Pantai Pancer Door Menjadi Ajang Surfing Internasional

Peselancar lokal sedang mencoba deburan ombak tinggi di Pantai Pancer Door

Peselancar lokal sedang mencoba deburan ombak tinggi di Pantai Pancer Door

Tak Hanya Disukai Peselancar, Warga Lokal Terima Berkah
Kabupaten Pacitan, Bhirawa
Potensi pariwisata di Kabupaten Pacitan sungguh luar biasa. Banyak pantai yang indah untuk bisa dikunjungi. Misalkan saja Pantai Pancer Door yang letaknya tidak begitu jauh dengan Pantai Teleng Ria. Pantai ini sangat disukai para peselancar baik domestik maupun mancanegara karena arus ombaknya yang tinggi.
Pantai Pancer atau juga di kenal dengan nama Pancer Door adalah salah satu bagian pantai dari teluk Pacitan yang berada di sisi paling timur Pantai Teleng Ria dan berhadapan langsung dengan samudra hindia dan laut selatan Jawa.  Pantai di sisi timur Teleng Ria ini memiliki panorama yang memesona dengan deburan ombak khas laut selatan. Suasana pantainya juga masih alami dengan hamparan pasir yang membentang seperti padang pasir.
Lokasinya sendiri tidak jauh dari pusat Kota Pacitan. Meskipun masih satu garis dengan Pantai Teleng Ria, yang membedakan adalah ombak laut di Pantai Pancer lebih besar. Ombak besar inilah yang sering dimanfaatkan oleh para peselancar untuk menunjukkan kebolehannya melawan arus ombak yang tinggi.  Apalagi pada saat pasang air laut. Biasanya, Mei sampai Oktober adalah waktu terbaik untuk berselancar di pantai ini.
Tak heran pada Agustus ini, Pemkab Pacitan menyelenggarakan ajang Asian Surfing Championships (ASC) mulai 17-21 Agustus 2016, yang juga merupakan salah satu rangkaian acara di Hello Pacitan 2016 Flaming of The Sea. Kegiatan itu diikuti peselancar asal luar negeri seperti Brasil, Jepang, Swedia, Thailand, dan Australia. Selain itu juga diikuti peselancar asal Bali dan Jogjakarta.
Dalam kesempatan ini, Kepala Disbudparpora Kab Pacitan Ir Wasi Prayitno MSc mengatakan, lomba peselancar tingkat Asia ini merupakan pertama kali di Pacitan. Kegiatan ini juga melibatkan peran serta dari masyarakat, tepatnya ada 400 orang baik itu pelaku usaha pedagang kecil, hotel, dan lainnya turut menyemarakkan kegiatan perdana tersebut.
Di sela-sela kegiatan berlangsung terdapat perbincangan antara anggota Komisi VI DPR RI beserta crew peselancar dari luar negeri di mana sempat menyebutkan kalau ombak dari Pantai Pancer tidak kalah dengan pantai yang ada di Bali. Bahkan, peselancar itu mengusulkan agar nantinya secara bertahap ada kegiatan lomba selancar hingga skala internasional di pantai tersebut.
Mulai dikenalnya Pantai Pancer Door juga berdampak pada perekonomian warga sekitar. Terjadi peningkatan pendapatan yang didapatkan warga sekitar dengan berjualan makanan dan minuman di kawasan pantai tersebut.
Hal itu diakui Giyem (40), warga Teleng yang berjualan makan dan minuman serta jajanan ringan. Diceritakannya, ia berjualan sudah hampir setahun lalu. Waktu itu masih belum banyak pengunjung yang datang ke pantai tersebut.
“Sebelumnya warung saya tidak sebagus ini. Malahan terbuat dari terpal, terkadang rusak karena hempasan angin ataupun hujan lebat,” katanya.
Seiring waktu, kedatangan para peselancar berdampak pada perubahan yang terjadi pada dirinya. Peselancar saling membantu dengan membangun warungnya dengan bahan bambu. Saat ini bangunan miliknya sudah terbuat dari gedeg,   lebih bagus dibandingkan sebelumnya. Maklum, kondisi bangunan bernuansa alami lebih disukai wisatawan terutama wisatawan mancanegara.
Ibu dua anak ini menceritakan, selama ini pendapatan yang diterimanya selama berjualan dalam sehari bisa mencapai Rp 50 ribu itu kalau sedang kondisi agak sepi, dan Rp 200 ribu per harinya jika ramai. ”Lumayan hasil berjualan di warung bisa menambah kebutuhan yang ada di rumah,” ujarnya.
Rata-rata ia berjualan mulai dari jam 8 pagi hingga jam 7 malam. Seperti pedagang lainnya, barang jualan cukup sederhana seperti kopi, teh, degan, dan mi instan. Namun, kata Giyem, kebanyakan wisatawan misalkan saja bule seringkali justru suka membeli mi instan. ”Mereka sukanya beli mi instan daripada makanan lainnya,” ujarnya.
Diakuinya, sampai saat ini dirinya belum mendapatkan pembinaan dan pemberdayaan dari instansi pemerintah. ”Pembangunan warung gedeg ini juga dibantu dari para peselancar. Ya semoga kami juga ke depannya ada pembinaan dan pemberdayaan agar usaha yang sudah berjalan ini bisa tetap lancar,” harapnya.
Sedangkan perlombaan selancar yang digelar di Pantai Pancer Door untuk berbagai kelas mulai dari pemula hingga profesional kemarin secara resmi dibuka oleh Bupati Pacitan Indartato melalui seremonial sederhana penyerahan papan selancar kepada salah satu peserta.
“Penyelenggaraan Asian Surfing Championship ini positif dalam upaya memperkenalkan potensi wisata daerah, khususnya potensi wahana surfing yang tak kalah dengan pantai-pantai lain di Indonesia termasuk Bali,” kata Bupati Indartato yang dikonfirmasi usai acara pembukaan lomba selancar itu.
Panitia kegiatan Asian Surfing Championship dalam keterangan resminya menjelaskan, ada dua kategori yang diperlombakan dalam ajang tersebut, yakni kelas pemula dan profesional.
Penilaian akan dilakukan dengan memberi waktu masing-masing peserta untuk melakukan aksi selancar selama 15-30 menit. Kemampuan bermanuver saat riding the wave (menaiki dan membelah ombak) serta kemampuan lama bertahan menjadi inti penilaian.  [Rachmad Caesar]

Tags: