Pedagang Gembong Surabaya Ogah Dipindahkan

2-poto kakiSurabaya, Bhirawa
Rencana pemerintah Kota Surabaya dalam merevitalisasi PKL Pasar Loak yang berada di Jalan Kapasari dan Ngaglik ditolak pedagang. Umumnya pedagang enggan mengikuti ide tersebut karena mereka khawatir terhadap biaya sewa stan selain tempat jualan tersebut sudah berdiri puluhan tahun.
Mas’un penjual pakaian bekas dan barang elektronik ini mengutarakan ia  hanya meneruskan usaha yang telah dirintis oleh almarhum ayahnya. Sepeninggal ayahnya, ia telah mendapatkan mandat untuk tetap terus berdagang elektronik dan pakaian bekas di Pasar Gembong.
” Kalau harus di pindahkan, maka saya harus menanggung biaya lagi untuk sewa stand dan ongkos berangkat ke tempat jualan. Sedangkan di tempat ini yang merupakan rumah peninggalan almarhum kakek saya waktu merintis dan diteruskan almarhum ayah saya sudah berjalan lama. Mungkin sekitar 40 tahunan,’ ujarnya pria berusia 43 tahun tersebut, Rabu (3/6) kemarin.
Mas’un melanjutkan, untuk menaruh semua barang dagangannya pada satu stand tentu tidak bakal cukup. Untuk elektronik saja ada handy talkie, ada kamera digital, kamera analog, dan beberapa produk jualan yang dia pasar di tempatnya. Sedangkan untuk bagian ruang tamu, sudah diubah menjadi tempat jualan aneka pakaian bekas.
” Kalau harus memisahkan kedua produk dagangan saya, dengan memakai dua stand maka biayanya akan sangat banyak. Kalau di rumah sendiri lebih baik, artinya saya tidak perlu membayar stand. Dan hasil penjualan cukup untuk membiayai anak dan istri. Pengawasan dan penataan manajemennya bisa lebih enak,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Muhammad Toha, penjual produk batrei HP dan berbagai alat pertukangan menuturkan bahwa dirinya tidak mau untuk berpindah. Karena dari segi kemampuan ia sudah tidak mampu menyewa stand yang nantinya ditawarkan kepada pedagang pasar loak.
” Kalau dalam sehari mendapatkan keuntungan Rp.50 ribu sudah Alhamdulillah, untuk lebih dari itu sangat jarang terjadi. Kalau pedagang yang eberan ini di pindah, sudah pasti mereka hanya bertahan sebentar dan bakal kembali lagi ke tempat semula. Lebih baik, tempat tidak nyaman tetapi dagangan tetap bisa terbeli,” ucapnya.
Toha juga lebih nyaman dengan berdagang di trotoar, karena untuk bertransaksi dengan rombeng bisa lebih mudah. Dan transaksi antara teman-teman jauh lebih gampang karena tidak ada sekat antara pedagang.
” Barang yang saya terima biasanya dari bongkaran rumah, seperti alat-alat pertukangan saya dapat dari obral besar dari gudang atau pabrik. Meskipun barang baru, tapi kadang kala terdapat cacat produksi akhirnya di jual secara obral. Ada pula rombeng yang menawarkan kepada saya, sedangkan untuk jenis HP atau batreinya di dapat dari hp yang jatuh, atau hp rusak yang tidak di gunakan lagi,” tutupnya. [wil

Tags: