Perbaikan Jembatan Bareng Nganjuk Terganjal Izin

Warga menunggu jembatan darurat segera dibangun setelah jembatan yang menghubungkan Desa Bareng dan Desa Sawahan patah.(ristika)

Warga menunggu jembatan darurat segera dibangun setelah jembatan yang menghubungkan Desa Bareng dan Desa Sawahan patah.(ristika)

Nganjuk, Bhirawa
Patahnya jembatan yang menghubungkan Desa Bareng dan Desa Sawahan Kecamatan Sawahan akibat banjir bandang akhir Januari lalu hingga saat ini belum juga diperbaiki Pemkab Nganjuk. Sementara, upaya untuk mendatangkan jembatan bailey atau jembatan darurat masih terkendala masalah adsministrasi.
Ir. Soekonjono, MT, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Nganjuk mengatakan upaya untuk mendatangkan jembatan bailey ke lokasi bencana sudah dilakukan sejak hari pertama jembatan putus.
Jembatan bailey yang rencananya didatangkan dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Provinsi Jatim itu sudah siap kirim. Hanya saja, jelas Soekonjono, Pemkab Nganjuk kini masih menunggu pesyaraan administrasi untuk membawa jembatan senilai sekitar 400 juta itu ke Desa Bareng. “Barangnya sudah siap, tinggal menunggu proses adsministrasi,” katanya, kemarin.
Soekonjono juga mengaku mendapat banyak keluhan warga setempat soal akses transportasi yang lumpuh akibat jembatan putus. Namun dia menyebut memang sementara ini tidak ada solusi lain selain menunggu kedatangan jembatan bailey. “Kami sudah berupaya secepatnya agar jembatan bailey segera terpasang sebagai jembatan darurat bagi warga Desa Bareng,” tukas Soeko.
Sementara itu, Purwoko anggota DPRD Nganjuk yang juga tinggal di Desa Bareng mengatakan warga telah membangun jembatan darurat di sisi selatan jembatan yang putus. Namun kondisi jembatan yang terbuat dari bambu dengan panjang sekitar 40 meter dan lebar 1 meter itu miring karena diterjang banjir susulan.
Tak heran, jembatan bambu yang baru difungsikan sekitar seminggu lalu itu tak dapat dilalui lagi. “Sekarang jembatan darurat sudah tidak berfungsi lagi setelah diterjang banjir susulan,” ujar Purwoko politisi asal Partai Gerindra itu.
Tidak ingin akses jalannya terganggu, warga desa setempat terpaksa memanfaatkan kembali jembatan lama yang sudah patah. Untuk bisa melintasi jembatan yang sudah patah, warga rela turun di sisi Barat jembatan dari kendaraan angkutan umum, lantas keluarganya menjemput disisi lain untuk menuju Desa Bareng.
Warga tidak punya pilihan lain selain melewati jembatan patah karena jika harus memutar lewat hutan jauhnya sekitar 15 kilometer. “Setiap hari seperti ini yang bisa dilakukan warga yang telah pergi ke luar kota atau ke Nganjuk, mereka terpaksa turun dari angkutan umum lalu dijemput keluarganya untuk masuk Desa Bareng,” keluh Purwoko.
Diberitakan Bhirawa sebelumnya jembatan yang melintang antara Desa Sawahan dan Desa Bareng patah akibat banjir bandang. Akibatnya sekitar 6000 warga Desa Bareng terisolasi.(ris)

Tags: