Pelabuhan Panarukan Jadi Pusat Bongkar Muat Batubara

Tampak beberapa aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Panarukan, Situbondo. Aktivitas ini mulai menggeliat seiring dibangunnya dermaga baru sepanjang 177 meter. [sawawi/bhirawa]

Tampak beberapa aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Panarukan, Situbondo. Aktivitas ini mulai menggeliat seiring dibangunnya dermaga baru sepanjang 177 meter. [sawawi/bhirawa]

(Bangun Dermaga 177 Meter)
Situbondo, Bhirawa.
Keberadaan Pelabuhan Panarukan, Situbondo yang dulu dikenal sebagai pusat perdagangan nasional dan dunia, sempat menghilang dalam beberapa dekade terakhir ini. Namun sejak tahun 2012 lalu, secara perlahan Pelabuhan Panarukan melakukan pembenahan, terutama di sektor sarana dan prasarana (sarpras) di sekitar Pelabuhan. Mulai pembangunan dermaga, menggali kedalaman laut hingga melakukan reklamasi pantai. Dengan demikian kini arus lalu lintas laut di Pelabuhan kebanggaan masyarakat Situbondo itu kembali menggeliat.
Kepala Pelabuhan Syahbandar Otoritas Panarukan, Eka Cakrawala, mengatakan, sejak era jamal kolonial Belanda dahulu memiliki sejarah yang bagus. Itu bisa dilihat dari perjalanan majunya Pelabuhan Panarukan itu sendiri diberbagai situs sejarah tanah air. Bahkan, kata Eka, dahulu pernah menjadi pusat roda pemerintahan melalui pelabuhan tersebut. “Dahulu kalau mau mengirim tembakau ke Jerman melalui Pelabuhan Panarukan ini. Bahkan pernah juga menjadi pusat perdagangan di Jatim, selain Surabaya dan Gresik,” terang Eka.
Pria asli Sumenep itu mengatakan, seiring perjalanan Pelabuhan Panarukan yang diapit dua sungai sempat mengalami sedimentasi kedangkalan pada alur dan kolam pelabuhan sehingga berdampak pada merosotnya bongkar muat kapal.
Eka menduga terjadinya pendangkalan karena dilatarbelakngi oleh kurangnya perhatian dari Pemkab maupun Pemerintah Pusat untuk melakukan pengerukan. “Sehingga kapal kapal besar yang biasanya bongkar muat di sini (Pelabuhan Panarukan) pindah ke Pelabuhan lain. Misalnya ke Pelabuhan Banyuwangi dan Probolinggo, yang lebih modern,” aku Eka.
Sejak Eka memimpin Pelabuhan Panarukan, lalu melakukan sejumlah terobosan dan peningkatan sarana prasarana dengan menambah fasilitas yang lebih memadai. Kata Eka, pihaknya sudah membangun dermaga sepangjang 177 meter, membuat lahan penumpukan barang dan reklamasi pantai yang luas.
“Kini Pelabuhan Panarukan memiliki kedalaman laut dan dermaga 8 LWS. Dengan status ini, kami sekarang sudah mampu disandari kapal berbobot 1000 DWT,” tegas pria yang sudah dua tahun lebih memimpin Pelabuhan Panarukan itu.
Eka berharap, langkah perubahan di Pelabuhan Panarukan bisa menambah volumeĀ  kapal untuk melakukan bongkar muat saat ini dan dimasa mendatang. Salah satu contoh, urai Eka, kini di Pelabuhan Panarukan sudah ada kegiatan bongkar muat kapal tongkang yang mengangkut batubara seberat 8000 ton. “Kini kami sudah mampu melayani kembali kapal untuk bersandar dan bongkar muat dengan lancar. Ini menjadi pemicu awal meningkatnya jasa angkutan laut di Pelabuhan Panarukan,” terang Eka.
Selain itu, lanjut Eka, perubahan di Pelabuhan Panarukan dapat menambah PAD ke kas negara dengan pungutan PNBP serta pemasukan dari tambat berikut navigasi. Ini diambilkan, lanjut Eka, dari kegiatan keluar masuknya mobil, motor dan manusia melalui Pelabuhan Panarukan.
“Alhamdulillah, saat ini ada peningkatan PAD ke kas negara. Padahal sebelum saya aktif di Pelabuhan Panarukan, pendapatannya sangat minim. Terbukti kini setiap bulan ada peningkatan PAD perbulan mencapai 7 juta-an,” pungkas Eka. [awi]

Tags: