PKB Jatim Gelar Apel – Kirab Akbar Hari Santri

Pj Bupati Ngawi Drs Sudjono MM ketika memberangkatkan kirab dan jalan sehat bersama dengan start di Stadion Ketonggo dan finish di Alun-alun Merdeka diikuti ribuan santri.

Pj Bupati Ngawi Drs Sudjono MM ketika memberangkatkan kirab dan jalan sehat bersama dengan start di Stadion Ketonggo dan finish di Alun-alun Merdeka diikuti ribuan santri.

Surabaya, Bhirawa
Puluhan santri dari beberapa pondok pesantren di Jatim  melakukan apel akbar di Kantor DPW PKB Jatim, Jl Ketintang Surabaya, Kamis(22/10), memperingati Hari Santri. Sementara di Ngawi, PJ Bupati Ngawi, Sudjono melepas ribuan peserta Kirab Akbar Santri.
Dalam apel  Hari Santri di DPW PKB Jatim kemarin, para santri tidak mengenakan seragam resmi, melainkan berpenampilan khas santri, memakai baju muslim, sarung dan kelompen atau sandal dari kayu. Selain itu mereka juga memakai masker sebagai bentuk solidaritas atas musibah asap di Kalteng.
Dalam apel tersebut,  selain dibacakan Pancasila, juga dibacakan ikrar santri yang isinya mengabdi pada Republik Indonesia ini dan naskah resolusi jihad.
Ketua DPW PKB Jatim, Achmad Halim Iskandar yang menjadi inspektur upacara menyampaikam, ditetapkannya hari santri nasional ini membangkitkan semangat para santri yang mengutamakan kejujuran dan pengabdian.
“Hari santri ditetapkan pada 22 Oktober ini karena bertepatan dengan keluarnya resolusi jihad yang dilahirkan para kyai besar, dan hari ini juga bertepatan dengan 9 Muharam,” ujar Politisi yang akrab disapa Gus Halim, Kamis (22/10).
Sementara itu terkait adanya pihak yang menolak penetapan hari santri, Politisi yang duduk sebagai ketua DPRD Jatim ini menegaskan, penolakan segelintir orang pada penetapan hari santri itu merupakan bagian dari pro kontra.
Sejak zaman nabi Muhammad dulu yang namanya hasut itu sudah ada. Yang utama penetapan hari santri ini menjadi momentum membangkitkan tradisi santri seperti kesederhanaan, kejujuran,kemandirian dan pengabdian.
Ditambahkannya, peringatan hari santri tidak sekedar dengan digelar apel. Usai  digelar apel akbar, para santri juga menampilkan aksi teaterikal yang menceritakan perjuangan resolusi jihad.
Aksi teaterikal itu menampilkan kisah lahirnya naskah resolusi jihad yang dikeluarkan oleh para kyai besar yang dipimpin kyai Hasyim Ashari, yang mewajibkan hukum bagi santri untuk membunuh penjajah. Lalu para santri berjuang dengan berperang melawan penjajah.
Pj Bupati Berangkatkan Kirab Santri
Sementara itu di Ngawi, kemarin,  puluhan ribu santri se-Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, pagi ini melakukan kirab dan jalan sehat bersama dengan start di Stadion Ketonggo dan finish di Alun-alun Merdeka. Meski kegiatannya adalah jalan sehat, mereka tetap mengenakan sarung dan peci sebagai identitas sebagai santri. Kamis (22/10) pagi.
Dalam kegiatan kirab santri ini juga dihadiri Pj Bupati Ngawi Sudjono , Sekretaris Daerah Siswanto dan juga pengurus pondok pesantren se-kab.Ngawi. Jalan sehat itu mengundang ketertarikan dengan berhadiah sepeda motor.
Ketua Panitia Afifudin Qoir mengatakan, kegiatan ini sebagai bentuk eksistensi santri dalam membangun dan mengisi kemedekaan negeri. “Selama ini santri dianggap kolot dan hanya bisa ngaji dan berkutat di pondok padahal kiprah santri sendiri cukup banyak,” katanya di sela-sela acara Kirap Santri , dalam sambutannya Afifdin Qoir juga melaporkan jumlah santri yang ikut dalam kirap santri ini berjumlah ± 20.000 peserta dari berbagai pondok pesantren yang ada di Kab.Ngawi.
Sebelum memberangkatkan Kirap Santri , Pj Bupati Ngawi Sudjono juga mengatakan Pemkab Ngawi sangat mengapresiasi kegiatan kirap santri untuk memperingati Hari Santri Nasional dan semoga kegiatan ini akan berlangsung lebih meriah di tahun-tahun berikutnya.
“Kegiatan ini jangan hanya sebagai seremonial, namun kita sebagai santri harus lebih bisa memberikan manfaat bagi Nusa, Bangsa, dan Agama,” kata Sudjono yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan (Bapersip) Jatim.
Sudjono juga mengatakan, penetapan HSN ini juga menandakan pemerintah menghargai perjuangan NU yang panjang dalam menghadapi penjajah. Pada 22 Oktober 1945, KH Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa jihad tentang kewajiban berperang bagi warga nahdliyin dan masyarakat pada umumnya untuk melawan tentara sekutu.
“Dengan adanya peringatan hari santri ini sebagai penanda sejarah bagi eksistensi muslim dalam mengisi pembangunan sekaligus mempertahankan NKRI. Tentunya perhelatan akbar yang diselenggarakan hari ini patut kita support terus,” kata Sudjono.
Selain diisi dengan Kirap Santri, puluhan ribuan santri se-Kabupaten Ngawi ini juga mendengarkan tausiyah dari sejumlah pengasuh pondok pesantren. Puluhan ribu santri juga membacakan ikrar santri yang setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila.
Keceriaan santri terlihat dari wajah-wajah santriwan dan santriwati yang mendapat pengakuan dari pemerintah bahwa peran santri bagi kemerdekaan negara ini dengan ditetapkannya tanggal 22 Oktober menjadi hari santri nasional. [rac].

Tags: