Optimalisasi Ecotransport di Sekolah

eko-prasetyoOleh :
Eko Prasetyo
Pendidik dan Pegiat Literasi

Kemacetan saat ini benar-benar menjadi momok bagi masyarakat Surabaya. Tak kurang dari kalangan pelajar, mahasiswa, pegawai kantor, buruh, hingga PNS harus berjibaku dengan padatnya kendaraan bermotor dan asap knalpot pada jam-jam sibuk. Keberadaan frontage road dan pembangunan jalur baru justru tidak lantas menyelesaikan problem kemacetan ini.
Tak bisa dimungkiri, kondisi itu merupakan dampak dari terus tumbuhnya angka kepemilikan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Mudahnya kredit sepeda motor, misalnya, bisa menimbulkan efek yang kurang baik bagi kota ini. Pasalnya, jumlah kendaraan roda dua yang lalu lalang di Kota Pahlawan sekarang ditaksir sekitar tiga jutaan tiap hari.
Data Badan Pusat Statistik Surabaya menyebutkan, laju pertumbuhan jumlah mobil pada tahun 2013 mencapai 7,13 persen, sedangkan sepeda motor 10,64 persen. Artinya, ada sekitar satu juta mobil dan sepeda motor yang terjual di Jawa Timur setiap tahun. Angka ini diprediksi bisa terus meningkat dari tahun ke tahun meskipun kondisi perekonomian nasional tidak bisa dikatakan menggembirakan.
Hal ini tentu saja menambah masalah berat pada infrastruktur jalan. Sebab, banyaknya kendaraan bermotor yang tiap tahun terus bertambah tidak sebanding dengan pertumbuhan infrastruktur jalan raya. Persoalan kemacetan ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemkot, dinas perhubungan, maupun aparat kepolisian.
Program Ecotransport Sekolah
Di tengah wacana untuk mengembangkan program moda transportasi massal yang murah dan nyaman bagi masyarakat, kiranya sekolah bisa menjadi fasilitator untuk ikut mengatasi problem kemacetan kota ini. Program yang dapat dijalankan secara kontinyu adalah ecotransport.
Program ini sudah lama digagas untuk menumbuhkan kegiatan sehat dalam bertransportasi. Tujuan utamanya ialah mengurangi jejak karbon di udara dan mendorong aktivitas sehat melalui kampanye serta aksi nyata (Ahmad Rizali, 2013). Dalam program ecotransport, ada tiga hal yang bisa diterapkan. Yakni berjalan kaki, bersepeda onthel, dan public transport (transportasi umum). Artinya, para siswa dianjurkan untuk berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki atau bersepeda jika jaraknya dekat ataupun menggunakan angkot dan bus kalau jarak jauh.
Misalnya, apabila jarak tempat tinggal siswa dari sekolah sekitar satu kilometer, maka ia dianjurkan untuk berjalan kaki. Jika jarak rumahnya sekitar dua hingga lima kilometer, siswa bisa disarankan untuk naik sepeda onthel. Apabila jarak kediaman mereka lebih dari lima kilometer, tranportasi umum bisa menjadi pilihan.
Banyak dampak positif yang dapat diambil dari program ini. Salah satunya ialah membangun kepedulian pada siswa sejak dini terhadap masalah sosial. Misalnya, siswa didorong untuk memberikan dukungan dengan membuat dan menjaga markah jalur sepeda serta jalur pejalan kaki. Saat ini masih bisa dijumpai jalur pejalan kaki yang kurang memadai. Bahkan, markah jalur sepeda yang sempat dibuat oleh Pemkot Surabaya misalnya saat ini sering dilanggar para pengendara, terutama kendaraan roda dua.
Perlu Komitmen Bersama
Ecotransport memang memiliki banyak manfaat. Selain murah dan mudah, program ini merupakan bagian dari gerakan ramah lingkungan. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, hal itu teraplikasikan saat siswa berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah (bike to school).
Adanya pencanangan pogram sepeda untuk sekolah (SUS) yang sempat menjadi andalan di beberapa sekolah di Jawa Timur tentu patut diapresiasi dan dipertahankan. Sayangnya, hal ini pun bukan tanpa kendala. Salah satu hambatannya ialah kurangnya sarana dan prasarana pendukung program tersebut. Misalnya, bantuan sepeda yang jumlahnya kurang mencukupi bagi warga sekolah, sementara anggaran sekolah tidak memungkinkan untuk menjawab pengadaan itu. Yang tidak kalah pelik ialah jika sekolah berada di daerah pelosok yang tidak terjangkau oleh transportasi umum. Ini akan menyisakan masalah tersendiri apabila banyak siswa yang jarak tempat tinggalnya dengan sekolah lumayan jauh.
Oleh sebab itu, program ini harus didukung dan dijalankan dengan komitmen kuat dari pihak sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, dan karyawan. Sinergi antara sekolah, komite sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat mutlak pula diwujudkan. Di sisi lain, dukungan penuh dari stakeholder lain seperti pemkot, dishub, dan aparat kepolisian juga sangat dibutuhkan.
Dalam hal ini, pemerintah kota diharapkan memberikan perhatian tinggi terhadap pentingnya area khusus pejalan kaki dan pesepeda yang nyaman dan aman. Sementara itu, regulasi yang mengatur penjualan kendaraan dapat direalisasikan secara sungguh-sungguh untuk menekan semakin tingginya jumlah kendaraan. Apabila program ecotransport terus dikampanyekan dan dapat diwujudkan secara optimal, ke depan problem kemacetan setidaknya dapat ditanggulangi. Semoga.

                                                                                                                ———– *** ————-

Rate this article!
Tags: