Pemkab Probolinggo Anggarkan Rp 4,6 Miliar untuk Pembangunan KIHT

Site plan pembangunan gedung KIHT Kabupaten Probolinggo segera dimulai pembangunannya. [wiwit agus pribadi/bhirawa]

Harga Tembakau Tingkat Petani Tak Sebanding Harga Gudang

Kab Probolinggo, Bhirawa.
Harga jual tembakau di Kabupaten Probolinggo terus melambung. Saat ini mencapai Rp 55 ribu per kilogram. Harga itu bahkan yang tertinggi dalam waktu dua tahun terakhir. Di awal September, harga tembakau masih di kisaran Rp 50 ribu–Rp 53 ribu per kilogram. Namun, menginjak akhir bulan September harganya terus naik. Hingga saat ini mencapai Rp 55 ribu per kilogram.

Kondisi ini membuat para petani tembakau semringah. H Rifai, salah seorang petani tembakau asal Kecamatan Besok mengatakan, harga tembakau dari petani saat ini di kisaran Rp 50 ribu – Rp 53 ribu per kilogram. “Tergantung kualitas tembakaunya. Biasanya kalau daun bawah masih Rp 50 ribuan. Paling tinggi Rp 53 ribu dengan kualitas bagus dan panenan daun tengah,” ujarnya, Rabu (21/9).

Bersyukur karena harga tembakau melambung. Salah satu faktornya menurutnya karena cuaca saat ini cukup bersahabat. Hujan tak lagi sering turun. Efeknya, kualitas daun tembakau pun jauh lebih baik dari biasanya. Sehingga harganya pun melambung. “Kalau dua bulan lalu, terus ada yang panen pasti rusak. Sebab, hujan sering turun. Apalagi pas dijemur malam. Bisa-bisa tembakaunya hitam, rusak,” katanya.

Bahrul Ulum, petani asal Sokodadi, Kecamatan Paiton, mengaku, tembakau miliknya dibeli tengkulak seharga Rp 55 ribu per kilogram. “Alhamdulillah, semalam punya saya ditawar Rp 55 ribu. Ya langsung saya kasih. Itu tembakau kualitas baik. Kalau yang tidak super atau baik di bawah itu,” ujarnya.

Adullah Hasan, pengepul tembakau asal Kecamatan Pakuniran, membenarkan tingginya harga tembakau saat ini. Menurutnya, ketersediaan tembakau terbatas. Karena itu, para tengkulak bersaing mendapatkan tembakau.

“Saat ini target lahan tembakau kan belum tercapai. Dari target sembilan ribu hektare, baru 5.500 hektare lebih. Jadi persediaan tembakau di petani terbatas. Sementara, agar tahun depan bisa kembali ngirim ke gudang, pengepul harus terus bisa beli barang,” katanya.

Semua faktor itu, menurutnya, menjadi penyebab tingginya harga tembakau saat ini. Namun, tingginya harga tembakau di petani tidak berbanding lurus dengan harga pembelian tembakau oleh gudang dari pengepul.

“Tipis sekali dari harga yang diambil dari petani. Misal pengepul ngambilnya Rp 53 ribu sampai Rp 55 per kilogram, gudang paling tinggi ambilnya Rp 55 ribu. Sehingga bisa saja rugi. Namun ya kita percaya saja bahwa rezeki itu ada yang ngatur,” tuturnya.

Lahan seluas 2,4 hektare untuk Kawasan Industri Hasil Tembakau atau KIHT, telah dimiliki. Selanjutnya, Pemkab Probolinggo, Jatim, akan membangun gudang tembakau di lahan yang berada di Desa Sumberejo Kecamatan Paiton, kabupaten setempat, dengan anggaran Rp 4,6 miliar. Saat ini rencana itu masih dalam proses lelang.

Kabid Perindustrian pada Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) Kabupaten Probolinggo, Arie Kartika Sari, Rabu (21/9) menyampaikan, pembangunan KIHT tahun ini merupakan tindak lanjut dari tahun sebelumnya, yang telah tuntas melakukan pembebasan lahan 2,4 hektare.

Dengan anggaran senilai Rp 4,6 miliar itu, kata Arie, akan dialokasikan pada pembangunan dua gudang tembakau dan jalan akses di area KIHT tersebut. Namun, rencana kegiatan konstruksi itu masih dalam tahap lelang di LPSE.
Namun, pihaknya tidak bisa menjelaskan secara detail pembangunan yang akan dilakukan. Seluruhnya telah dipaparkan dalam DED (Detail Engineering Design) yang berada di pihak LPSE.

“Pembangunan itu untuk dua gudang tembakau dan jalan akses di sana. Untuk detailnya bisa dilihat langsung di DED yang ada di LPSE,” ungkap Arie.

Sebelumnya, rencana pembangunan KIHT ini dikabarkan akan memakan anggaran hingga Rp 10,8 miliar dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun anggaran 2022. Namun justru yang dialokasikan hanya Rp 4,6 miliar.

“Ya karena ada PMK (Peraturan Menteri Keuangan, red) baru. Sehingga seluruh kebijakan anggaran mengikuti. Untuk KIHT ini hanya dianggarkan Rp 4,6 miliar,” katanya.

Pemkab Probolinggo telah memiliki lahan KIHT seluas 2,4 hektare di Desa Sumberejo Kecamatan Paiton, sejak 2021 lalu. Di atas lahan itu akan dibangun gedung tembakau dan sejumlah bangunannya secara bertahap, tambahnya.(Wap.hel)

Tags: