Pembangunan Perkotaan dan Permukiman Capai Program 100-0-100

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Jakarta, Bhirawa
Indonesia sebagai negara kepulau an terbesar dan penduduk keEmpat terbanyak di dunia (250 juta jiwa), menghadapi tantangan Urbanisasi ke kota-kota metropolitan yng mencapai  angka 53,3% penduduk tinggal di kota. Menghadapi hal tersebut Indone sia berkomitmen menjadikan Agenda Baru Perkotaan (keluaran dari Habitat III), sebagai acuan pembangunan perkotaan dan permukiman. Salah satunya dengan program 100-0-100 yakni 100% sanitasi layak, 0% untuk permukiman kumuh dan 100% air minum layak tahun 2019.
“Konferensi Habitat III merupakan agenda internasional yang fokus pada isu isu pembangunan perkotaan dan permukiman yang berkelanjutan,  diselenggarakan 20 tahun sekali oleh PBB. Dalam Habitat III ini, Indonesia merupakn salah satu negara anggota yang memfasilitasi negosiasi dan pleno. Dimana Indonesia telah ber peran sebagai tuan rumah Asia Pacific Regional Meeting di Jakarta pada Oktober 2015 lalu, dan akan menjadi tuan rumah Preparatory Meeting III (PrepCom 3) di Surabaya,” papar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam jumpa pers tentang PrepCom3 di Surabaya pada 25/27 Juli 2016. PrepCom3 adalah pertemuan persia pan terakhir dan terpenting menuju Konferensi Habitat III tanggal 17-20 Oktober 2016 di Quito-Ecuador.
Menurut Basuki, Surabaya dipilih sebagai tuan rumah PrepCom 3 sebab Surabaya dinilai telah memiliki capaian terbaik dalam pembangunan perkotaan dan permukiman berkelan jutan. Konferensi Habitat III di Quito- Ecuador, akan menggali masukan dan perpektif akhir dari berbagai negara dan stakeholder lainnya. Isu-isu kunci urbanisasi yang harus ditangani menjadi masukan dalam The New Urban Agenda (NUA).
“Dokumen dari Habitat III ini sangat strategis dan mempunyai peran penting dalam pembangunan perkota an Indonesia. NUA mengangkat perhatian dunia akan pentingnya melihat keberagaman kondisi sosial budaya masyarakat dan geografis antar negara. Bahkan dalam satu negara, keterkaitan desa – kota serta menjaga ketahann pangan. NUA juga membahas tantangan perubahan iklim di kota dan permukiman pesisir. Serta negara dengan pulau-pulau kecil, termasuk kemampuan pemerin tah kota/kabupaten bervariasi dan tidak bisa menyamakan kebijak an one size fits all,” lanjut Basuki.
Dikatakan, paradigma urbanisasi sebagai peluang pembangunan per kotaan dan pembangunan peradaban baru Indonesia, mengedepankan kola borasi semua pemangku kepentingan untuk mewujudkan kota untuk semua Dalam mnghadapi isu dan tantangan perkotaan di Indonesia, perencanaan dan pembangunan infrastruktur yang menyertakan aspek berkelanjutan, di harapkan 20 tahun mendatang bisa berkembang.
“Konferensi Habitat III di Ecuador menjadi ajang penting bagi Indonesia untuk membawa perspektif Indonesia dan Asia Pasifik ke dalam agenda global dalam menghadapi urbanisasi yang berbeda dengan negara Eropa maupun Amerika. Habitat III menjadi momentum penting Indonesia untuk memiliki Agenda Perkotaan Baru Nasional,” tandas Basuki. [ira]

Tags: