Persediaan APD Tenaga Medis di RS Kabupaten Nganjuk Menipis

Nganjuk, Bhirawa
Sejak 5 warga dinyatakan positif corona, Kabupaten Nganjuk dalam status darurat corona (covid-19). Ironisnya, alat pelindung diri (APD) tim medis di RSUD Nganjuk dan RS Bhayangkara jumlahnya tidak mencukupi. Ditambah lagi, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) sudah mencapai 16 orang dan 34 orang dalam pengawasan (ODP).
Ketersediaan APD hanya untuk satu minggu, saat jumlah pasien positif corona hanya 4 orang yang dirawat di RSUD Nganjuk dan RS Bhayangkara. Dengan bertambahnya satu pasien positif, kemungkinan besar penggunaan APD tidak cukup lagi. “Kecukupan APD untuk seminggu kedepan menipis,” terang Jubir Tim Gugus Tugas covid-19 Nganjuk dr Hendriyanto.
Hendri juga menjelaskan jumlah tim medis pelayanan ruang isolasi saat ini 30-40 orang di RSUD Nganjuk dan RS Bhayangkara. APD yang digunakan hanya sekali pakai, sehingga jika dilakukan penangnan intensif maka jumlah APD kurang. “Untuk satu minggu ke depan saat pasien masih 4. Tapi dengan ada satu pasien masuk lagi bisa berkurang lagi, tidak ada satu minggu APD dipastikan habis,” kata Hendri.
Menipisnya stok APD untuk penanganan pasien corona, memaksa pihak RSUD Nganjuk membuat posko bantuan APD di media sosial. Diharapkan, ada donatur atau pihak swasta yang mendonasikan APD untuk tenaga medis yang menangani pasien positif corona.
Terkait hal tersebut, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Nganjuk dr Tien Farida Yani membenarkan telah membuka donasi untuk APD. Mantan direktur RSUD Kertosono ini berharap adanya pasokan APD yang untuk tenaga medis yang mencukupi.
Tien mengatakan bahwa penggalangan donasi APD di RSUD Nganjuk bukan berarti pihak rumah sakit tidak memiliki anggaran. Melainkan sulitnya mencari barang untuk pengadaan. “Memang ini inisiatif dari kami Tim Penanganan Covid di RSUD Nganjuk. Mengingat ketersediaan APD di RS yg sangat terbatas. Saya kira bisa dipahami semua orang, bukan hanya di RSUD Nganjuk tetapi di seluruh Indonesia bahkan dunia,” papar Tien.
Kesulitan pengadaan APD bukan tidak adanya anggaran, namun kebutuhan yang sangat meningkat tajam tidak diimbangi dengan penyedia. Bahkan beberapa pabrikan dan perusahaan besar farmasi yang biasa menyediakan semua kebutuhan kesehatan kehabisan stok APD.
“Yang ada penjual-penjual perorangan yang mematok dengan harga yang gila-gilaan. Misalnya masker N 95 yang biasanya dijual harga Rp 25 ribu, saat ini ada yg menawari ready stok Rp 350 ribu. Itu hanya satu contoh. Pengadaann di RS tidak bisa asal beli, kami harus ikuti peraturan pembelian barang dan jasa yang ada,” imbuhnya.
Selama ini RSUD Nganjuk telah dua kali mendapat bantuan APD dari Pemprov Jatim, namun jumlahnya masih belum mencukupi. Tien juga menambahkan alasan RSUD Nganjuk menerima sumbangan APD, karena diharapkan banyak masyarakat tergerak membantu. Diluar sana banyak saudara, teman, relawan dan masyarakat yang tahu peran petugas medis. Tanpa APD yang memadai tidak mungkin petugas medis bisa merawat pasien. Betapa banyak nyawa teman-teman tenaga kesehatan yang sudah menjadi korban covid-19 ini. “Alhamdulillah selain itu kami juga sudah menerima dua kali bantuan dari gubernur sebagai RS rujukan Covid-19 berupa APD dan lainnya,” pungkas Tien.(ris)

Tags: