Pembangunan Fly Over Terminal Teluk Lamong Terganjal Amdal

Pembangunan Fly Over Teluk Lamong

Pembangunan Fly Over Teluk Lamong

Surabaya, Bhirawa
Rencana – PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III membangun fly over yang menjadi interkoneksi akses Terminal Teluk Lamong dengan Tol Surabaya-Gresik dan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) Surabaya terganjal izin Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dari BLH Pemprov Jatim.
Menurut Dirut PT Pelindo lll Djarwo Surjanto didampingi Kahumasnya Edi Priyanto mengatakan,  pembangunan yang akan banyak membantu mengurai kemacetan tersebut sampai sekarang belum dimulai karena menunggu izin Amdal. “Padahal dengan pembangunan fly over maka Terminal Teluk Lamong sebagai multipurpose terminal yang penting di Pelabuhan Tanjung Perak akan mudah diakses melalui Jalan Lingkar Luar Barat yang menghubungkan Surabaya utara dan selatan. Selain itu juga mudah dijangkau melalui Tol Surabaya-Gresik”, jelas Direktur Teknik dan Teknologi Informasi Pelindo III Husein Latief saat ditemui di Pelindo III, Kamis (22/10).
Husein Latief menambahkan bahwa dalam pengembangannya, Terminal Teluk Lamong yang merupakan green port pertama di Indonesia akan memiliki konektivitas yang multi moda. Alternatif pertama ialah melalui jalan eksisting, yakni Jalan Tambak Osowilangon. Kedua, melalui fly over tersebut yang akan dibangun dengan melibatkan pengelola jalan tol, PT Marga Bumi Matra Raya dan pengembang PT Mitra Karya Multiguna (Sinarmas Land).
Ketiga menggunakan moda transportasi  kereta api yang akan masuk ke Terminal Teluk Lamong dan keempat, melalui monorel peti kemas yang akan menghubungkan ke beberapa depo peti kemas hingga terminal-terminal lain di Pelabuhan Tanjung Perak.
Terminal Teluk Lamong merupakan multipurpose terminal di Pelabuhan Tanjung Perak yang diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas domestik dan internasional, serta curah bahan makanan dan pakan ternak (food and feed grain). Tidak hanya mengusung konsep ramah lingkungan dengan peralatan yang bersumber tenaga listrik, berbagai fasilitas bongkar muat modern di terminal tersebut juga beroperasi secara semi-otomatis.
“Terminal Teluk Lamong pada tahap pertama pembangunan ini memiliki kapasitas 500 ribu TEUs peti kemas domestik dan 1 juta TEUs peti kemas internasional. Untuk curah kering berkapasitas hingga 5 juta ton,” jelas Husein Latief. Besarnya arus logistik terminal tersebut menjadi dasar kebutuhan akan aksesibilitas dan konektivitas yang mengakomodir efisiensi biaya logistik, pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Humas PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Edi Priyanto di Surabaya mengatakan kalau semua proses perizinan sudah selesai. “Semua proses perizinan sebenarnya sudah selesai, dan hanya tinggal analisis dampak lingkungan (amdal) yang dari Provinsi Jatim, serta juga belum keluarnya persetujuan untuk desain detail dari Pekerjaan Umum sehingga belum bisa dimulai,” katanya.
Edi mengaku untuk pelaksanaan pembangunan jalan layang, biasanya relatif sangat cepat selesai. Namun, yang memakan waktu lama terletak pada proses perizinannya, dan hingga kini juga belum rampung.
“Kalau soal pembangunannya, bisa dilakukan secara cepat, seperti halnya pembangunan tol laut di Pulau Bali yang juga bisa segera rampung. Namun, soal perizinan kita tidak bisa menargetkan kapan selesai karena bukan kewenangan kita,” ucap Edi.
Setelah proses perizinan amdal keluar, kata dia, proses selanjutnya adalah masuk tahap lelang, kemudian tahap pengajuan desain detail secara keseluruhan jalan layang Teluk Lamong.
Terkait dengan total anggaran pembangunan proyek itu, Edi mengaku akan diumumkan saat proses memasuki tahap lelang, dan tidak bisa diumumkan sebelum lelang dimulai karena bisa memengaruhi nilai lelang yang akan ditawarkan. [ma]

Tags: