Peringati Ultah Etnura, Puluhan Desainer Meramaikan Fashion Show

Etnura Fashion Show mengikutsertakan anak anak penyandang disabilitas menjadi model.

Pemprov Jatim, Bhirawa.
Peringati Ulang Tahun Ethnic Nusantara (Etnura) ketiga kalinya, puluhan desainer memperkenalkan rancangan busana wastra dengan meramaikan Fashion Show mengangkat tema “Colourful and Beautiful Style with Batik Pesisiran” Di di Shangri-La Hotel Surabaya, Sabtu (18/3)

Acara itu juga sebagai upaya memperkenalkan beraneka ragam batik dari wilayah Provinsi Jawa Timur, Etnura berkolaborasi dengan Kabupaten Nganjuk dann Kabupaten Lamongan yang dipadukan kreativitas masing-masing desainer.

“Pada ulang tahun ketiga Etnura ini kami berkolaborasi dengan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Lamongan untuk mengangkat hasil batik di sana. Kami buat kolaborasi dengan para desainer supaya hasil yang didapatkan lebih maksimal,, sehingga untuk tahun-tahun berikutnya akan mengangkat lebih ke internasional , ” kata Ketua pelaksana Yusi Martha di Shangri-La Hotel Surabaya.

Seksi acara ulang tahun Etnura Tekno Wirayudho menambahkan total ada 40 desainer yang ikut ambil bagian dalam event hari ini. Mereka datang dari sejumlah wilayah di Indonesia. “40 desainer nasional, ada dari Lombok, Banyuwangi, Sumenep, dan beberapa daerah di Indonesia. Hari ini ulang tahun ketiga Etnura,” ungkapnya

Untuk rancangan desainer Tekno Wirayudho mempertunjukkan wastra yang dikenakan siswa penyandang disabilitas. “Alhamdulillah etnura sekarang juga bergerak di bidang sosial. Ada salah satu member etnura yang membuka sekolah disabilitas yang memang tidak komersial, ” akunya.

Sementara, desainer Siska Sumartono sekaligus pemilik merek fesyen Sari Ronche mengatakan batik pesisiran sebagai wastra nusantara punya daya tarik untuk selalu dieksplorasi.

Tak hanya itu saja, dia yakin melalui acara ini wastra nusantara atau kain tradisional bisa semakin dikenal di dunia internasional sebagai bagian kekayaan Indonesia.. “Aku yakin wastra nusantara mendunia,” ujarnya.

Siska mengaku busana karyanya yang ditampilkan hari ini memadukan tema batik pesisir dengan nuansa penuh warna. Pemilihan tone color untuk rancangannya mengambil warna-warna yang kini tengah tren di 2023.

“Tren kali ini lebih berani mengarah le ekspresif. Warna bold atau yang tajam lebih sering tampil di tahun ini,” ucapnya.

Melalui tema itu dia ingin memperkenalkan bahwa kain tradisional tak hanya diperuntukkan sebagai busana formal saja, melainkan juga untuk kegiatan sehari-hari. Total ada empat karya yang ditampilkan hari ini, dua busana berjenis formal dan dua lainnya merupakan busana outer tanpa lengan.

“Yang dua bisa untuk acara formal, karena ada lengannya. Bisa untuk pergi ke kantor. Dua outer itu tanpa lengan,” ujar Siska.

Tema penuh warna busana rancangannya juga dipadukan dengan unsur zero waste. “Aku ingin menginspirasi bahwa batik itu juga bisa untuk gaul tetapi tetap eksotik, tidak berat namun ceria,” katanya.

Kemudian pengurus Etnura yang sekaligus desainer Isyam Syamsi menyampaikan, dirinya dalam Ernura Fashion Show kali ini membawakan motif-motif batik Banyuwangi dengan judul Osing color.

Osing color series ini terinspirasi dari warna logo branding destinasi pariwisata Majestic Banyuwangi terdiri dari elemen Gunung Ombak Laut Mentari Blue Fire Motif Batik Gajah Oling dan sebagainya, yang merupakan gaya khas masyarakat Osing secara keseluruhan menggambarkan pesona alam dan budaya Banyuwangi.

Ia menambahkan, elemennya secara keseluruhan memberi kesan penuh warna dan ceria dan secara imajinatif memberi kesan ramah dan bersahabat secara harfiah Majestic Banyuwangi. “Mengartika Keagungan Tuhan atas bumi Banyuwangi yang indah dan subur,” katanya yang mengeluarkan delapan outfit.

Sedangkan desainer Sita menyampaikan dirinya mengangkat batik gedog Tuban, karena batik ini sekarang sudah mulai punah. Dengan corak warna-warna batik dengan kombinasi kain lurik dan body-bore, ternyata bisa jadi colorful. “Jadi sesuai dengan temanya aturan beautiful and colorful, ” pungkasnya [rac.gat]

Tags: