Produksi Cabai Jatim Diprediksi Alami Pertumbuhan

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Bulan April ini tak hanya padi yang memasuki masa panen. Komoditi cabai kini juga mulai memasuki masa panen. Dari data Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jatim kini panen tengah berlangsung hingga bulan Juni. Adapun wilayah yang panen, di antaranya Kediri, Mojokerto, Tuban, Lamongan dan wilayah Madura.
“Produksi cabai di Jatim pada musim panen raya April-Mei ini bakal mengalami pertumbuhan hingga 30 persen dibandingkan panen sebelumnya. Peningkatan produksi ini terjadi karena adanya perluasan areal tanam. Dampaknya, harga cabai juga mengalmai penyurunan di sejumlah wilayah,” kata Ketua AACI Jatim, Sukoco, Selasa (26/4).
Saat ini, harga cabai rawit merah berkisar antara Rp10.000-Rp11.000/kg atau turun dibandingkan sebelumnya yang mencapai Rp20.000/kg. Sedangkan cabai merah besar Rp 18.000/kg atau meningkat dibandingkan harga sebelumnya Rp13.000/kg karena jumlah produksinya yang menurun.
Ia menambahkan, atas penurunan harga akibat melimpahnya stok cabai bisa membuat petani merugi karena harga jual jauh dari harga patokan produksi (HPP). Dengan adanya penurunan harga cabai pada masa panen raya, ia mendesak agar pemerintah turun tangan menyikapi masalah tersebut.
“Pemerintah tidak bisa hanya mendorong-dorong petani untuk meningkatkan produksi, namun ketika produksi booming justru lepas tangan. Langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk menyerap produksi cabai yang berlimpah,” ungkapnya.
Salah satu alternatif yang ditawarkannya, yakni meminta pemerintah melalui  Perum Bulog untuk membeli komoditas cabai petani. Langkah lainnya, pemerintah bisa mendesak produsen makanan olahan agar dapat menyerap cabai di petani dengan harapan dapat mengurangi pasokan.
Sedangkan Kepala Dinas Pertanian Jatim, Dr Ir Wibowo Eko Putro MMT mengatakan, untuk holtikultura baik bawang maupun cabai, pihaknya tidak hentinya mengembangkan di kawasan off season.
“Misalkan, di Ngantang, kita kembangkan cabai seluas 2500 ha untuk off season. Tapi provinsi yang memproduksi cabai dan bawang dari 34 provinsi itu hanya tidak sampai 10 provinsi. Ketika provinsi ini menanam cabai dan panen maka hasilnya lari untuk seluruh Indonesia,” katanya.
Untuk Jatim, lanjutnya, konsumsi cabai dan bawang merah itu perkapita pertahun tidak lebih dari 1,5 kg,  maka Jatim sudah masuk kategori surplus. “Tapi pada musim-musim tertentu, karena curah hujan tinggi, maka pertanaman alami kegagalan untuk bisa sampai umbi dan bunganya gagal. Sehingga, produksi tidak mencukup pasar pada bulan-bulan tertentu. Jika ditotal rata-rata, Jatim masih surplus,” katanya. [rac]

Tags: