Petani Tembakau Nganjuk Gagal Panen

Petani tembakau di Kecamatan Lengkong terpaksa memanen tanaman tembakau miliknya karena kawatir mati karena curah hujan tinggi. [ristika]

Petani tembakau di Kecamatan Lengkong terpaksa memanen tanaman tembakau miliknya karena kawatir mati karena curah hujan tinggi. [ristika]

Nganjuk, Bhirawa
Petani tembakau di Kecamatan Lengkong, Ngluyu dan Jatikalen terpaksa harus memanen lebih awal tanaman miliknya. Pasalnya, ratusan petani yang menggantungkan hidupnya dari tanaman dengan bahasa latin Nicotiana Tabacum ini takut merugi karena tanamannya mati.
Tingginya curah hujan yang hampir berlangsung selama dua pekan terakhir mengakibatkan tanaman tembakau layu. Bahkan, seperti di wilayah Kecamatan Lengkong tanaman tembakau petani tidak tuumbuh normal karena kadar air dalam tanah yang relative tinggi, sehingga petani memilih memanen lebih awal daripada mati membusuk. “Kandungan air dalam tanah terlalu tinggi sehingga tanaman tembakau tidak dapat tumbuh normal,” kata Sumitro petani asal Desa Sumberkepuh Kecamatan Lengkong, Selasa (11/10).
Kerugian puluhan sampai ratusan juta akan dirasakan para petani. Padahal pada musim tanam pada awal tahun juga mengalami hal yang sama. Pendek kata, sepanjang musim tahun ini total petani tidak berhasil menikmati hasil panen tembakau. Akibat gagal panen tahun ini, kerugian yang dialami petani untuk setiap hektarnya bisa mencapi Rp 25 juta. Itu diketahui dari kalkulasi harga daun tembakau basah dan harga daun rajangan kering mengalami kenaikan cukup pesat mencapi Rp 40 ribu perkilogramnya. ”Perhektar dalam kondisi normal selama masa panen tiga bulan bisa menghasilkan tidak kurang dari 18 ton daun tembakau. Hal ini yang membuat petani shok ketika tidak berhasil panen,” tutur Sumitro.
Menurut Soemitro, tanaman tembakau bisa diibaratkan sudah menjadi darah daging petani di wilayah Kecamatan Lengkong, Ngluyu dan Jatikalen. Artinya tanaman tembakau adalah satu satunya sumber pendapatan petani adalah tembakau. Namun sayangnya, ketika petani dihadapkan persoalan gagal panen seperti ini, peran serta pemerintah daerah setempat untuk membantu petani hampir tidak ada.
Sumitro berharap pemerintah daerah setempat melalui dinas pertanian memikirkan nasib petani tembakau . Karena bagaimanapun, ungkap Sumitro, hal itu adalah bagian tugas dari dinas terkait untuk memberikan pembinaan dan solosi bagaimana petani tidak terpuruk. ” Pemerintah sampai saat ini hanya memandang sebelah mata dengan peran serta petani tembakau. Padahal tembakau juga bisa menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit termasuk membantu devisa pemerintah melalui pita cukai rokok,” pungkas Sumitro. [ris]

Rate this article!
Tags: