Pernah Gagal pada Ujian Stase Terakhir

Lina Nur Hidayahtur Rohmah

Lina Nur Hidayahtur Rohmah
Muda, menginspirasi dan berprestasi. Itulah gambaran dari sosok Lina Nur Hidayahtur Rohmah. Mahasiswa UM Surabaya Fakultas Kedokteran (FK) UM Surabaya angkatan pertama yang kini telah menjadi seorang dokter.
Lina panggilan sapaan akrabnya berhasil lulus pada Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) periode November 2022 dengan mengantongi nilai terbaik nasional. Dalam capaian tersebut ia menempati urutan ke dua dari FK PTN/PTS se-Indonesia.
Di balik capaian itu, rupanya Lina sempat down lantaran ia harus mengulang stase clinical comprehensive UGD, sehingga harus mengulang semua dari awal selama satu bulan. Sementara teman-teman yang lain sudah memasuki waktu libur, bahkan akibat hal tersebut, orang tuanya sempat dipanggil.
“Tapi Alhamdulillah, semua bisa terlewati dengan baik dan bersyukur bisa lulus tepat waktu,”kata Lina, Kamis (16/3).
Menurutnya kegagalan yang dialami menjadi salah satu titik balik kehidupannya. Ia meyakini bahwa kesuksesan tidak instan. Perjuangan saat menjalani proses itulah yang terpenting. Kegagalannya memberikan pelajaran bahwa ia harus berjuang lebih banyak, bekerja lebih keras dan berdoa lebih tulus.
“Bersyukur punya orang tua yang selalu support, mereka tidak pernah berhenti memberi dukungan, meski saya pernah gagal, orang tua selalu memotivasi, dan justru itu berdampak besar dalam diri saya,”imbuh Lina.
Saat ditanya, tips belajar ala dirinya karena telah meraih nilai terbaik, rupanya ia bukan katagori orang yang belajar setiap saat dan waktu. Menurutnya sesuatu yang baik adalah sesuatu yang dikerjakan secara teratur dan tidak dalam keadaan terpaksa.
“Yang saya terapakan dalam hidup adalah, setiap hari harus ada kemajuan, meskipun itu sedikit tidak menjadi masalah, yang penting adalah konsisten,”tegas dia.
Gadis kelahiran Kediri tersebut, tidak menyangka bisa mengambil sumpah dokter. Pasalnya sejak kecil ia tidak memiliki cita-cita menjadi seorang dokter, bahkan latar belakang keluarganya juga tidak ada dari kesehatan. Lina sempat mengeyam pendidikan sebagai mahasiswa teknik di Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya, namun hal tersebut berhenti karena sesuatu hal.
Di akhir keterangannya, ia menyebut bahwa setiap kesuksesan dan kemudahan yang ia terima, adalah berkah dari orang tua. Menurutnya doa orang tua adalah kunci.
“Saya meyakini banyak keberuntungan dan kemudahan dalam dalam hidup saya karena doa ibu saya,”tandasnya.
Selama menjadi mahasiswa, prestasi Lina juga patut diacungin jempol. Perempuan asal Sidoarjo Jawa Timur aktif dalam melahirkan inovasi, salah satu inovasi yang diciptakan bersama timnya adalah Goldarhes. Alat produk inovasi atau alat tes golongan darah dan rhesus yang berbasis android dan sensor cahaya.
Menurut penuturannya, alat inovasi yang dibuat untuk mengurangi human error dan untuk kecepatan penggolongan darah di saat kondisi krisis seperti kecelakaan dan bencana alam yang memerlukan bantuan medis berupa transfuse darah.
Tak hanya menghasilkan produk inovasi. Beberapa kejuaraan yang pernah diraih diantaranya: pada tahun 2017 ia menjadi juara I Program Inovasi Mahasiswa (PIM) tingkat Universitas, Juara III Ajang Teknologi Tepat Guna tingkat Kota Surabaya 2017. Tahun 2018 Juara Harapan I Histology, Anatomy, illness, Normalized and Education Competition (HISTAMINE)
Sementara itu, pada kancah nasional dan internasional ia pernah menyebet juara II lomba poster public Islamic Fair of Public Health Airlangga University, Gold medal at The 2nd World Invention Technology Expo, The Best Presenter Award in the international conference in Muhammadiyah University of Yogyakarta, Gold medal at Kaohsiung International Invention & Design Expo, Gold medal at The 2nd World Invention Technology Expo, Special Award from Highly Innovative Unique Foundation (HIUF) in the Kingdom of Saudi Arabia Presented, Special Award from Sri Ramakrishna Educational Institutions India, Best Invention Award from Malaysian Research & Innovation Society (MyRIS). [ina]

Tags: