Nenek Jompo Idap Lumpuh 24 Tahun di Situbondo

Pini alias Sanimah, seorang wanita lanjut usia di Situbondo yang mengalami kelumpuhan selama 24 tahun. [sawawi/bhirawa].

Pini alias Sanimah, seorang wanita lanjut usia di Situbondo yang mengalami kelumpuhan selama 24 tahun. [sawawi/bhirawa].

Situbondo, Bhirawa.
Nasib memilukan menimpa seorang nenek asal Kota Santri, Situbondo. Selain miskin, nenek yang bernama Pini alias Sanimah itu mengalami kelumpuhan selama 24 tahun. Penyakit tulang itu tidak segera sembuh,  karena Pini selama ini tidak punya biaya untuk berobat ke rumah sakit atau dokter. Hari-hari nenek yang sudah tua itu hanya dihabiskan di rumahnya yang beralaskan tanah dan gedek.
Pengamatan Bhirawa, Pini alias Sanimah tidak bisa melakukan aktivitas selama puluhan tahun, karena separuh badannya tidak bisa digerakkan. Nenek berusia 63 tahun itu selama ini tinggal di Dusun Curah Gunung RT 01 RW 05,  Desa Lubawang, Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo mengaku sudah pasrah dengan kondisi badannya saat ini. “Saya sudah pasrah kepada Allah SWT, dengan kondisi ini,” aku Pini kemarin (20/10).
Nenek Pini yang sudah lama ditinggal mati oleh sang suami, kini tinggal bersama anak keduanya bernama Soji, 34 tahun di desa setempat. Kata Soji, ibu kandungnya mengalami kelumpuhan badan sejak dirinya masih berusia 10 tahun.
Selama ini, kata Soji, ibu kandungnya tak pernah pergi ke dokter untuk berobat. “Bapak saya hanya seorang buruh tani dan pencari  kayu bakar. Penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk dimakan sehari-hari,” keluh Soji dengan wajah muram.
Menurut Soji, dirinya sebenarnya tidak tega dan kasihan melihat kondisi ibu kandungnya. Soji mengaku tidak bisa berbuat apa-apa, karena dirinya juga tidak memiliki uang yang cukup untuk membiayai pengobatan ibu kandungnya.
Soji mengatakan, selama ini ibu kandungnya tidak pernah mendapatkan Jamkesda dari Pemerintah. Baru-baru ini kata Soji, ibu kandungnya mendapat Kartu Indonesia Sehat atau KIS. Namun Soji yang tidak pernah mengenyam sekolah itu mengaku tidak tahu soal KIS. “Saya tidak tahu kegunaan KIS tersebut bisa dipergunakan untuk berobat,” ujar Soji polos.
Kejadian yang menimpa Soji ini sebenarnya banyak menimpa warga miskin di pedesaan di Kabupaten Situbondo. Kurangnya sosialisasi menyebabkan penerima KIS tidak bisa menggunakannya untuk berobat di rumah sakit setempat. “Padahal mereka itu sudah mendertita sakit selama puluhan tahun lamanya. Seharusnya pemerintah intens melakukan sosialisasi fungsi keberadaan KIS tersebut,” pungkasnya. [awi]

Tags: