Pemilu 2024 dan Legacy Jokowi

Oleh :
Umar Sholahudin
Wadek 1 dan Dosen Sosiologi Politik FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

A Polician think of the next election. A Statesman of the next generation (James Freeman Clarke, Penulis AS)

Tahun 2024 akan disemarakan dengan pemilihan umum, baik Pemilu nasional (14 Februari 2024) yang akan memilih presiden, DPR, DPD, DPRD provinsi dan Kab/kota, maupun Pilkada serentak (27 November 2024) yang akan memilih gubernur, bupati/waliota baru. Salah satu isu yang sedang disorot publik saat ini adalah munculnya sikap dan perilaku politik Presiden Jokowi yang akan cawe-cawe dalam Pemilihan Presiden (Pilpres), khususnya dalam meng-endorese bakal calon presiden dan wakil presiden. Saat ini, setidaknya sudah ada tiga bakal calon presiden yang akan diusung Parpol, yakni Ganjar Pranowo diusung PDI-P dan PPP, Prabowo Subianto diusung Gerindra dan PBB, dan Anis Rasyid Bswedan diusung Nasdem, Demokrat dan PKS.

Cawe-cawe politik Presiden Jokowi ditunjukkan pada Sikap dan tindakan politiknya yang tak hanya sebatas verbal, tapi secara aktul terlihat dalam tindakan real poltiknya. Salah satunya, cukup aktif meng-endorse bakal calon presiden 2024, baik ke Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto, pada saat yang sama, secara halus menegasikan bakal calon yang lain. Bahkan dalam acara temu Relawan Jokowi di Jakarta pekan lalu (27/7), Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka memastikan Presiden Jokowi telah mengantongi satu nama calon presiden (capres) yang akan didukung dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Namun, Gibran belum mau mengungkapkan ciri-cirinya. Sikap dan tindakan Presiden Jokowi ini tentu saja akan berbahaya dan membahayakan proses jalannya Pemilu 2024. Marwah Pemilu 2024 akan terancam.

Sebagai warga negara, Presiden Jokowi memiliki hak preferensi politik dalam Pilpres, mau dukung si A matau si B, itu hak politik Presdien Jokowi. Tetapi harus diingat, bahwa saat ini Jokowi adalah masih menjadi presiden aktif. Ketika Presiden Jokowi benar-benar cawe-cawe dalam politik Pencapresan (baca: dukung-mendukung), akan berpotensi mengancam jalannya demokrasi elektoral. Dengan kekuasaan yang power full (baik sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan), sumber daya kekuasaan (baik politik maupun ekonomi) potensial akan mudah disalahgunakan untuk kepentingan pemenangan politik elektoral bakal Capres. Seharusnya Presiden Jokowi bersikap netral dan menjadi “wasit politik” yang bersikap adil kepada semua bakal calon, bukannya berpihak kepada salah satu bakal calon.

residen Jokowi memiliki pengabdian yang cukup lengkap terhadap bangsa dan negara ini. Beliau pernah menjabat walikota, gubernur, dan sekarang presiden (dua periode). Dengan melihat pengabdian yang luar biasa besar, seharusnya Presiden Jokowi memilih menjadi negarawan, bukan politisi. Sebagai seorang negarawan, Preisden harus berperan aktif bagaimana menjaga dan memastikan bahwa Pemilu 2024 dapat berjalan secara demokratis, sesuai azaz Pemilu Luber dan Jurdil. Memastikan sirkulasi elit melalui mekanisme elektoral berjalan dengan elegan dan beradab. Prinsip-prinsip demokrasi harus ditegakkan dan nampak dalam setiap tahapan pelaksanaan Pemilu

Legacy Jokowi
Hajatan politik Pemilu 2024 harus dijaga marwahnya, jangan sampai dikotori oleh tangan-tangan kotor kekuasaan. Kita semua berharap Pemilu 2024 berjalan dengan aman, damai, dan demokratis; Luber dan Jurdil, menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin yang berkualitas sebagai modal sosial-politik untuk membangun bangsa dan negara ke depan yang lebih mandiri, sejahtera, dan berkemajuan. Dalam konteks ini, peran Presiden Jokowi sangat penting dan strategis. Kita tahu, Pemerintahan Jokowi akan berakhir, dan akan digantikan dengan presiden dan pemerintahan baru. Presiden Jokowi adalah orang yang pertama yang harus memberi keteladan politik, bagaimana agar marwah Pemilu 2024 tetap terjaga dan bersih.

Menjadi sebuah pilihan politik bagi Presiden Jokowi; apakah mau jadi negarawan atau politisi? Menurut penulis Amerika Serikat, J. F. Clarke mengatakan ; A Polician think of the next election. A Statesman of the next generation. Seorang politisi berpikir tentang Pemilu yang akan datang, seorang negarawan berpikir tentang generasi yang akan datang. Seorang negarawan adalah seorang yang berfikir dan bertindak untuk kepentingan bangsa, negara dan masyarakat, bersikap dan bertindak imparsial dalam poltik elektoral, menjadi “wasit’ yang adil bagi semua, dan peran strategis presiden adalah memastikan dan menghantarkan Pemilu 2024 berjalan Luber dan Jurdil dan menghantarkan pergantian tampuk kekuasaan berjalan dengan aman dan terkendali. Pelaksanaan Pemilu 2024 yang berjalan Luber dan Jurdil dan mengantarkan pemimpin baru pilihan rakyat, akan dapat dijadikan legacy bagi Jokowi yang dapat dikenang dalam sejarah demokrasi Indonesia.

Sikap dan tindakan politik Presiden Jokowi yang harus ditunjukkan ke masyarakat adalah “saya akan mendukung setiap anak bangsa yang berintegritas dan berkapasitas untuk maju dalam Pemilu 2024, terutama pemilihan Presiden 2024, dan saya akan memastikan Pemilu 2024 berjalan dengan Luber dan Jurdil”. Inilah sikap dan tindakan seorang negarawan. Seorang negawaran harus menjadi payung politik kebangsaan bagi semua kepentngan politik yang ada. Masyarakat sangat berharap Presiden Jokowi menghindari sikap, gesture, dan tindakan politik yang menunjukkan keberpihakan (unfire) dalam kontestasi 2024.

Karean itu, melihat dan mencermati perilaku politik elit kekuasaan, terutama cawe-cawenya Presiden Jokowi dalam Pemilu 2024, perlu untuk terus kita kritisi dan ingatkan bersama. Masyarakat, terutama kalangan cerdik pandai dan civil society harus terus mengontrol perilaku elit kekuasaan, tetap bersuara kritis dan keras, selalu mengingatkan semua pihak, terutama Presiden Jokowi untuk saling menjaga marwah Pemilu 2024 agar tidak dikotori oleh tangan-tangan kotor kekuasaan yang akan merusak jalannya demokrasi. Cukup Pemilu 2019 saja yang penuh dengan pilu dan memilukan, mari kita jaga bersama marwah Pemilu 2024 agar lebih bermartabat, tidak memilukan dan memalukan. Dengan demikian, kualitas demokrasi kita melalui Pemilu ini ke depannya semakin meningkat

———- *** ———–

Rate this article!
Tags: