Partisipasi Orang Tua dalam Pembelajaran Daring

Oleh :
Eki Tirtana Zamzani
Guru MI Darul Huda Kota Mojokerto

Pada suatu acara pelatihan pengoperasian aplikasi e-learning untuk pembelajaran daring di aula MI Darul Huda kota Mojokerto (Kamis, 10-09-2020). Penulis bertemu dengan seorang guru dari SMP swasta di kota Mojokerto. Dia bercerita mengenai pembelajaran daring (dalam jaringan) di sekolahnya. Menurutnya pembelajaran daring itu sulit dilakukan oleh siswa SMP secara mandiri. Dia membandingkan partisipasi orang tua siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA.

Pada jenjang SD, anak masih ada pengawasan dari orang tua. Tugas dari guru langsung dikirim ke ponsel orang tua. Sehingga orang tua bisa menyuruh anaknya untuk mengerjakan tugas dengan tepat waktu.

Pada jenjang SMA, kemauan belajar anak sudah muncul agar bisa meraih prestasi. Hal ini untuk menentukan karir pada jenjang selanjutnya. Tetapi pada jenjang SMP biasanya anak sudah diberikan phonsel sendiri. Sehingga ada kelonggaran pengawasan dari orang tua terhadap pembelajaran daring anaknya. Kemauan belajar dari anak secara mandiri juga belum muncul.

Kendala Pembelajaran Daring

Guru SMP tersebut mengeluhkan salah satu siswanya yang bermasalah dalam pembelajaran daring. Anaknya masih duduk di kelas tujuh smp. Nama panggilannya adalah Jojo. Dia adalah anak piatu. Karena Ibunya sudah meninggal dunia saat dia masih SD (belum baligh). Kini dia hanya hidup berdua bersama ayahnya.

Saat dia mengoreksi jawaban siswa. Jojo ini jarang mengumpulkan tugas. Setelah dia selidiki dengan bertanya pada tetangga Jojo. Saat whatsapp-nya Jojo itu aktif. Ternyata dia lagi online diwarung agar bisa mendapatkan jaringan internet secara gratis melalui wifi.

Saat anak sudah ada di warung dengan memegang ponsel. Kemungkinan dia untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah itu kecil. Dia hanya duduk di warung untuk bermain ponsel bersama teman-temannya. Hal ini tentu suatu kerugian bagi Jojo. Karena dampaknya baru dirasakan saat dia sudah dewasa. Ketika dia sulit mendapatkan pekerjaan. Karena kurangnya ilmu pengetahuan atau ketrampilan dalam bekerja.

Ibarat pribahasa belajar di waktu muda ibarat menulis di atas batu. Sedangkan belajar di masa tua ibarat menulis diatas air. Dalam belajar itu kita menghilangkan rasa malas terlebih dahulu. Nanti kita bisa memperoleh hasilnya berupa ilmu pengetahuan di akhir. Saat kita belajar di masa dewasa akan terasa sulit. Karena banyak yang di pikirkan oleh orang dewasa mulai dari keluarga dan pekerjaan.

Pada waktu di pagi hari, kewajiban Jojo adalah belajar secara daring. Dia menanggalkan kewajiban belajarnya. Hal ini berdampak pada ketertinggalan materi pelajaran di sekolah. Jika dibiarkan terus-menerus. Hal ini akan menjadi suatu permasalahan dikemudian hari. Karena anak akan semakin sulit untuk mengejar ketertinggalan materi pelajarannya.

Dari kisah Jojo tersebut, kekurangan pembelajaran daring adalah kesulitan orang tua dalam mengontrol aktivitas belajar anaknya pada jenjang smp. Apalagi jika anak itu hanya memiliki satu orang tua saja. Seorang ayah berkewajiban bekerja untuk mencari nafkah dari pagi hingga sore hari. Hal ini menyebabkan kurangnya intensitas bertemu dengan anak. Sehingga seorang ayah tidak mengetahui perkembangan belajar anak secara daring di rumah.

Biasanya anak itu lebih dekat dengan ibunya. Peran ibu adalah untuk merawat dan mendidik anak-anaknya di rumah. Saat Jojo ditingal meninggal dunia oleh ibunya. Dia tidak mendapatkan perawatan dan kelembutan dari kasih sayang seorang ibu.

Solusi dari permasalah Jojo yakni guru smp tersebut memanggil Jojo untuk datang ke sekolah. Dia dinasehati oleh gurunya agar tetap mengikuti pembelajaran secara daring setiap hari. Jojo pun menyanggupinya untuk bersedia mengerjakan tugas.

Menurut Endah fitri mufidah, guru matematika di smp amantul ummah Mojokerto. Pendidikan adalah nomor satu. Jika orang tua terlambat menyekolahkan atau bahkan tidak menyekolahkan anaknya. Hal ini menyebabkan kerugian bagi orang tua kalau sudah tua.

Misalkan saat sekolah anak bermalas-malasan dengan tidak mengerjakan tugas. Hal ini menyebabkan tidak mendapatkan ilmu pengetahuan. Saat dewasa anak itu tidak bisa mengangkat derajat orang tua. Dalam kondisi ini, menurutnya yang paling susah adalah orang tua. Tetapi kalau di beri pendidikan hingga kuliah, nanti anak bisa mengangkat derajat orang tua. Terpenting pendidikan dasar agamanya kuat agar mengerti sama orang tua kalau sudah besar.

Partisipasi Orang Tua

Dalam pembelajaran daring, orang tua merupakan rekan kerja guru dalam mengajar anak-anak di rumah. Penyampaian guru berupa video pembelajaran akan disampaikan lagi oleh orang tua kepada anak-anaknya. Lalu orang tua akan membantu mereka dalam pengerjaan tugas jika terjadi kesulitan.

Ada keluhan dari orang tua dan siswa yang mulai bosan dengan pembelajaran daring. Setiap selesai pembelajaran daring. Anak-anak mendapatkan banyak tugas. Disinilah peran orang tua untuk membantu anaknya agar bisa memahami materi ajar. Di masa pandemi covid-19, orang tua tidak sadar telah mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW yang tertera dalam hadits berikut : “Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik”. (H.R. Al Hakim:7679)

Bergantinya sistem pendidikan kita dari pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring. Hal ini tentu membutuhkan penyesuaian diri dari berbagai pihak. Oran tua kini bisa belajar menguasai pengoperasian phonsel. Hal ini bertujuan sebagai suatu pengawasan terhadap anak. Oran tua bisa memeriksa tugas yang sudah dikerjakan oleh anaknya setiap hari.

Bagi guru, bisa menyesuaikan cara mengajarnya secara daring. Guru bisa mulai belajar aplikasi yang mendukung pembuatan video yang menarik. Hal ini bisa meningkatkan kemauan peserta didik dalam belajar secara daring di rumah.

Bagi siswa, kini sudah mulai menyesuaikan untuk belajar secara daring. Mereka menyaksikan video pembelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Kemudian mengerjakan soal dan memfoto hasil jawabannya untuk di kirim ke guru. Hingga mereka paham cara pengerjaan kuis secara online.

Pada masa pandemic covid-19, teknologi berperan penting dalam proses pembelajaran. Kelas-kelas di sekolah sudah tergantikan oleh group-group pembelajaran di aplikasi phonsel. Sehingga penting partisipasi orang tua dalam menemani anak-anaknya dalam belajar secara daring di rumah. Agar mereka bisa melakukan pemberian yang utama yakni berupa pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.

———– *** ————

Tags: