Pertimbangan Biaya, Jatim Pilih Impor Sapi dari Australia

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Upaya pemerintah pusat mengalihkan impor susu dan sapi perah dari Australia ke Selandia Baru  dan Polandia tidak bisa langsung dilaksanakan di Jatim. Pertimbangannya jauhnya jarak dua negara tersebut yang berdampak mahalnya biaya kirim
Selama ini Selandia Baru  terkenal memiliki sapi perah jenis Jersey, namun jika dibandingkan dengan sapi Friesian Holstein (FH) yang biasa diimpor dari Australia, postur dan hasil susu sapi Jersey masih kalah.
“Memang Jersey pakannya lebih sedikit, tapi kalau lebih kualitas produksi tetap  memilih sapi FH. Jatim belum berpikir untuk beralih ke Selandia Baru  maupun Polandia, salah satunya karena jaraknya yang jauh,” kata Kepala Dinas Peternakan Jatim, Ir Maskur, Senin (27/4).
Diakuinya juga tidak menutup kemungkinan untuk beralih ke Selandia Baru , namun pihaknya  tetap mempertimbangkan harga dan biaya angkut. “Mengikuti mekanisme pasar saja, kalau lebih murah tidak masalah, tapi kalau sama mending milih Australia yang lebih dekat,” katanya.
Sekedar diketahui, kalau kebutuhan susu di Jawa Timur sendiri mencapai 980 ribu liter per hari atau 410 ton susu per tahun dan hanya bisa dipenuhi sekitar 650 liter perhari. Sedangkan sisanya harus dipenuhi dari impor.
“Ini untuk memenuhi kebutuhan industri  pengolahan susu (IPS) dan kebutuhan susu nasional. Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi sudah terpenuhi, karena konsumsi susu di jatim hanya 7-8 liter per hari per kapita,” jelasnya.
Sebelumnya pemerintah pusat melalui Direktorat Jendral Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian berencana akan mengalihkan impor sapi perah ke Selandia Baru  dan Polandia. Upaya ini untuk mengantisipasi jika hubungan dagang kedua negara terganggu akibat imbas hubungan diplomatik kedua negara yang sering kali mengalami pasang surut. [rac]

Tags: