhi pasar ekspor.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2014, ekspor ikan tuna dan tongkol dari Indonesia mencapai US$ 210 juta. Sehingga hal itu menjadi komoditas nomor dua setelah udang. Sedangkan nilai ekspor udang dengan tahun yang sama mencapai US$ 1,7 miliar.  [cyn]

Tags: