Peran Keluaga Menyiapkan Generasi Abad 21

Oleh :
Titik Kusminarwati,S.Pd
Guru SMPN 6 Kota Mojokerto

Perkembangan Informasi dan Teknologi IT) berubah begitu cepat. Hal ini membawa pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan manusia di segala lini. Secara khusus sebagai guru, penulis melihat pengaruh itu dengan sudut pandang pendidikan, khususnya pendidikan anak.
Di era sekarang perubahan itu membawa tantangan dalam pendidikan anak. Sering kita mendengar istilah Kid Zaman Now, atau generasi Z, yang sebutan itu diperuntukkan bagi anak-anak yang terlahir di era yang serba IT seperti saat ini.
Di era serba IT, menjadi orang tua sungguh menghadapi tantangan yang luar biasa. Wasiat yang luar biasa yang di sampaikan oleh sahabat sekaligus menantu Rasulullah di atas, pantaslah kita renungkan. Kalau kita mengacu pada Teori Generasi (Generation Theory), kita diperkenalkan istilah generasi X, Y, dan Z. Pertama Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964. Kedua, generasi X, lahir 1965-1980. Ketiga, Generasi Y, lahir 1981-1994. Keempat, Generasi Z, lahir 1995-2010, dan kelima Generasi Alpha, lahir 2011-2025 ( http:??prezi.com/cketsym5g6ts/generasi-x-y-z)
Tidak dipungkiri, cara mendidik anak di era sekarang , motivasi belajar, sikap sosial, selalu di kaitkan dengan teori generasi ini. Hal ini mungkin bisa kita pahami untuk bisa bersikap bijak dalam memperlakukan mereka,. Utamanya posisi kita sebagai orang tua bagi anak-anak kita dan merangkap sebagai guru yang harus mendidik generasi abad ini, yang notabene merupakan generasi Z. Sebagai guru abad ini, di mana yang kita hadapi adalah generasi Z, bisa memiliki pendekatan-pendekatan yang pas dalam mendidik mereka. Kalau kita mengamati generasi Z, ada beberapa ciri-ciri. Genererasi Z merupakan generasi yang melek IT, generasi internet karena terlahir dari generasi X dan generasi Y. Generasi Z tumbuh di era digital dan bebas mengakses segala informasi dari internet.Bisa dikatakan, generasi Z memiliki kemampuan lebih cepat dalam mengakses informasi walaupun usia mereka masih kecil. Berbagai aplikasi gadged , computer dapat mereka kuasai dengan mudah dan dalam waktu yang singkat.
Sangat suka berkomunikasi lewat social media, seperti WA, FB, instagram dan lainnya yang berbau WLAN. Melalui media sosial, mereka bebas mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan spontan. Generasi ini hampir setiap hari “up date status ” mencurahkan apa saja isi hati ke dalam media sosial. Bahkan dalam tataran yang lebih ekstrem, mereka bahkan berani memaki, bertengkar “membully” memprotes dan mengungkapkan kekesalan mereka di media sosial.
Hal ini berefek pada rendahnya silahukhuwah langsung pada mereka. Memiliki toleransi yang tinggi terhadap perbedaan di sekitar mereka. Mereka menginginkan hal-hal yang instan, kurang menghargai proses, cepat marah dan tidak sabaran. Bisa jadi IQ mereka tinggi, namun, EQ dan SQ mereka rendah. Selain itu generasi Z cenderung bersikap individual , kurang peka/empati terhadap lingkungan di mana mereka tinggal. Mereka tidak lagi peduli dengan keadaan di sekitar mereka. Mereka masih terlalu asyik dengan gadget dan fokus pada permainan yang mereka lakukan. Seakan mereka hidup dalam dunia mereka sendiri. Diperlukan metoda khusus mendidik generasi di abad 21 yang penuh tantangan, dilemma danbanyak factor yang bisamenjauhkanmerekadari agama mereka. Dalam hal ini peranan orang tua atau keluarga sebagai sekolah pertama sangat penting.
Sekolah Pertama Bagi Anak
Kemampuan abad 21 yang pertama adalah karakter yang harus dimiliki oleh anak adalh 4 K. Kritis, kreatif, kolaaborasi dan kominikativ.Ada baiknya kita menengok pada Surat Al Baqarah ayat 14, maka dapat di lihat targetgenerasisaatiniadalahgenerasiumatanwasathan (umat paling mulia),generasi cemerlang, berakhlaq mulia, berkarakter.Para pakar pendidikan telah merumuskan kecakapan yang harus di miliki oleh generasi abad 21 ini , yaitu 4C, (berfikir kritis, kolaborasi,mampu komunikasi, Salah satu yang dibutuhkanadalahmenanamkan modal berfikirkritis.Idealnya di rumahpun anak dibiasakan erfikir kritis.Pertama adalah denganpenanamanagama yang benar ,yang mampumenuntunmembedakanbenar(haq)dan salah(batil). Dalam hal ini peran keluarga terutama ibu, mempunyai peran yang sangat besar di masa mengajarkanberfikirmendalamatassetiappersoalan, tidakboleh taqlid dan sekedar mengikuti pendapat kebanyakan orang . Berpikir kritis dilakukan dengan cara menguji setiap hal yang dihadapi (fakta, informasi, pemikiran) untuk dilihat bukti dan kebenarannya. Anak-anak harus dilatih berpikir kritis atas semua hal yang dihadapi. Yakni menguji semua informasi dengan standar Islam. Contoh, bila sekarang dikampanyekan paham liberal, manusia bebas berpendapat dan berbuat bagaimana mungkin bisa lahir sikap hormat terhadap wanita, perlindungan terhadap anak dan sebagainya. Contoh lain, evolusi materi. Bila dianggap peran Tuhan tidak ada Karena semua benda di alam adalah hasil evolusimaterilain, termasuk manusia adalah evolusi dari primate dst, pertanyaan kritisnya, apakah bisa sebuah batu berevolusi menjadi rumah tanpa adanya tangan2 lain? Teori2 ini jangan sampai membuat anak-anak lupa akan keberadaan Sang Pencipta yang takbisadilihatmataZat Nya, keberadaan ciptaan2Nya merupakan bukti keberadaanya harus menjadi pemahaman yang kuat yang tidak mudah terkikis. Demikian juga keluarga dapat menanamkan sikap berpikir kritis adalah dalam memahami bahwa keteraturan alam semesta, keberadaan jagad raya yang maha luas, maha sempurna merupakan keteraturan yang di kehendaki oleh Sang Pencipta. Tidak Secara kebetulan. Hal ini akan menancap di pikiran anak, bahwa apapun , siapapun yang berada di jagad raya ini berjalan menurut ketentuan yang telah di tetapkan Sang Pencipta. Pemahaman yang benar tentang hal ini sangat penting, karena akan membentuk karakter yang lain yang di dasarkan pada pemahaman ini. Sikap yang tampak pada anak ketika pemahaman keteraturan ini di tentukan oleh Sang Pencipta, anak tidak akan membantah ketika di berikan aturan-aturan hidup, yang mengatur kehidupan mereka. Anak tidak akan menawar dalam pelaksanaan kewajiban yang harus di lakukan.
Kedua, kemampuan kolaboratif yaitu kemampuan seseorang dalam kolaborasi merupakan suatu cara untuk berhubungan dengan saling menghormati dan menghargai kemampuan dan sumbangan setiap anggota kelompok. Anak yang mempunyai kemampuan kolaboratif yang baik akan lebih termotivasi dalam menyelesaian setiap tugasnya,mempunyai sifat ingin tahu terhadap setiap perubahan, muncul perasaan membantu orang lain dengan ihklas, muncul keinginan untuk berkompetisi secara sehat, sehingga jika anak dalam kondisi sendiri, anak akan menyelesaikan tugas secara lebih terarah.Dalam membentuk kemampuan bekerjasama ini, keluarga menampilkan sosok teladan yang pertama bagi anak-anak di rumah. Orang tua dalam hal ini ayah dan ibu. Kerjasama yang baik antara ayah dan ibu serta semua anggota keluarga dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga merupakan bekal berharga bagi anak pendidikan di sekolah. Sehingga ketika di sekolah di tuntut untuk berkolaborasi atau bekerja sama dengan teman dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar, anak akan dengan mudah dalam melakukanya. Ini sangat berbeda jika anak tidak pernah terlatih di rumah dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Anak cenderung menyerahkan tugas belajarnya paa teman yang lain. Dan ketidakmampuan anak dalam berkolaborasi dengan teman, bisa menjadi salah satu kegagalan anak dalam mencapai kesuksesanya di abad 21 ini.
Ketiga adalah kreativitas. Menurut merupakan kemampuanmerupakankemampuanbertindakataupunberfikiruntukmecaripemecahandalamsebuahkondisiataupermasalahandengancerdas. Yang dapatmembawahasil yang bermanfaatdantepat. Di era sekarang krreatifitas merupakansalah satu indikator seseorang untuk bisa survival atau bertahan dalam kondisi tersullit. Kemampuan itu hanya akan di miliki oleh mereka yang bisa dengan cepat dan tepat dalam berpikir dan bertindak. Perubahan yang sangat cepat meniscayakan hanya orang orang yang kreatif saja yang bisa survival. Keluarga sebagai sekolah pertama bisa melatih kemampuan dalam kegiatan keseharian dengan menentukan sikap, dalam memenuhi kebutuhan dalam kondisi sulit.
Keempat kemampuan komunikative. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan seseorang yang dalam menyampaikan ide, pendapat, gagasan, menunjukan karya kepada orang lain. Kemampuan ini pun dapat dilatih dari keluarga, dengan senantiasa memberi ruang untuk berpendapat kepada anak-anak terutama yang menyangkut pribadi anak. Senantiasa mengeksplor kegiatan anak di sekolah, menanyakan perasaan anak terhadap guru, teman selama pembelajaran beralngasung di sekolah. Sehingga anak akan terbiasa berpendapat mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan perasaanya. Saat ini komunikasi antar anggota keluarga sudah semakin jarang di lakukan , karena kesibukan orangtua. Sehingga sangat penting bagi orang tua menyadari, betapa pentingnya peranan keluarga dalam membentuk kemampuan anak menyongsong abad 21 ini.

———– *** ————

Tags: