Parenting dan Pendidikan Karakter Anak

Oleh :
Yudha Kusumawati
Guru MA Al Hidayat Ginuk Kec. Karas Kab. Magetan 

Masih terekam dalam ingatan kita kasus siswa yang menganiaya gurunya sehingga menyebabkan sang guru meninggal di Sampang Madura. Mungkin itu bukan kasus yang pertama. Bisa jadi ada banyak kasus serupa tapi tidak terekspos ke media karena mungkin kasus lain tidak menimbulkan efek yang tragis seperti kasus di Madura tersebut.
Yang menjadi pertanyaan, apakah itu sepenuhnya kesalahan anak? Pepatah jawa mengatakan “anak polah bapa kepradah” artinya ketika anak berperilaku kurang baik maka orang tuanyalah yang ikut disalahkan.. Siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan itu? Tentu kita semua patut bercermin dan mengevaluasi diri. Sudah optimalkah pendidikan anak di sekolah dan di rumah. Menurut Ki Hajar DewantoroAnak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.
Guru di sekolah selalu berusaha menanamkan pendidikan budi pekerti yang merupakan bagian dari pendidikan karakter. Tetapi anak menghabiskan waktu di sekolah hanya sekitar 5 – 7 jam saja. Jadi kurang bijak kiranya jika semua kesalahan ditimpakan kepada pendidikan di sekolah. Sedangkan anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. . Di sekolah anak sudah ditanamkan perilaku yang baik, tetapi jika di rumah tidak mendapatkan hal yang sama maka akan sia-sia. Alih alih mendapatkan contoh teladan yang baik orang tua dan lingkungan. Kerap kali anak melihat banyak perilaku yang tidak baik yang dilakukan oleh orang tuanya. Maka sangat diperlukan pengentahuan dan pemahaman yang sama antara orang tua dan pihak sekolah sehingga pendidikan yang diberikan kepada anak bisa dipahami dengan baik.
Saat ini sudah banyak sekolah membuat program untuk menyamakan persepsi pendidikan anak di sekolah kepada orang tua yang dikenal dengan program parenting. Melalui program parenting ini orang tua akan mendapatkan banyak ilmu tentang pola pengasuhan anak. Mulai anak usia dini sampai remaja. Program pareting ini tentu harus disambut dengan penuh keseriusan dalam menerapkan apa yang sudah di dapat di parenting. Pihak sekolah tentunya akan memeilih materi parenting sesuai dengan usia anak sesuai da sesuai dengan kebutuhan pengasuhan orang tua berdasarkan tahap perkembangan anak.
Inti dari program parenting ini adalah bagaimana pola asuh orang tua supaya seriring dan sejalan dengan pendidikan karakter yang ada di sekolah. Misalnya ketika di sekolah ditanamkan karakter jujur, jangan sampai orang tua malah memberi contoh ketidakjujuran baik secara sengaja mapun tidak sengaja. Kadang para orang tua tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan adalah hal yang salah. Contoh ketika anak bangun kesiangan, kemudian terlambat masuk sekolah, anak malah disuruh berbohong dan mengatakan bahwa ban sepeda motor bocor. Ini menjadi hal yang fatal, yang tidak disadari para orang tua.
Keteladanan dari orang tua merupakan kunci sukses program parenting. Ketika di sekolah anak dibiasakan untuk antri, maka di rumah orang tua juga harus sama, membiasakan budaya antri. Banyak ditemui ketika antri di kasir, justru orang tualah yang mendorong anaknya untuk menyerobot antrian karena badannya yang kecil. Ini tidak bisa dibenarkan. Dan banyak hal lain yang harus disinkronkan antara orang tua dan pendidikan karakter di sekolah.
Parenting hendaknya dilakukan secara kontinyu dan terus menerus. Anak terus berkembang seiring pertambahan usianya. Di parenting orang tua akan diajaarkan bagaimana mendidik anak dengan penuh kasih sayang. Jangan sampai anak tidak mendapatkan kasih sayang karena ketidaktahuan orang tuanya. Perlakuan kasar orang tua kepada anak akan menimbulkan masalah psikologis pada anak. Anak akan meniru dan menimbulkan trauma psikologis yang serius. Tetapi terlalu memanjakan anak juga memberikan dampak negatif. Bahkan saat ini banyak yang salah memaknai arti sebuah kasih sayang. Anak dimanjakan dengan berbagai materi. Padahal semua itu bukan hal yang krusial yang dibutuhkan anak. Anak butuh perhatian, sentuhan lembut baik dari ayah atau pun ibunya. Kesibukan orang tua tidak boleh menjadi alasan untuk tidak memberikan hak anak.
Anak sangat membutuhkan pengawasan dari orang tua. Di era serba digital dan dunia maya yang sangat mudah diakses oleh anak, orang tua harus bisa memberikan pengawasan. Dalam arti bahwa orang tua bisa memastikan anak tidak akan terpengaruh kepada hal hal negatif. Pergaulan anak juga harus dipastikan berada di zona aman bagi anak. Untuk itu orang tua harus bisa menanamkan nilai-nilai agama sebagai penyaring. Ketika keimanan anak kuat, maka tidak akan mudah terpengaruh hal hal negatif yang bertentangan dengan nilai agama. Dan ini tidak bissa dilakukan dalam waktu singkat. Dibutuhkan waktu dan proses. Maka sebaiknya ditanamkan dn dibiasakan sedini mungkin.
Dalam program parenting orang tua bisa saling sharing pengalaman dan berbagi ilmu cara mengatasi masalah anak. Setiap anak memiliki karakter yang unik yang berbeda satu dengan lainnya. Dalam satu keluarga saja kakak dan adik bisa berbeda karakter. Nah disini lah pentingnya memahami bagaimana menjadi orang tua yang bisa mendidik dan mengarahkan karakter anak agar memiliki karakter dasar yang sama. Sehigga anak-anak kita nantinya tidak hanya cerdas secara kognitif tetapi juga memiliki karakter yang baik. “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”

———- *** ———–

Tags: