PENS Jadi Politeknik Terbaik Versi Kemenristekdikti

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Polikteknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) patut berbangga setelah dinyatakan menjadi politeknik terbaik se Indonesia tahun ini. Predikat itu diraih berdasarkan penilaian Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Terdapat empat aspek yang digunakan Kemenristekdikti untuk melakukan pemeringkatan tersebut. Pertama yakni sumber daya manusia (SDM) dengan indikator persentase dosen berpendidikan S3, persentase dosen dalam jabatan lektor kepala dan guru besar, serta rasio mahasiswa terhadap dosen. Kedua, aspek kelembagaan dengan indikator akreditasi institusi BAN PT, akreditasi program studi BAN PT, akreditasi internasional, dan jumlah mahasiswa asing.
Ketiga, apek kemahasiswaan dengan kinerja kemahasiswaan. Terakhir adalah aspek penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan indikator kinerja penelitian, kinerja pengabdian kepada masyarakat dan jumlah artikel ilmiah terindeks scopus.
“Alhamdulillah, PENS telah meraih peringkat terhormat ini sejak 2015, meski waktu itu pemerintah masih mencampur peringkat seluruh perguruan tinggi,” kata Direktur PENS Dr.
Zainal Arief, kemarin (22/8).
Meski demikian, lanjut Zainal, hal ini tidak menjamin PENS akan menduduki peringkat puncak tersebut selamanya. Karena Politeknik lain telah dan terus berkembang maju. Dia mengungkapkan, dalam pemeringkatan tahun ini pihaknya unggul pada aspek kelembagaan dan kemahasiswaan. Selanjutnya unggul tipis dengan Politeknik Negeri Malang (Polinema) untuk aspek sumber daya manusianya.
“Untuk kriteria penelitian dan pengabdian pada masyarakat PENS cukup tertinggal jauh meskipun nilainya relatif berhimpit satu dengan yang lain,” ujar alumni Nara Institute of Science and Technology Jepang ini.
Adanya penilaian itu, kata Zainal, ke depan perlu ditetapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan dosen dalam penelitian dan publikasi ilmiah. “Masalahnya, tugas mengajar dosen di Politeknik itu banyak dana dan tuntutan harus sesuai dengan kebutuhan industri,” terangnya.
Di samping itu, penelitian terapan yang merupakan karakteristik penelitian di Politeknik, merupakan tantangan tersendiri mengingat industri di tanah air belum terbiasa bekerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi.
Selain itu, konsekuensi atas hasil pemeringkatan ini, pemerintah meminta PENS merevitalisasi pendidikan vokasinya. Pertama aspek kemampuan SDM dosen dan tenaga kependidikannya melalui retooling di industri baik di dalam maupun luar negeri. Kedua, peningkatan kualitas dan kuantitas peralatan praktikum yang sesuai standar industri. Ketiga, yang tak kalah pentingnya, meninjau kurikulum secara periodik agar selalu sesuai dengan kebutuhan industri.
“Dan tentu saja, titik akhir dari proses pendidikan adalah alumninya, yang digembleng melalui peningkatan kemampuan teknopreneurship melalui PENSky, inkubator bisnis yang dimiliki PENS,” ungkapnya. Berbagai upaya lain, seperti penguatan program Pascasarjana Terapan yang sudah dimulai sejak 2012 juga menjadi perhatian.
“Program Pascasarjana yang kita miliki baru 2 Program Studi, yaitu Teknik Elektro dan Teknik Informatika dan Komputer, keduanya telah berkembang dengan baik dan telah meluluskan alumninya, dan sekarang telah bekerja di industri, jadi dosen dan studi lanjut,” tuturnya.
Zainal juga menjelaskan, beberapa dosen telah dipersiapkan agar mereka segera menjadi profesor. Dan bila PENS sudah memiliki profesor, akan persiapkan program Doktor Terapan. “Ini akan jadi program doktor Politeknik pertama di tanah air,” pungkasnya.  [geh]

Tags: