Pakar Kopi Asal Mexico, Kagumi Kopi Kabupaten Malang

Pakar kopi asal Mexico, Samuel Diaz saat berkunjung ke petani kopi di Desa Taji, Ke Jabung, Kab Malang. [cahyono]

Kab Malang, Bhirawa
Kopi Dampit yang diproduksi petani di wilayah Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, tidak hanya disukai masyarakat Indonesia saja, namun juga disukai oleh masyarakat Eropa. Dan bahkan masyarakat dari daratan Amerika Utara yakni Mexico, kini juga menyukai Kopi Dampit tersebut. Hal ini dibuktikan dengan kunjungan pakar kopi dari negara Mexiko Manuel Diaz ke wilayah Dampit.
Menurut, Pelaksana Tugas (Plt) HM Sanusi, kepada wartawan, kunjungan pakar kopi asal negara Mexico Manuel Diaz telah memberikan angin segar kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang. Sebab, dengan kedatangan pakar kopi dari Mexico ke Kabupaten Malang, tentunya akan memberikan harapan kepada petani kopi dan Pemkab Malang, bahwa Kopi Dampit bisa di ekspor ke Mexico, serta diharapkan untuk bisa mengembangkan kopi yang sudah berpuluh-puluh tahun di produksi petani Dampit.
Kedatangan pakar kopi di Kabupaten Malang itu, kata dia, Manuel tak bisa menyembunyikan ke kagumanya saat berkunjung dan melihat langsung produk kopi asal Kecamatan Dampit. Kekagumannya itu, karena kopi Dampit punya cita rasa unik yang sudah dikenal dunia. “Sehingga dia berkeinginan untuk mengembangkan serta memajukan pertanian kopi nusantara khususnya Kopi Dampit,” paparnya, Minggu (27/1).
Sanusi mengatakan, Samuel Diaz sempat mengucapkan kepada saya “Indonesia has good coffee, this is due to island factors, good rainfall and a lot of luwak coffee” atau Indonesia memiliki kopi yang baik, ini karena faktor pulau, curah hujan yang baik dan banyak kopi luwak. Sehingga apa yang diucapkannya itu benar, jika Indonesia ini memiliki kopi yang bekualitas baik.
Selain dia mengatakan Indonesia memiliki kopi yang baik, ia melanjutkan, Indonesia juga memiliki lahan terbesar nomor dua di dunia setelah Brazil, yang mempunyai luasan tanah lebih besar yang didedikasikan untuk kopi. “Dan bibit kopi memiliki daun lebih dari empat lembar, dengan tinggi 30 centimeter (cm), tidak boleh lagi ditanam di polibag, tapi harus ditanam tanah, agar akar kopi berkembang dan dapat menyerap lebih banyak makanan dan nutrisi,” jelas Sanusi, saat menirukan ucapan Samuel Diaz.
Sedangkan pakar kopi asal Mexico itu, jelas dia, juga berkunjung ke wilayah Desa Taji, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang untuk melihat langsung tanaman kopi yang diproduksi petani kopi desa setempat. Sebab, di Kabupaten Malang ini tidak hanya Kecamatan Dampit sebagai produksi kopi, tapi Desa Taji pun juga produksi kopi yang kualitasnya hampir sama dengan Kopi Dampit. Begitu juga, di wilayah Desa Bangelan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, yang dikenal dengan Kopi Bangelan yang diproduksi oleh Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) XII.
“Jadi kopi asal Kabupaten Malang ini sudah mendunia, bahkan Kopi Dampit tersebut sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda. Dan Kopi Dampit sangat dikenal di Belanda dan Jerman dengan nama Kopi Amstirdam. Artinya, Kopi Dampit itu ditanam ditiga wilayah desa, yakni Ampelgading, Tirtoyudo, dan Dampit,” ujar Sanusi.
Ditambahkan, di Indonesia sebenarnya mempunyai koleksi genetik kopi yang besar, tapi tidak digunakan dengan baik dan akarnya bengkok sehingga pohon kopi tersebut tidak berumur panjang, selain itu tidak adanya regulasi mengenai pendistribusian biji kopi, jadi untuk mengimplementasikannya membutuhkan jangka waktu yang sangat panjang. Sedangkan kopi yang diproduksi petani di Kabupaten Malang jenisnya adalah kopi robusta. [cyn]

Tags: