Oleh :
Faris Al-Farisi
Perempuanku
Kasih,
Temani aku melangkahkan pena ini
Akan aku beri hadiah sebuah puisi
Yang mampu membuatmu abadi.
Jika suatu saat nanti
Kau memintaku menemanimu
Untuk menaggalkan pakaian rindu
Akan aku turuti permintaanmu
Demi kamu!
Perempuanku.
Lubtara,2020
Maklumat Sang Pecinta
Andai saja matahari tak ingin lagi
Menampakkan wajahnya pada luas semesta
Maka aku tak perlu gelisah
Sebab aku memilihmu
Penghapus segala resah
Kau adalah doa dalam rapalku
Yang tak pernah mereda
Melesapkan masa lalu
Yang pernah terlelap dalam ingatku
Kau adalah amin dari semua doaku
Menghayatkan segala rindu
Yang tak pernah terjangka waktu.
Lubtara, 2021
Biarkan Hati Ini Bersuara
Hati ini menuntutku bersuara
Namun bukan lagi karena rasa cinta
Hati ini menuntut bersuara
Dalam rangka mengisyaratkan keadilan
Yang dianggap sebuah permainan.
Wahai, engkau mungkin tak pernah merasa menderita
Sebab semuanya lahir dari mulut yang penuh busa
Bercipratan ke sana-sini
Menawarkan hadiah imaji
Bagi para penikmat sunyi.
Sampang. 2021
Korban Duka
Pada sebuah puisi
Aku mulai bertanya
“Kenapa harus wanita yang memenuhi takdir hampa
menjadi pemungut luka dari para pengkhianat cinta?”
Hingga nyawa menjadi saksi paling nyata
Akan akhir sebuah cerita asmara
Lubtara. 2021
Rakyat Pinggiran
Dalam genggaman penguasa
Kami adalah senjata paling ampuh
Dari para penuhan kedudukan,
Untuk menuju kemenangan.
“Jadi kau tak perlu pinggirkan kami”.
Sampang. 2021
Tentang Penulis:
Faris Al-Farisi
Lahir di Sumenep, 14 Juli 2003. Allumnus SMP Siratul Islam, pernah meraih juara 2 dalam event cipta puisi Nasional yang diadakan Penerbit Ruang Pustaka, harapan 3 dalam event cipta puisi Nasional yang diadakan Salam Pedia. Karyanya terkumpul dalam antologi bersama; Potret Kemiskinan Negeri;2020, Dalam Genggaman Kenangan;2020 dan Untukmu; 2021. Penulis sekarang masih tercatat sebagai santri tugas PP. Annuqayah Lubangsa Utara Guluk-Guluk-Sumenep,