Produksi Kopi Diprediksi 800 kg per Hektare

10-kebun-kopi

Produksi kopi diprediksi tetap baik, bahkan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) memprediksi produksi kopi kini masih bisa mencapai 800 kg per hektare.

Pemprov, Bhirawa
Kendati dihadapkan pada kondisi anamoli cuaca yang terjadi di awal tahun musim hujan dan pertengahan tahun kekeringan, produksi kopi diprediksi tetap baik. Bahkan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) memprediksi produksi kopi kini masih bisa mencapai 800 kg per hektare.
“Secara umum, pasokan kopi dunia memang secara perlahan menurun. Kekeringan dan hama menyerang kopi dan membuat produktifitas kopi dunia anjlok. Namun kami optimistis produksi kopi kita dapat mencapai 800 kg per hektare karena hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki produk kopi yang bagus dan berorientasi ekspor,” kata Wakil Ketua AEKI, Pranoto Soenarto, Kamis (9/10).
Ia menuturkan, kondisi penurunan produktivitas kopi kini terjadi di negara penghasil kopi seperti Brasil, Vietnam, Indonesia, Italia, dan Amerika Serikat. “Kekeringan tahun ini melanda hampir merata di seluruh dunia. Hanya saja perbedaannya, di negara Amerika Serikat, Brasil dan Amerika Selatan punya tantangan lebih berat yang dihadapi yakni hama kerak daun,” katanya.
Adanya penurunan pasokan kopi secara global, kata dia, membuat eksportir kopi cemas. “Mereka khawatir ekspor kopi tahun ini tidak bisa mengulang kesuksesan tahun 2013. Produksi kopi semester dua bisa jadi stagnan atau paling baik pencapaiannya sama pada semester satu lalu,” katanya.
Secara tonase (volume) selama setahun ini, lanjut dia, mungkin akan sama dengan tahun lalu. Namum secara nilai ekspor diperkirakannya akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Ia memprediksi kalaupun ada kenaikan volume produksi tidak mencapai 10% dibandingkan semester satu tahun lalu.
Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, Pranoto meyakini produksi bisa terkerek seiring dengan musim hujan telah datang pada awal Oktober ini. AEKI mencatat produksi kopi nasional selama 2013 mencapai 673.200 ton atau turun dari tahun 2012 sebanyak sekitar 748.000 ton.
Menurutnya, komoditas kopi masih menjadi andalan petani dan pelaku usaha karena harga internasional meroket. Untuk kopi Arabika kini menembus angka 6.000 dolar AS/ton atau meroket 60%-70% dari periode yang sama tahun lalu. Sedangkan untuk kopi jenis Robusta, kenaikan mencapai 20%.
Sementara produksi kopi nasional yang diekspor sebagian besar adalah kopi jenis robusta dengan persentase sekitar 85 persen. Padahal kebutuhan kopi dunia didominasi oleh kopi arabika. Harga arabika juga lebih menarik dibanding robusta. Hal ini disebabkan produksi kopi jenis arabika di Indonesia masih sangat kecil.
Sebelumnya Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Samsul Arifien MMA mengatakan, produksi kopi di Jawa Timur sempat alami penurunan dengan total hanya mencapai 56.500 ton di tahun 2013. Melihat kondisi cuaca yang mendukung, produksi kopi tahun ini diprediksi meningkat mencapai 60 ribu ton.
“Produksi kopi Jatim tahun ini kami optimistis bisa mencapai 60 ribu ton. Jumlah itu dihasilkan dari lahan sekiar 120 ribu hektare diantaranya 100 ribu hektare lahan kopi Robusta dan 20 hektare kopi Arabika,” katanya.
Kendati produksi kopi meningkat, kata dia, tingkat konsumsi kopi masyarakat Indonesia masih cukup rendah dibanding negara-negara lain.  Tertinggi, yakni Finlandia dengan tingkat konsumsi kopi mencapai 11 kg/orang/tahun. Disusul Norwegia mencapai 10 kg/orang/tahun, Belgia 8 kg/orang/tahun, Austria 7,6 kg/orang/tahun, Australia 4,3 kg/orang/tahun, dan Jepang 3,4 kg/orang/tahun. Sedangkan Indonesia tingkat konsumsinya hanya 2 kg/orang/tahun.
Dengan jumlah produksi yang cukup tinggi, lanjut dia, maka kopi Indonesia lebih banyak diekspor ke luar negeri,terutama jenis Arabika yang tingkat permintaannya lebih tinggi dari jenis Robusta.
Walau tingkat konsumsi kopi masyarakat Indonesia tergolong rendah, berdasarkan data Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) tercatat tingkat konsumsi kopi masyarakat Indonesia terus naik sejak tahun empat tahun silam. Dari hasil survei AEKI terkait kebutuhan kopi yang naik sebesar 36 persen sejak tahun 2010 hingga 2014. [rac]

Tags: