Prihatin Perilaku Warganet

Ika Nur Khabiba

Ika Nur Khabiba

Perkembangan teknologi yang melesat cepat memaksa pengguna media sosial melonjak tajam. Kondisi itu memantik sebuah keprihatinan tersendiri bagi Ika Nur Khabiba, mahasiswi peraih gelar cumlaude di Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, khususnya bagi masyarakat yang menggunakan internet atau dengan istilah warganet.
Media sosial seperti instagram, facebook, twitter hingga youtube telah menjadi sarang warganet untuk menjadikan ajang agresi dalam dunia maya. Perilaku agresi itu berbeda dengan cyber bullying. Jika cyber bullying lebih pada gerakan yang terstruktur dan berulang dengan kontak fisik dan perkataan kasar.
Sedangkan agresi merupakan perilaku yang dilakukan secara spontan berupa gerakan verbal (perkataan) yang cenderung kasar dan sarkasme “Agresi ditujukan untuk orang yang tidak disukai pelaku agresi, namun perilaku ini bersifat spontan bukan terorganisir,” ungkapnya.
Sehingga, lanjutnya, perilaku agresi lebih besar memberikan serangan moril atau psikis korban agresi, seperti sikap trauma, down, dan tidak percaya diri. “Dampak yang lebih parah adalah, korban akan meng-judge dirinya tidak baik sesuai yang dikatakan pelaku agresi,” katanya.
Dalam penilitiannya, mahasiswi psikologi sosial ini ingin membuktikan secara empiris terkait faktor internal yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan agresi di media sosial. Seseorang bisa berinteraksi di media sosial ketika mempunyai empat hal pada dirinya.
Yaitu, impersonation (berpura-pura menjadi orang lain dengan meng-hack akunnya); outing atau trickery (mengunggah foto atau video tanpa ijin yang bersangkutan); Anonimitas (Menutupi identitasnya di media sosial); dan Flamming (Berkata kasar, mencemooh dan sebagainya).
Menurutnya, kontrol diri memiliki sumbangan efektif terhadap agresi di ranah media sosial dengan presentase sebesar 16,5 persen. “Ini sudah cukup besar untuk perilaku agresi di media sosial,” katanya. Sementara itu, sisanya sebesar 83,5 persen sifat agresi bisa berasal dari pengaruh lingkungan, conformitas, kematangan emosi dan pola asuh serta latar pendidikan.
“Berdasarkan data dari Kominfo, sebesar 45,2 persen warganet menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan orang lain. Sehingga memungkinkan bagi pelaku agresi untuk lebih mudah dalam melakukan serangan agresi terhadap seseorang,” ujarnya.
Dengan dampak yang dirasa sangat berpengaruh tidak hanya bagi korban, akan tetapi juga orang yang membacanya, mahasiswa dengan perolehan IPK 3,69 ini berharap agar warganet lebih bijak lagi dalam bermedia sosial tanpa melakukan perilaku agresi terhadap siapapun. [ina]

Rate this article!
Tags: