Penerapan SVLK Sebabkan Hilangnya Potensi Ekspor

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Rencana pemerintah dalam menerapkan SVLK (Standar Verifikasi Legalitas Kayu) pada tahun 2015 di khawatirkan akan menghambat industri mebel untuk skala kecil dan menengah. Dan terlebih lagi bisa mengakibatkan potential lost dalam hal ekspor mencapai U$ 500 juta.
Menurut Ketua Asosiasi Mebel Kayu dan Rotan Indonesia (AMKRI) cabang Jatim Nur Cahyudi mengungkapkan besarnya kontribusi mebel di Jatim untuk ekspor memiliki nilai yang cukup menjanjikan. Jika pemerintah tetap memberlakukan, maka potential lostnya bisa jauh lebih besar lagi.
“ Untung UKM kecil nilainya tidak terlalu besar, jika mereka harus dituntut untuk menambah biaya SVLK sebesar Rp 30 juta itu tentu sangat menjadi beban, di tambah kami dikejar waktu penerapan pada tahun depan dan di sini hanya ada 16 lembaga yang melakukan sertifikasi, jadi tidak nutut,” ujarnya Kamis (9/10) kemarin.
Ia menambahkan, untuk nilai ekspor mebel kayu dan rotan mencapai US$1,2 miliar, sedangkan pada tahun depan AMKRI mentargetkan terjadinya peningkatan sebesar US$ 1,5 miliar. US$ 500 juta merupakan kerja keras dari industri kecil dan menengah. Dengan jumlah yang sebesar itu, jika biaya SVLK di bebanksn kasihan terhadap industri kecil dan menengah.
AMKRI sendiri sebelumnya pernah meminta kepada pemerintah untuk menunda pelaksanaan SVLK, terutama bagi UKM. Tanpa adanya penerapan aturan itu, ekspor mebel dari Jatim pada semester pertama di tahun 2014 sudah melebihi target sebesar US$ 750 juta, dan pada semester I sudah mencapai US$ 800.
“Bulan Oktober, kami meminta pemerintah agar UKM difasilitasi dalam penerapan SVLK, contoh adanya keringinan biaya sedangkan industri besar mempunyai anggaran yang besar untuk membayar,” tuturnya.
Berdasarkan data AMKRI, saat ini terdapat 5.076 unit usaha pengolahan kayu dan mebel di Jatim, dengan 150.000 tenaga kerja. Sedangkan industri pengolahan rotan tercatat ada 135 unit usaha dengan 3.725 tenaga kerja.
Cahyudi menambakan penggunaan SVLK selama ini hanya diperlukan untuk mebel yang diekspor ke Uni Eropa, sedangkan Negara lain tidak menerapkan.
Secara nasional target ekspor mebel tahun ini mencapai US$1,9 miliar- US$2 miliar. Sekitar US$900 juta di antaranya untuk Uni Eropa, US$800 juta untuk Amerika Serikat, dan sisanya ke Asia dan Timur tengah sebesar US$800 juta. [wil]

Tags: