Nilai Jeblok di UN CBT, Perbaikan Bisa Lewat PBT

UNDindik Surabaya, Bhirawa
Bagi para siswa yang tahun ini mengikuti Ujian Nasional (UN)dengan metode Computer Based Test (CBT) tak perlu cemas dengan hasil yang akan diterima kelak. Kalau pun nilainya jeblok, masih ada kesempatan untuk perbaikan.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Ikhsan, mengungkapkan banyak pihak mengkhawatirkan kesiapan peserta dalam menghadapi UN CBT. Namun, pihaknya meminta agar peserta UN CBT tidak perlu khawatir. Sebab, bagi yang nilainya jeblok masih ada kesempatan untuk perbaikan, alias remidi. Bahkan bentuk remidinya tidak akan diulang menggunakan metode CBT, melainkan Paper Based Test (PBT) alias UN tulis.
“Nanti teman-teman (siswa) yang nilainya kurang baik, akan diberi kesempatan untuk ikut susulan,” tutur Ikhsan, Minggu (22/2). Tidak hanya yang nilainya jeblok, peserta yang tidak mengikuti UN online karena halangan non-teknis juga akan diikutkan susulan dengan PBT. “Puspendik (Pusat Penilaian Pendidikan) memang tidak melaksanakan susulan dengan CBT,” kata dia.
Meski ada kesempatan untuk perbaikan, Ikhsan mengaku pihaknya akan terus berupaya agar tidak ada siswa yang nilainya jeblok dalam UN CBT mendatang. Salah satunya dengan melakukan persiapan baik dari segi sarana prasara, mental siswa dan kemampuan siswa dalam menjawab soal.
“Kami memperkirakan persiapan UN CBT ini sudah mencapai 80 persen,” kata mantan Kepala Bapemas dan KB Surabaya ini. Dari segi sarana, pendataan untuk perangkat dan tenaga IT masih terus dilakukan. Paling tidak, rasio penyediaan komputer itu bisa satu banding tiga siswa. Sehingga maksimal ada tiga shift dalam sehari untuk UN CBT.
Seperti diketahui, Surabaya merupakan salah satu kota yang sekolah penyelenggara UN CBT terbanyak. Dari kuota yang ditetapkan Puspendik sebanyak 26 sekolah, Surabaya mengusulkan untuk menambah jumlah penyelenggara UN CBT menjadi 56 sekolah. Jenjang sekolah yang menyelenggarakan hanya SMA dan SMK. Sementara untuk jenjang SMP, Surabaya menolak untuk menggelar CBT lantaran nilai UN akan menjadi acuan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA/SMK. “Meski tidak jadi penentu kelulusan. Nilai UN akan jadi pertimbangan dalam PPDB,” tutur dia.
Sementara itu, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh sebelumnya mengatakan, UN tahun ini tak lebih dari sekadar try out alias uji coba. Sebab, hasilnya tidak menentukan kelulusan siswa dan hanya dijadikan sebagai pemetaan.
“Secara filosofi yang namanya ujian itu ya ada yang lulus dan tidak. Entah berapa pun persentasenya,” ungkap M Nuh di Surabaya. Menurut dia, jika UN tidak dijadikan tolak ukur kelulusan, maka hal itu sama saja dengan penurunan kualitas pendidikan. Apalagi pada era globalisasi seperti saat ini, dibutuhkan sistem pendidikan yang jelas.
Bagi siswa yang memiliki kompetensi yang bagus, maka sudah selayaknya mendapatkan kelulusan maksimal. Berbeda dengan siswa yang tidak memiliki kemampuan maksimal. “Kalau semuanya disamaratakan, berarti semua anak kemampuannya sama. Apa bedanya UN sama try out,” ucap mantan rektor ITS Surabaya ini.
Menurut Nuh, dengan tidak dipakainya UN sebagai penentu kelulusan siswa, maka pantas jika saat ini banyak PTN yang juga tidak menjadikan UN sebagai syarat penentu dalam penerimaan mahasiswa baru. “Pemerintah dan sekolahnya saja tidak menjadikan UN sebagai penentu. PTN-nya ya juga tidak mengakui,” ungkapnya. [tam.dre]

Tags: