Produksi Kopi Jatim Capai 60 Ribu Ton

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Produksi kopi Jatim  mencapai angka 56 – 60 ribu ton per tahun. Jumlah itu dihasilkan dari lahan sekiar 120 ribu hektare diantaranya 100 ribu hektare lahan kopi Robusta dan 20 hektare kopi Arabika.
Kendati produksi sudah cukup tinggi, konsumsi kopi masyarakat masih sangat rendah, yaitu hanya 0,7 kg/orang/tahun. Untuk seluruh masyarakat Jatim, konsumsi hanya menghabiskan 20 ribu ton saja dan surplus mencapai 40 ribu ton.
“Surplus produksi kopi Jatim sekitar 40 ribu ton diekspor ke berbagai negara. Namun ternyata angka ekspor kopi Jatim mencapai lebih dari 80 ribu ton. Ini karena adanya kopi dari luar Jatim yang diekspor melalui Jatim, demi menyandang sebuah nama kopi Jatim,” Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Moch Samsul Arifien, Selasa (2/12).
Menurutnya, kopi Jatim memang telah dikenal di dunia internasional sebagai kopi dengan kekhasan cita rasa yang tinggi. Sebagai contoh, predikat coffee specialty telah disandang oleh kopi Arabika Ijen Raung yang dikenal di luar negeri dengan nama Java Coffee.
Dari aspek harga kopi kini juga cukup bagus. Walau tidak ada kenaikan, kata dia, harga kopi saat ini masih relatif stabil, yakni Robusta mencapai Rp 25 ribu/kg dan Arabika mencapai Rp 50 ribu/kg.
Kendati produksi kopi meningkat, kata dia, tingkat konsumsi kopi masyarakat Indonesia masih cukup rendah dibanding negara-negara lain.  Tertinggi, yakni Finlandia dengan tingkat konsumsi kopi mencapai 11 kg/orang/tahun.
Disusul Norwegia mencapai 10 kg/orang/tahun, Belgia 8 kg/orang/tahun, Austria 7,6 kg/orang/tahun, Australia 4,3 kg/orang/tahun, dan Jepang 3,4 kg/orang/tahun. Sedangkan Indonesia tingkat konsumsinya hanya 2 kg/orang/tahun.
Dengan jumlah produksi yang cukup tinggi, lanjut dia, maka kopi Indonesia lebih banyak diekspor ke luar negeri,terutama jenis Arabika yang tingkat permintaannya lebih tinggi dari jenis Robusta.
Upaya peningkatan produksi kopi, khususnya jenis Arabika di Jatim terus dilakukan di beberapa daerah, seperti Malang, Blitar, dan Bondowoso. Upaya dengan memperluas areal tanam itu mendapatkan dukungan dari Asosiasi Petani Kopi Jatim.
“Perluasan yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan dengan menggandeng Perhutani, karena hampir mayoritas lahan kopi Arabika berada di atas ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut berada di kawasan Perhutani,” tuturnya.
Perluasan lahan kopi di lahan milik Perhutani itu, kata dia, dilakukan dengan saling menguntungkan antara pemda, Perhutani, dan masyarakat. “Dengan pola bagi hasil sepertiga persen dari hasil panen tentunya akan menguntungkan masyarakat. Dan secara umum dengan adanya perluasan lahan tersebut akan meningkatkan produksi kopi di Jatim,” katanya.
Dinas Perkebunan Jatim juga telah mengembangkan kopi Arabika dengan menanam sebanyak dua juta bibit baru sejak 2012. Pengembangan itu dilakukan di enam daerah yang memiliki dataran tinggi di Situbondo, Bondowoso, dan Jember masing-masing seluas 500 hektar, Kab Malang 300 hektar, serta Lumajang dan Kab Probolinggo masing-masing 100 hektar. [ma,jnr]

Rate this article!
Tags: